Friday, January 13, 2012

APAKAH ALKITAB ADALAH BUKU AMORAL?

Apakah ini berarti saya memaafkan/memaklumi pengajaran-pengajaran yang tidak pantas jika saya percaya bahwa Alkitab secara literal benar? Beberapa orang menginginkan saya berpikir demikian. Salah satu fitnahan dari sebagian orang yang menghina dan mentertawakan Alkitab adalah dengan mengatakan bahwa Kitab Suci ini penuh dengan kecacatan moral. Para pengejek ini mengaku menjadi sangat dikejutkan oleh banyaknya pengajaran immoralitas yang ditemukan dalam Alkitab, seolah-olah para pembaca literatur modern, misalnya novel modern, cerita fiksi, dan drama dapat dikejutkan dengan apa yang mereka temukan di dalam Alkitab! Meskipun demikian, ini adalah salah satu anak panah yang melesat dengan cepat menembus tubuh dari Firman Allah yang suci ini.

Salah satu immoralitas yang mereka tunjukkan berhubungan dengan perintah Allah yang ekstrim terhadap bangsa Kanaan kuno. Perintah itu dapat ditemukan dalam Yosua 6:17. Tidak ada keraguan tentang hal itu: perang suci dilaksanakan oleh bangsa Israel sebagai perintah Tuhan adalah benar-benar mengarah kepada pemusnahan bangsa Kanaan kuno ini. Alasan untuk perintah ini berasal dari Tuhan sangatlah nyata.
 

Ini dikarenakan oleh karena kejahatan orang Kanaan sudah mencapai puncaknya. Kultur agama tanah Palestina pada millennium kedua S.M. dianggap telah jahat, rusak dan menyesatkan. Ini secara terus menerus diungkapkan oleh penemuan-penemuan arkeologia berhubungan dengan praktik-praktik agama Kanaan. Pembinasaan agama dan kultur ini dipresentasikan dalam Perjanjian Lama untuk menunjukkan kemarahan suci Allah. Yang diperlukan bagi kerusakan moral yang memenuhi kehidupan orang-orang Kanaan sebelum Israel menaklukkan tanah itu bukanlah penyataan kasih Allah, namun yang diperlukan adalah manifestasi kesucian dan murka-Nya. Perawatan penyakit tertentu adalah satu-satunya kunci untuk penyembuhan. Oleh sebab itu, pembinasaan Kanaan adalah demi kelangsungan agama yang benar dari orang-orang Ibrani.

Allah yang Murka dan yang Menghakimi
Namun semua ini membawa kepada doktrin tentang berbagai penghakiman dari Allah yang mahakuasa. Apakah Allah yang adalah Allah yang murka sama dengan Allah yang mengasihi? Jelas menurut Kitab Suci Allah adalah kasih. Namun apakah Allah juga adalah Hakim yang menghakimi dosa? Benar. Jika keadilan Allah ditunjukkan dengan menghukum orang-orang berdosa untuk menunjukkan kebenaran-Nya sendiri seperti dalam Roma 3:5, 19, dan 2 Tesalonika 1:5-10, itu akan membuat picik untuk memprotes menentang penghakiman terhadap orang-orang berdosa dalam Perjanjian Lama. Namun, apakah sentimental manusia adalah ukuran untuk kebenaran Allah? Pembinasaan Kanaan adalah suatu visitasi dari sorga atas dosa-dosa umat manusia.

Tidak ada bukti bahwa Yesus menemukan kesulitan
dalam mengidentifikasi Allah yang murka dari Perjanjian Lama
dengan Allah Perjanjian Baru. Allah Bapa dalam Perjanjian Baru
adalah Allah yang menghakimi. Kristus telah menanggalkan ide
bahwa pandangan tentang Allah Perjanjian Lama dan murka-
Nya berbeda dengan pandangan tentang Allah yang mengasihi
dalam Perjanjian Baru. Dalam beberapa peristiwa, bahkan setelah
wahyu tentang pribadi Allah dan keberadaan-Nya di dalam
Kristus lebih penuh, kita akan menemukan dalam Perjanjian Baru
bahwa murka Allah bahkan lebih jelas lagi di dalam Perjanjian
Baru dari pada dalam Perjanjian Lama. Kita dapat membaca
perkataan-perkataan Kristus dalam Matius 23 dan perkataanperkataan
dalam Kitab Wahyu untuk melihat bahwa Allah yang
benar atas sorga dan bumi adalah satu-satunya yang benar yang
berhak menghakimi orang-orang fasik.

