Sunday, February 8, 2015

Neraka menurut ajaran Tuhan Yesus



(Neraka: tempat di mana Allah memusnahkan kejahatan)
Matius 23:33
Khotbah oleh Pendeta Eric Chang
Matius 23:33
Pengajaran tentang neraka adalah pokok yang sangat mengerikan
Hari ini, kita melanjutkan studi kita mengenai ajaran Yesus. Pada pesan yang lalu kita telah melihat mengapa dunia ini harus berakhir; mengapa setiap orang harus mencapai titik akhir karena penghakiman adalah pengakhiran itu.
Namun sebelum kita tinggalkan Matius 23, kita perlu untuk menguraikan tentang neraka.
Kata 'neraka' muncul sebanyak 12 kali di dalam Perjanjian Baru. Dan 11 dari ke-12 kemunculannya ditemukan di dalam pengajaran Yesus; 7 kali di dalam Matius, 3 kali di dalam Markus dan satu di dalam Lukas. Ayat-ayat di Markus dan Lukas juga parallel dengan ayat-ayat di Matius, dan catatan yang paling lengkap terdapat di Matius, yang dilengkapi oleh Lukas. Kata 'neraka' ini muncul sebanyak 7 kali di Matius. Oleh karena itu, kita tidak boleh menghindari pokok ini. Ini adalah pokok yang tidak berani dipandang ringan oleh orang-orang; ini adalah pokok yang berat; pokok yang sangat menakutkan, yakni ajaran tentang neraka.
Mengapa Allah yang maha pengasih, mengadakan neraka?
Pertama-tama, mari kita ajukan pertanyaan berikut, mengapa harus ada neraka? Mengapa kita harus merenungkan realitas neraka? Bukankah ide tentang neraka ini ide yang agak barbar? Bukankah ide semacam ini termasuk sadis? Apa itu sadisme? Sadisme adalah sikap hati yang menikmati penderitaan orang lain, senang melihat orang lain menderita. Dan mungkin cara sebagian hamba Tuhan berkhotbah tentang neraka membuat orang hampir merasa bahwa para hamba Tuhan ini senang membayangkan orang dipanggang di api neraka.
Namun bagi kita yang tidak senang membayangkan tentang penderitaan orang yang dipanggang di api neraka, bukankah pokok ini terdengar agak memalukan? Sungguh memalukan jika kita di dalam gereja ternyata memiliki doktrin tentang neraka yang harus disampaikan. Dan di zaman modern ini, bukankah hukuman mati bagi para pembunuh, pemerkosa, bagi para pelaku kekerasan sudah bisa ditiadakan [di negara-negara tertentu]? Tidak ada lagi hukuman mati. Anda boleh melakukan apapun yang Anda mau. Anda boleh membunuh ratusan orang dan tetap bebas, cukup dengan hukuman seumur hidup, lalu diberi makan oleh para pembayar pajak, dan menonton TV di dalam sel di penjara untuk seumur hidup Anda. Jika Anda tidak berhasil mendapatkan pekerjaan di mana-mana, mungkin jalan keluar yang terbaik adalah mendapatkan tempat menginap permanen di salah satu penjara milik pemerintah dengan biaya yang ditanggung oleh para pembayar pajak. Tak ada lagi hukuman mati.
Kita berada di tengah 'zaman pencerahan'. Jadi, Anda boleh membunuh 100 atau 200 orang dan itu tidak menjadi masalah. Kita ini sedemikian 'dicerahkan' sehingga kita tidak mau berbicara tentang hukuman. Dan bahkan, kadang-kadang, kita begitu peduli apakah para narapidana kita mendapat perlakuan yang buruk. Kadang kala, makanannya kurang enak, dan mereka bahkan boleh membuat kerusuhan serta membakar penjara itu sehingga para pembayar pajak harus mengucurkan sekitar 10-20 juta dolar untuk membangun lagi penjara itu. Kita adalah orang-orang yang begitu 'dicerahkan' di zaman sekarang ini, oleh karena itu, pandangan tentang adanya neraka sangatlah sukar untuk dicerna.
