Wednesday, February 4, 2015

Timbangan "Mizan" Islam Dan Penebusan Isa Al-Masih

Suatu hari guru agama di sekolah kami bercerita tentang “mizan.” Yaitu timbangan yang berfungsi untuk mengukur seberapa berat dosa dan pahala seseorang.  “Allah akan menggunakan timbangan ini untuk menentukan siapa yang akan masuk sorga dan siapa yang masuk neraka.” Demikian cerita guru itu.

Pengertian Konsep Timbangan dalam Ajaran Islam

Sebagai anak-anak, saya hanya manggut dan menerima cerita tersebut sebagai kebenaran. Namun seiring dengan berjalannya waktu, pemahaman saya akan konsep timbangan semakin jelas.
Timbangan dosa dan pahala atau disebut juga dengan istilah “mizan” adalah dalam arti yang sesungguhnya. Bukan dalam arti kiasan. Memiliki dua penampang, sebelah kiri dan kanan. Hanya Allah yang mengetahui berapa besarnya timbangan tersebut.
Timbangan ini akan digunakan pada akhir zaman untuk menentukan apakah seseorang akan masuk sorga dan neraka. Bila timbangan lebih berat pahala, maka orang tersebut akan masuk sorga. Sebaliknya, jika timbangan lebih berat dosa, maka dia akan masuk neraka.
"Barang siapa berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat beruntung. Dan barang siapa yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri mereka kekal di dalam neraka Jahanam. Wajah mereka dibakar dengan api neraka, dan mereka di neraka dalam keadaan muram dengan bibir yang cacat" (Qs 23:102).
Namun ada satu pertanyaan di hati saya.  Mungkin Anda juga dapat merenungkannya. Bagaimana bila timbangan itu seimbang. Kemana Anda akan pergi. Sorga atau neraka?

Allah Memberi Konsep Penebusan, Bukan Konsep Timbangan

Konsep keselamatan yang Allah berikan sejak dari semula adalah konsep penebusan. Dalam Kitab Taurat kita membaca bagaimana Allah menjelaskan korban-korban yang harus diberikan oleh orang yang melakukan pelanggaran.
“Jikalau yang berbuat dosa dengan tak sengaja itu seorang dari rakyat jelata, dan ia melakukan salah satu hal yang dilarang Tuhan, sehingga ia bersalah,  . . . haruslah ia membawa sebagai persembahannya karena dosa yang telah diperbuatnya itu seekor kambing betina yang tidak bercela. . . . meletakkan tangannya ke atas kepala korban penghapus dosa dan menyembelih korban itu di tempat korban bakaran. . . . demikian imam mengadakan pendamaian bagi orang itu sehingga ia menerima pengampunan” (Taurat, Kitab Imamat 4:27-31).

Asal Mula Konsep Timbangan

Ayat Taurat di atas menjelaskan kepada kita bahwa sejak semula konsep keselamatan yang diberikan Allah adalah konsep penebusan. Kitab Suci sama sekali tidak pernah menyinggung soal konsep timbangan.
Lalu darimana nabi umat Muslim mendapat ide tentang konsep timbangan? Atau konsep ini dipengaruhi oleh latar belakangnya sebagai pedagang? Entahlah! Yang pasti, Al-Quran sendiri tidak menjelaskan asal mula dari konsep timbangan amal dan dosa ini, terlebih Alkitab.

Isa Al-Masih Memberi Diri Sebagai Korban Penebusan

Tentang pengampunan, kita dapat melihat pada peristiwa ketika Ibrahim ingin mempersembahkan Ishak, anaknya. Allah menyediakan satu domba sebagai pengganti. Dengan adanya domba pengganti, maka Ishak pun mendapatkan kembali kehidupan.
Peristiwa tersebut adalah gambaran dari pengorbanan Isa Al-Masih di kayu salib. Dimana Dia telah memberi diri-Nya sebagai “Korban Tebusan yang memberi pengampunan.” Satu kali untuk seluruh umat manusia. “Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia” (Injil, Rasul Besar Yohanes 1:9)
Demikianlah, keselamatan sorgawi seseorang tidak ditentukan oleh berat atau rendahnya timbangan amalnya. Melainkan hanya melalui Isa Al-Masih, sebab Isa Al-Masih adalah satu-satunya “Jalan” menuju sorga.


No comments:

Post a Comment