Kritik moral lain terhadap Alkitab ditemukan dalam
Keluaran yang berhubungan dengan pengerasan hati Firaun. Para
pengritik berkata bahwa jika Allah telah mengeraskan hati Firaun,
maka konsekuwensi dari fakta ini adalah bahwa Allah sendiri
yang harus bertanggung jawab atas dosa Firaun dan bahwa
tidaklah adil menuntut pertanggung-jawaban dari dosa itu kepada
Firaun dan menghukumnya karena alasan itu. Jika Allah yang
telah melakukannya, kata mereka, maka Allah yang bertanggung
jawab dan harus dimintai pertanggung-jawaban. Karena Allah
yang membuat orang yang rindu mengenal dan melakukan
kehendak Allah itu, menjadi mengeraskan hatinya, dan kemudian
menundukkan dia untuk tidak melakukan kehendak Allah, maka
sesungguhnya tidaklah mungkin untuk membenarkan sebagian
tindakan Allah ini.

Bagaimanapun, ketika kita membaca kisah ini kita berada
di dunia yang sama sekali berbeda dengan apa yang para pengritik
katakan. Pertama, Firaun bukanlah orang yang ingin atau rindu
mentaati Allah. Mula-mula bukan Allah yang mengeraskan hati
Firaun, namun Firaun sendirilah yang mengeraskan hatinya.
Dalam Keluaran 5:1-2 kita diberitahu bahwa Musa dan Harun
menghadap Firaun dengan membawa berita dari Yehova dan
Firaun menolak dengan tegas dan menentang untuk
mempertimbangkan atau mentaati Allah. Responnya terhadap
keramahan Musa, Firaun memberi dirinya sendiri untuk bertindak
lebih kejam dan mengerikan terhadap bangsa Israel (ayat 5-14).
Dalam Keluaran 7:10 dan ayat-ayat berikutnya kita melihat Musa
dan Harun melakukan tanda-tanda mujizat di depan Firaun untuk
membuktikan bahwa mereka adalah para utusan dari Allah. Firaun
tidak mau memperhatikannya, namun malah sebaliknya, ia
semakin mengeraskan hatinya menentang Tuhan.

Allah tidak mengeraskan hati Firaun, namun Firaun sendiri
yang terlebih dahulu mengeraskan hatinya sendiri. Allah
membiarkan Firaun untuk meningkatkan kehendaknya yang suka
melawan itu. Ini adalah berita yang bersifat universal. Jika manusia
memilih untuk melakukan yang salah, Allah menyerahkan mereka
kepada kesesatan itu (2 Tesalonika 2:9-12). Jika, dengan
kekerasan hati dan keinginan hati yang cemar, manusia memilih
dosa, maka akhirnya Allah menyerahkan mereka kepada dosa
itu dengan diikuti oleh penghukuman atas semua itu (Roma 1:24-
26).

Mazmur Kutukan
Sanggahan yang seringkali diajukan untuk menentang Alkitab didasarkan pada beberapa ucapan yang terdapat dalam apa yang disebut sebagai Mazmur kutukan. Mereka menunjukkan contoh seperti dalam Mazmur 58-59, 69, 79, 109, dan 137. Mereka berkata bahwa mereka melihat dalam Mazmur-Mazmur ini semangat balas dendam dan keinginan untuk melihat musuhnya dibinasakan bertentangan dengan pengajaran Tuhan kita. Di sini lagi, bagaimanapun, kita masuk ke dalam diskusi tentang doktrin murka dan penghakiman Allah. Perhatikanlah Roma 3:10-18. Di sana Paulus sendiri menggunakan bahasa dari Mazmur-Mazmur ini untuk menuntut musuh-musuh Allah yang berdosa dengan menyerahkan mereka kepada murka Allah. Kita harus ingat bahwa kadang-kadang di dalam Mazmur kita menemukan apa yang Allah katakan kepada manusia dan kadang-kadang kita juga menemukan apa yang manusia katakan kepada Allah. Dalam semua perikop dari apa yang disebut Mazmur kutukan ini adalah apa yang manusia
ungkapkan kepada Allah. Kepada Allah mereka mengungkapkan penderitaan dan kesusahan hati mereka dan kepada Allah mereka berseru agar Allah yang membalaskan kejahatan musuh-musuh mereka. Contoh ini persis seperti apa yang Perjanjian Baru perintahkan kepada kita yaitu untuk menyerahkan orang-orang yang berbuat salah kepada kita: yaitu kita harus berseru kepada Allah dan menyerahkan masalah kita itu kepada Tuhan. Pembalasan adalah milik yang Mahakuasa dan Ia yang akan membalaskan (Roma 12:19).