Lalu mengapa harus ada neraka? Mengapa Allah, yang katanya adalah Allah yang maha pengasih, melembagakan hal yang disebut neraka ini?
Pilihlah: Entah ada keadilan di alam semesta ini atau tidak ada
Kita harus menetapkan satu dari antara dua hal berikut. Ada keadilan di alam semesta ini atau tidak ada. Anda harus memilih salah satu dari keduanya. Jika keadilan di alam semesta ini tidak ada, maka jelaslah bahwa penghargaan maupun hukuman tidak diperlukan. Kita tidak suka pada kata hukuman. Namun jika kita tidak suka hukuman, berarti kita tidak suka keadilan. Dan jika kita tidak menginginkan keadilan, maka setiap orang boleh melakukan kejahatan sesuka hatinya. Dia boleh, seperti Hitler, memasukkan jutaan orang ke dalam kamar gas dan membunuh mereka. Kemudian mengumpulkan semua cincin dan barang berharga dari mayat-mayat mereka, dan bahkan memakai tulang belulang mereka untuk pupuk dan untuk tujuan kimia. Mengapa terkejut? Buat apa kuatir akan kejahatan yang telah dilakukan? Bukankah tidak ada keadilan di alam semesta ini, lalu mengapa kita harus peduli?
Anda harus memilih apakah ada keadilan atau tidak ada. Jika tidak ada keadilan, tentunya kita tidak memerlukan hukuman, kita tidak perlu penghargaan, dan tentu saja kita tidak memerlukan neraka. Kita tidak memerlukan neraka karena tidak ada keadilan. Bagaimana Anda menerapkan keadilan tanpa adanya neraka? Bagaimana Anda menerapkan keadilan tanpa adanya hukuman?
Atau, mungkin Anda akan berkata, "Mari kita adakan hukuman, namun bukan yang berat, tidak seberat neraka. Buat yang lebih ringan seperti misalnya, tidak boleh makan selama satu atau dua hari. Itu cukup baik. Di dalam masyarakat kita yang 'dicerahkan' ini, hal tersebut sudah memadai." Lalu bagaimana Anda akan menjalankannya? Mungkin pada suatu hari nanti, Anda akan merasa bahwa hukuman seperti ini juga sudah kejam. Cukup ditegur saja orangnya. Bayangkanlah kelaparan yang ditanggungnya. Perutnya kelaparan selama dua hari! Sungguh menngerikan! Di tengah masyarakat kita yang 'beradab' ini, kita tidak melakukan hal-hal yang semacam itu. Jadi, secara berangsur-angsur, Anda terus saja melunakkan urusan ini, sampai akhirnya kita tidak ada lagi hukuman, kalau ada pun hanya bersifat simbolis saja.
Saya beritahu Anda, bahwa di mana tidak ada keadilan, maka akan terjadi kekacauan. Dan di mana ada kekacauan, segenap sistem kemasyarakatan akan ambruk. Kita harus memilih satu dari antara keduanya. Apakah neraka itu sangat mengerikan? Benar atau tidaknya akan kita selidiki dan bahas.
Apa yang Yesus ajarkan mengenai neraka? Apa itu neraka?
Apakah neraka merupakan hukuman kekal di mana api yang kekal akan membakar tanpa terpadamkan, untuk memanggang orang berdosa selama-lamanya? Itukah keadilan?
Apakah yang diajarkan oleh Yesus tentang neraka? Apakah neraka itu? Jika Anda berkata, "Aku tahu apa itu neraka. Orang berdosa akan masuk ke dalam api dan dibakar di sana selama-lamanya, bukankah begitu? Itulah neraka. Neraka adalah tempat penghukuman yang kekal." Api yang kekal di neraka akan membakar tanpa dapat terpadamkan. Dan Anda akan berada di sana dipanggang dan dipanggang buat selama-lamanya. Apakah itu keadilan?
