Kekekalan Allah Melebihi Dugaan Kita
Manusia
mengenal istilah “kekal.” Apakah mereka sungguh memahaminya? Mengukur waktu
saja manusia begitu kesulitan. Para ahli berkata, alam semesta dimulai 14
milyar tahun yang lalu. Katanya umur bumi 4.54 milyar tahun. Siapa dapat
merangkul angka itu?
Bila
angka-angka itu sulit dikuasai, apalagi kekekalan. Kekekalan tidak dapat
diukur. Dalam kekekalan tidak ada “waktu,” yaitu tahun-tahun.
Setiap
Mukmin diwajibkan percaya akan kekekalan (al-Qidam) Allah. Bagi Allah
tidak ada permulaan karena Ia tidak diciptakan. Terjemahan Al-Quran untuk Qs
112:2 ialah, “ Allah, yang kekal, yang mutlak ” (Yusuf Ali).
Bila Allah tidak diciptakan, berarti Ia kekal adanya. Kitab Allah dalam Ulangan
33:27 berbunyi, “ Allah yang abadi adalah tempat
perlindunganmu. . . ”
Apa yang Dilakukan Allah Dalam Kekekalan?
Tidak
ada orang yang dapat menjawab pertanyaan ini dengan pasti. Tapi kita tahu, tanpa adanya
konsep Trinitas, dalam kekekalan seakan-akan Allah bisu dan
tuli. Mengapa? Sebab bila Allah sendirian dalam kekekalan sebagaimana
menurut konsep Tauhid, berarti Allah tidak berbicara atau mendengar. Mungkinkah
Allah akan berbicara dalam kekekalan, sementara tidak ada yang mendengarkan?
Mungkinkah Dia mendengar suara bila tidak ada oknum yang berbicara kepada-Nya?
Allah Bergantung Pada Malaikat-malaikat?
Mungkin
para Mukmin akan berkata, “Ia menciptakan malaikat dan bicara pada
mereka.” Bisa saja, tapi bukankah hal itu berarti Allah bergantung pada malaikat
agar Ia dapat mendengar dan berbicara? Sehingga, tanpa malaikat Allah tidak
komplit atau sempurna! Ini juga sulit diterima.
Haruskah
kemampuan Allah berbicara atau mendengar, bergantung pada malaikat-malaikat
ciptaan-Nya? Kiranya jangan kita berkata Allah tidak komplit dan sempurna tanpa
ciptaan-Nya! Jelas, dalam kekekalan sebelum ada ciptaan-Nya, Ia sempurna,
bukan?
Allah Diam Saja Dalam Kekekalan
Orang
lain berkata, “Allah diam saja dalam kekekalan. Tidak perlu bicara atau
mendengar.” Tetapi Allah adalah satu pribadi. Bila Ia berdiam diri dalam
kekekalan sebelum tiba waktu menciptakan sesuatu, berarti dalam kekekalan Ia
tidak pernah bicara dan mendengar.
Mungkin
ada orang yang puas menyembah Allah yang demikian. Tapi kami tidak siap
menyembah Allah yang terpaksa berdiam diri dalam kekekalan. Menurut kami, Allah
yang demikian kurang sempurna.
Agama Kristen dan Islam Memegang Keesaan Allah
Sama
seperti orang Islam, Kristen juga percaya akan ketauhidan Allah.
Dalam hal ini, kedua agama besar tersebut sehati. Lihatlah satu ayat dari
Al-Quran, “ Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang
Hak) melainkan Allah . . . Dialah Yang Awal dan Yang Akhir . . . ” (Qs
47:19; 57:3).
Buku Allah (Alkitab) juga memuat
ayat sejenis sbb: “ Dengarlah . . . Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu
esa! . . . Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah. .
. . tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain
” (Taurat, Kitab Ulangan. 6:4; Kitab Nabi Besar Yesaya 45:5-6).
Maka,
orang Kristen dan Islam seharusnya tidak perlu berdebat tentang keesaan Allah.
Allah Maha Esa. Semua setuju!
Konsep Trinitas Menangani Masalah Kekekalan
Kitab
Allah dengan jelas menekankan bahwa Roh Allah kekal adanya. Sehingga, Ia
disebut "Roh Kekal." Ingat, hanya Allah yang kekal! Juga, Ia disebut
"Roh Kudus" dan hanya Allah yang kudus. Maka Rohullah adalah Roh
Ilahi, Allah adanya.
Kitab
nabi Islam dalam Qs 4:171 dan Kitab Allah, memberi nama "Kalimat Allah" kepada Isa Al-Masih. Satu ayat kunci
berbunyi, "Pada mulanya adalah Firman (Kalimat);
Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah ” (Injil,
Rasul Besar Yohanes 1:1). Maka "Kalimat Allah" juga Allah.
Demikian
dalam kekekalan ada Trinitas: Allah Bapa, Allah Roh, Kalimat Allah. Ini disebut
Allah Tri-Tunggal. Dalam kekekalan ada lingkaran kasih dalam keesaan Allah,
dimana Allah Bapa, Roh Allah, Kalimat Allah saling-mengasihi, berinteraksi satu
sama lain karena beroknum tiga, namun maha esa.
Para Mukmin Berkata , "Mustahil Percaya pada Trinitas!"
Jelas tidak mudah percaya pada
Trinitas. Namun menurut kami, lebih mudah menerima dan percaya Trinitas
daripada konsep
ketauhidan Allah yang
dikemukakan dalam agama Islam. Sulit mempercayai bahwa Allah dalam kekekalan
seakan-akan bisu dan tuli. Karena itu, konsep Tauhid juga sulit diterima!
Kenyataan yang Lebih Penting dari Pengertian Trinitas atau Tauhid
Nasib
manusia sesudah mati, ke neraka atau sorga, perlu menarik perhatian kita,
bukan? Bila kita kuat dalam dogmatika, tetapi jiwa masuk neraka selamanya, apa
gunanya dogmatika kita? Allah yang maha esa menyediakan jalan, agar dosa kita
dapat diampuni dan kita mendapat hidup kekal.
Pada
akhir penjelasan tentang keselamatan disediakan "Doa Keselamatan"
bagi saudara. bila dengan tulus hati dan penuh iman saudara mendoakan doa itu,
masalah terpenting, keselamatan kekal saudara, akan ditangani.
No comments:
Post a Comment