Dalam Mazmur-Mazmur kutukan ini, banyak kasus bila
bukan semua, yang menggunakan tensis imperative dalam
terjemahan bahasa Inggris, membuat kata-kata dalam ungkapan
ini nampak seperti suatu kutukan murni, namun di dalam tensis
bahasa Ibraninya adalah future. Ini mengindikasikan bahwa katakata
ini berisi nubuatan peringatan berhubungan dengan berbagai
macam penghakiman yang pasti akan terjadi suatu hari nanti yang
akan dijatuhkan atas orang-orang jahat, entah itu secara individu
maupun bagi bangsa-bangsa, kecuali mereka bertobat. Seluruh
nada dari Mazmur ini mengarah ke arah ini. Mazmur-Mazmur
kutukan mengumumkan nasib orang-orang fasik atau yang tidak
mengenal Allah ketika penghakiman akhir tiba.

Ini dapat dilihat dengan mudah dalam Mazmur 137:8-9.
Kata-kata di sini kedengarannya seperti kejam menentang
musuh-musuh Israel. Ucapan yang sesungguhnya adalah
nubuatan tentang akan datangnya hari kejatuhan atas bangsabangsa
yang bersukacita atas penghancuran yang mereka lakukan
terhadap Israel. Khususnya di dalam Mazmur ini mengumumkan
visitasi yang sangat mengerikan yang akan menimpa Babel oleh
karena cara Babel memperlakukan umat Allah. Babel sama
seperti Edom yang menuai apa yang mereka telah tabur. Mereka
akan diperbudak oleh bangsa lain sebagaimana mereka pernah
memperbudak Israel. Ini adalah cara mengungkapkan nubuatan
tentang apa yang sesungguhnya akan terjadi di Babel. Kita
menemukan nubuatan tentang penghukuman atas Babel yang
persis seperti itu dan bahkan lebih mengerikan dalam Yesaya
13:13-18. Renungkanlah Wahyu 18:1-24!

Para pengritik segera mengajukan dugaan kecacatan
moral lain dalam Alkitab berhubungan dengan kisah Saul dan
khususnya dalam 1 Samuel 16:14 dimana Alkitab berkata bahwa
“Tetapi Roh TUHAN telah mundur dari pada Saul, dan sekarang
ia diganggu oleh roh jahat yang dari pada TUHAN.”
Apa yang dimaksud dengan “roh jahat” yang dari pada
Tuhan ini? Menurut konteksnya jelas bahwa ini adalah roh
ketidak-puasan, kegelisahan, dan depresi. Konteks dari cerita
ini sangatlah jelas dalam mempresentasikan penghukuman ini atas
raja Israel itu. Saul telah menunjukkan pemberontakannya
kepada Allah. Ia dengan kehendaknya sendiri tidak mentaati Allah
(1 Samuel 15:4-26). Sebagai konsekuensi dari ketidak-taatannya
kepada Allah menyebabkan Roh Tuhan undur dari padanya, dan
roh ketidak-puasan dan kegelisahan menghukumnya. Ketika kita
membandingkan ini dengan apa yang kita ketahui tentang
kehidupan manusia, kita menemukan bahwa tidak akan ada
ketenangan ketika orang-orang berpaling dari Allah.