Coba perhatikan, seseorang mungkin bisa hidup sampai 50 tahun di dunia ini, mungkin 60 atau 70 tahun. Mungkin kita bisa sampai pada usia 80 tahun. Sebagian orang yang cukup beruntung dan sehat bisa mencapai usia 80 atau bahkan 90 tahun. Pada saat mereka mencapai usia tersebut, penglihatan dan pendengaran mereka mungkin sudah sangat buruk, tetapi mereka masih hidup, mungkin malah bisa melebihi 90 tahun dan mencapai 100 tahun.
Jika seseorang hidup di dalam dosa selama 100 tahun, bahkan sekalipun dia jalani setiap hari dalam hidupnya di dalam dosa, tidak usah kita bayangkan dia melakukan dosa yang berat seperti pembunuhan atau yang sejenisnya. Anggaplah dia tidak ke gereja, tidak mengasihi sesama manusia, egois, pelit, tidak ramah, kasar (sebagian besar dari kita bersikap seperti ini kadang-kadang), dan dia lakukan hal-hal semacam ini setiap harinya selama 100 tahun, dan karena dia bukan jenis orang yang hidup di bawah hukum Allah, maka dia masuk ke neraka. Dan dia akan berada di neraka itu bukan untuk 1 tahun saja, juga bukan 2, 10, 100 atau bahkan 1000 tahun, tidak, juga tidak hanya 1 juta tahun! Oh, Anda mungkin berpikir, "Dia berbuat dosa selama 100 tahun dan dia harus berada di neraka sampai 1 juta tahun?" Tidak, Anda tidak menghabiskan 1 juta tahun di neraka karena, menurut ajaran sebagian orang, Anda akan berada di sana sampai selama-lamanya! Dan kata selama-lamanya bukanlah 1 juta tahun, juga bukan 5 juta tahun; seberapa banyak jumlah angka nol yang ingin Anda masukkan ke dalam hitungan ini, karena selama-lamanya itu berarti kekal tanpa batas waktu.
Oh! Lalu Anda sebut ini keadilan? Anda katakan ini bukan barbarisme? Inikah ajaran tentang keadilan? Anda sebut itu keadilan? Anda berbuat dosa selama 100 tahun, lalu Anda harus habiskan waktu di neraka sampai 1 milyar tahun, 100 milyar tahun, apakah ini keadilan? Anda mungkin berkata, "Saya tidak bisa lagi mengartikan keadilan. Keadilan yang semacam ini tidak bisa saya pahami." Bisakah Anda memahami kasus semacam ini, bahwa kalau Anda berbuat dosa 100 tahun maka Anda akan menghabiskan waktu bermilyar-milyar tahun di neraka? Apakah ini ajaran Alkitab? Kita akan melihat apakah ini memang benar-benar ajaran Alkitab. Apakah kita sesungguhnya mengerti apa itu keadilan?
Kasih tanpa keadilan bukanlah kasih
Pertama-tama, kita harus menentukan, apakah Allah adalah Allah yang maha adil? Kita harus paham bahwa kasih tanpa keadilan hanya akan menjadi suatu 'kecemaran (apakah ada istilah lain untuk kasih yang terkorupsi?)'? Keadilanlah yang mencegah kasih menjadi percabulan, perzinahan, homoseksualitas, dan menjadi berbagai bentuk kasih yang mengalami pembusukan.
Kasih tanpa keadilan adalah kasih tanpa penopang, tanpa tulang punggung. Ia menjadi kasih yang tidak memberi diri, melainkan yang egois, rusak, membusuk. Selalu mengambil dari orang lain, menghisap setiap tetes keuntungan yang bisa didapat dari orang tersebut, dan ketika sudah habis, lalu Anda campakkan. Itukah kasih? Memang sudah selayaknyalah ada keadilan di sini, sebagaimana adanya kebenaran di dalam kasih yang menguatkan kasih tersebut -yang menyehatkan dan memurnikan kasih. Pikirkanlah hal ini.
