Benarkah
Al-Quran adalah seratus persen firman (perkataan) Allah, tidak bercampur dengan
ucapan Muhammad sebagaimana dinyatakan dalam Sura 53:3-5? Mari kita simak
ayat-ayat Al-Quran di bawah ini:
Apakah
Al Faatihah itu ucapan Allah atau manusia? Bukankah manusia yang berseru, “Hanya Engkaulah yang
kami sembah”? Bukankah tidak
mungkin Allah yang berdoa,
“Tunjukilah kami jalan yang lurus”?
Apakah
benar bagian akhir dari Sura 6:106 adalah ucapan Allah, “Dan aku sekali-kali
bukanlah pemelihara“? Bukankah ini jelas ucapan Muhammad seperti telah diakui dengan memasukkan
namanya dalam tanda kurung?
Bagaimana
dengan Sura 6:114, “Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah,
padahal Dialah yang menurunkan kitab …” Bukankah ini ucapan Muhammad dan bukan ucapan Allah?
Apakah
bukan ucapan Muhammad dalam Sura 17:1 yang berbunyi, “Maha
Suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam hari dari Al
Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha …”?
Siapakah
“Aku“ dalam Sura 27:91? Tidakkah ini jelas bukan Allah tetapi seorang manusia? Bagaimana Allah dapat
berkata, “Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini yang telah
menjadikannya suci dan kepunyaanNyalah segala sesuatu, dan aku diperintahkan
supaya termasuk orang-orang yang berserah diri”?
Apakah
sungguh Allah bersumpah demi hari kiamat dan dengan jiwa yang amat menyesal
(Sura 75: 1-2)? Bukankah ini ucapan manusia?
Apakah
sungguh Allah bersumpah demi bintang-bintang dan demi malam dan demi subuh
(Sura 81:15-18)? Bukankah ini ucapan manusia?
Apakah
bukan malaikat yang mengucapkan Sura 19:64, “Dan
tidaklah kami turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. KepunyaanNyalah apa-apa
yang ada dihadapan kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah
Tuhanmu lupa“?
Apakah
bukan malaikat yang mengucapkan Sura 37:161-166?
Bagaimana mungkin Allah yang mengatakan, “Maka sesungguhnya kamu dan apa-apa
yang kamu sembah itu, sekali-kali tidak dapat menyesatkan terhadap Allah,
kecuali orang-orang yang akan masuk neraka yang menyala. Tiada seorangpun di
antara kami (malaikat) melainkan mempunyai kedudukan tertentu, dan sesungguhnya
kami benar bershaf-shaf (dalam menunaikan perintah Allah) dan sesungguhnya kami
benar-benar bertasbih (kepada Allah)”? Jelas sekali ini perkataan malaikat, bahkan kata
“malaikat” sudah dimasukkan.
Apakah
sungguh ucapan Allah yang terdapat dalam Sura Al Jin? Bukankah sebenarnya Jin yang berbicara – umpamanya Sura 72:11,
“Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh (apakah ada jin
yang saleh? Bukankah ini dusta belaka?) dan di antara kami ada yang tidak
demikian halnya.”
INTINYA adalah yahudi ! sbg suku bangsa paling tua di dunia SEKALIGUS sbg agama samawi pioner, lalu kristen (katolik, ortodk, protestan, koptik, dll) terakhir islam, tradisi & syariah YAHUDI mau tdk mau, suka tdk suka mewarnai agama setelahnya ! KAlO YESUS sudah menghapusnya lewat hukum cinta kasihNYA, SEDANGKAN ISLAM masih melestarikannya, antara :
ReplyDelete-. wajib sunat fisik lelaki baliq,
-. wajib berpenutup kepala saat ibadah,
-. menghalal-haramkan makanan jasmnai, wanita wajib berkerudung diluar rumah (islam memodifikasinya menjadi jilbab, hijab),
-. menghadap tuhan hanya boleh waktu-waktu tertentu (yahudi 7 waktu, islam 5),
-. yahudi berdoa ke hadirat tuhan adalah tembok ratapan, islam menghadap tuhan ke kabah - padahal tuhan ada dimana2,
-. berpuasa lahiriah (fisik lapar tapi bathin kenyang main gadget, cuci mata dengan alasan NGABUBURIT/nunggu waktu berbuka),
-. masih berkurban bakar atau sembilihan saat idul adha,
-. mengutamakan hal lahiriah terutama ttg kesucian (buktinya cetakan al qur'an tak boleh dibawa ke toilet, terlangkahi, jatuh ke tanah, dipegang wanita haid/ tangan kiri, ada istilah batas suci FISIK di mesjid),
-. memelihara janggut, jambang.
-. firman & hadist direkayasa demi menguntungkan pemuka agama), makin byk jamaah/massa bisa ditukar saat pemilu/pilkada & menguatkan posisi sosial.
ITULAH YAHUDI dan islam melestarikannya.