Ini adalah salah satu penghukuman dari yang Mahakuasa
bahwa ketika kita tidak mentaati hukum-hukum-Nya dan
menolak kehendak-Nya, kita menjadi tidak tenang, tidak ada
damai, patah semangat, dan penuh dengan keputus-asaan di
dalam dosa kita. Seperti sakit di dalam tubuh kita, penghukuman
ini memperingatkan kita bahwa kita telah melakukan sesuatu yang
salah. Selanjutnya, jika kita menanggapi dengan benar tentang
roh kegelisahan dan keputus-asaan ini, pertobatan akan mengikuti
dan membawa kita kembali kepada Allah dan menikmati sukacita
dari Roh Kudus.

Ada banyak orang pada hari ini yang telah mengenal
sesuatu dari Roh Tuhan dan sukacita oleh karena melayani
Kristus namun kemudian jatuh ke dalam dosa. Maka ia akan
sangat menderita mengetahui kebenaran kata-kata dalam Alkitab
bahwa roh jahat yang membuatnya tidak puas, gelisah, dan putus
asa membawa mereka masuk ke dalam kesengsaraan karena
perasaan tidak layak di hadapan Tuhan. Ketika kita tidak mentaati
Allah, kita pasti menghadapi penghukuman. Ketika kita mentaati
Allah dan bertobat berbalik kepada Allah, kita akan dipenuhi
dengan sukacita oleh kesucian yang datang dari Allah.

Kecacatan Moral pada Tokoh-Tokoh Alkitab
Ada orang yang mengaku sangat terganggu dengan apa yang disebut immoralitas yang ditemukan dalam diri para tokoh Alkitab. Alkitab tidak menyembunyikan sejarah dari beberapa orang yang menyimpang dari kebenaran kitab suci. Nuh yang mabuk, Abraham berbohong, Lot melakukan perbuatan yang memalukan, Yakub menipu saudaranya, Musa memukul karang, Daud berzinah, Petrus mengutuk dan bersumpah, dan bahkan Paulus dan Barnabas bertengkar berhubungan dengan Markus, dengan jujur dan terbuka ditunjukkan oleh Firman Allah. Allah tidak berusaha menyembunyikan semua itu untuk memuliakan para pahlawan iman.

Alkitab menghukum dosa di manapun itu ditemukan (1 Yoh. 2:15-17; Rom. 3:10-12). Ini termasuk kepada tokoh-tokoh besar Alkitab. Manusia mungkin memahami dosa hanya sebagai suatu kekhilafan, ketidak-sengajaan, namun Allah tidak melihatnya dengan cara seperti itu. Allah memandang dosa sebagai pelanggaran terhadap hukum-Nya di alam semesta ini. Manusia selalu mencoba untuk memaklumi pelanggaranpelanggarannya. Namun Allah tidak demikian. Allah segera dan langsung mengumumkan penghukuman atas semua kejahatan kita, entah itu atas Adam ataupun Musa ataupun Daud. Tidak seperti semua buku lainnya, Alkitab menelanjangi manusia dari setiap alasan yang membenarkan perbuatan dosa dan menekankan tanggung jawab dan atas kejahatannya.

Penggambaran para tokoh Alkitab yang menyimpang dari tuntutan kitab suci menunjukkan kejujuran dan kebenaran Alkitab dalam setiap respeknya. Allah tidak berusaha menyembunyikan ketidaksempurnaan dan kecacatan mereka. Tentu saja, manusia berusaha untuk menunjukkan keagungannya dengan menyembunyikan kekurangannya, namun Allah tidak demikian. Hannibal, seorang jendral Kartago yang terkenal yang hidup kira-kira 200 S.M., kehilangan salah satu matanya dalam suatu kampanye berbahanya yang membuat ia menjadi sangat terkenal. Kemudian dua orang seniman diminta untuk melukis dia, dan mereka ingin sekali menyembunyikan kecacatan fisik pada pahlawan mereka itu. Seniman yang satu melukis wajah pahlawan itu secara penuh namun memberikan dua mata yang indah untuk lukisan itu. Dan pelukis kedua melukis wajah pahlawannya yang terlihat dari samping dengan salah satu mata yang masih ada padanya. Namun sebenarnya kedua hasil lukisan itu adalah suatu penipuan. Anda tidak akan menemukan hal seperti itu di dalam Firman Allah. Allah merepresentasikan para tokoh Alkitab persis seperti apa mereka yang sebenarnya.

No comments:

Post a Comment