Alkitab memberitahu kita bahwa Allah adalah Allah yang maha adil sebagaimana halnya Dia adalah maha pengasih. Dia tidak akan membiarkan kejahatan berlanjut melampaui takaran tertentu. Dia telah menarik garis batas dan berkata, "Melewati garis ini, kamu tidak akan boleh berlanjut. Dan kalau kamu melampaui garis ini, maka kamu akan berhadapan dengan keadilan tertinggi yang harus menentang kejahatan."
Dua rujukan mengenai neraka di Matius 23:15 dan 33
Mari kita masuk ke ajaran Yesus. Di Matius 23, terdapat 2 rujukan terakhir mengenai ajaran tentang neraka. Seperti yang sudah saya sampaikan, kata 'neraka' muncul 7 kali di dalam pengajaran  Yesus dan di Matius 23 kita temukan 2 rujukannya, yakni di ayat 15: "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri."
Anda penuh dengan semangat religius, semangat misionaris, tetapi bukan jenis agama yang berkenan kepada Allah, dan karena semangat itu, Anda berangkat dan mencari penganut baru dan orang-orang yang menjadi penganut agama Anda justru menjadi orang yang dua kali lebih layak untuk neraka daripada Anda. Anda membuat mereka menjadi lebih jahat, bukannya lebih baik.
Rujukan yang kedua, ayat 33, "Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak (ular berbisa)! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?"
Yesus lebih banyak berbicara pada para muridnya tentang neraka
Saya ingin membuat beberapa tafsiran faktual sebelum kita mulai melakukan penelaahan yang cermat pada apa yang diajarkan oleh Yesus mengenai neraka. Hal pertama yang mengejutkan saya, dan membuat saya terperanjat, ketika saya meneliti dengan cermat semua rujukan di dalam ajaran ini adalah fakta bahwa kebanyakan dari rujukan itu diarahkan kepada para muridnya dan bukan kepada orang yang tidak percaya. Dan banyak dari rujukan itu berkata, "Lebih baik bagimu jika masuk ke dalam hidup dengan satu tangan atau satu mata daripada masuk neraka dengan anggaota tubuh yang lengkap. Oleh karena itu, jika matamu membuatmu berdosa, cungkillah itu. Jika tanganmu membuatmu berdosa, potonglah."
Yesus sedang berbicara kepada murid-muridnya mengenai neraka. Dan ketika saya amati, dari 7 rujukan tentang neraka di Matius, 5 di antaranya ditujukan kepada murid-murid, dan 2 sisanya, yang ada di Matius 23, tidak ditujukan kepada orang yang tidak percaya, melainkan kepada orang-orang religius, kepada orang-orang Farisi, kumpulan orang Yahudi yang paling religius.
Ini adalah kejutan yang pertama, karena biasanya kita berpikir bahwa uraian tentang neraka itu ditujukan kepada orang yang tidak percaya. Pokok ini dipakai untuk menakut-nakuti mereka agar mau masuk ke dalam Kerjaaan Allah. Ini adalah omong kosong. Pokok ini disampaikan bukan untuk menakut-nakuti orang yang tidak percaya. Pokok ini disampaikan untuk memperingatkan mereka yang mengira bahwa mereka sedang berada di dalam jalur menuju hidup. Namun tentu saja, pokok ini juga ditujukan kepada orang yang tidak percaya. Hal ini tidak perlu diragukan lagi. Namun pokok ini tidak dimaksudkan sebagai alat untuk menakut-nakuti mereka. Ini hanya sekadar faktanya.
Saat seorang dokter berkata kepada Anda bahwa Anda akan mati dalam waktu 6 bulan, dia tidak sedang menakut-nakuti Anda. Dia sekadar memberitahu Anda, "Dari pengujian terhadap semua fakta yang ada, Anda hanya punya 6 bulan." Ini hanya sekadar penyampaian kebenaran.
Saat Yesus memberitahu kita tentang neraka, dia sekadar memberitahu bahwa keadilan Allah akan diterapkan ke atas dosa jika Anda tidak bertobat. Dia tidak sedang menakut-nakuti Anda. Jika Anda tidak merasa takut, tidak masalah. Dan sebagian besar orang memang tidak takut akan uraian ini karena mereka bahkan tidak percaya pada keberadaan neraka, jadi apa yang perlu mereka takutkan? Dengan segara mereka akan segera tahu kenyataannya. Lihat dulu baru percaya. Sebenarnya, di dalam ajaran Yesus, dia sudah mengatakan hal ini kepada kita, "Suatu hari nanti, kamu akan melihatnya. Pada saat itu kamu akan percaya, akan tetapi itu sudah sangat terlambat." Jadi, poin yang pertama adalah fakta bahwa Yesus mengarahkan ucapannya ini terutama, walau tidak secara khusus, kepada para murid.
Ada serangkaian kata-kata yang dipakai Yesus yang berkaitan dengan neraka. Kalimat ratapan dan kertakan gigi juga muncul sebanyak 7 kali, dan kembali lagi, kemunculannya adalah di dalam Injil, 6 kali di Matius dan satu di Lukas. Apakah arti ratapan dan kertakan gigi itu?Kalimat ini merupakan ungkapan keputusasaan yang mendalam, di mana orang menangis sambil menggertakkan gigi.
Apakah Anda pernah melihat orang yang akan menghadapi eksekusi? Saya pernah. Setelah kaum Komunis berkuasa, kami semua melihat orang-orang yang diangkut untuk dieksekusi dengan tembakan senjata api. Seperti apa keadaan mereka yang akan dieksekusi itu, saat mereka tahu bahwa dalam 10 menit lagi mereka akan dieksekusi? Orang-orang itu berpelukan di lantai tempat mereka dikurung. Apa yang mereka perbuat saat itu? Meratap dan mengertakkan gigi. Ada rasa keputusasaan yang luar biasa. Keputusasaan yang mendalam akan nasib mengerikan yang sedang mereka alami! Demikianlah, ungkapan 'ratapan dan kertakan gigi' ini diarahkan sebagai suatu peringatan di dalam ajaran Yesus kepada murid-murid, dan juga kepada orang banyak. Namun sekali lagi, ucapan ini tidak ditujukan secara khusus, bahkan juga tidak secara utama, kepada orang banyak. Ini adalah suatu pengamatan pokok yang perlu kita lakukan.
'Neraka' seringkali dihubungkan dengan 'api'
Pokok pengamatan yang kedua adalah bahwa kata 'neraka' seringkali dihubungkan dengan kata 'api'. Tidak selalu, sering namun tidak selalu, dikaitkan dengan kata 'api'. Sebagai contoh, rangkaian kata yang kita temukan adalah neraka yang menyala-nyala di Matius 5:22, contoh lainnya, di Matius 10:28 dan juga di Matius 18:8-9. Dan rujukan lainnya di Markus yang merupakan parallel bagi ayat-ayat tersebut. Di Markus 9:43, 47, 48, Anda akan temukan lagi rujukan-rujukan tentang neraka yang dihubungkan dengan 'api'. Namun perlu saya sampaikan juga bahwa kadang kala, kata neraka ini tidak dikaitkan dengan kata 'api'. Dan nanti kita akan lihat juga makna penting dari kata lain tersebut.
'Destruction/Pembinasaan' terhubung dengan ide tentang neraka ini
Mari kita mulai coba untuk memahami pengajaran Yesus mengenai neraka. Jelaslah bahwa neraka ini merupakan pokok yang sangat penting bagi Yesus dan dia sangat sering mengulangi pokok ini di dalam pengajarannya. Dia berusaha untuk memperingatkan kita bahwa kita harus memilih antara jalur hidup atau mati. Anda hanya memiliki dua jalur untuk ditempuh. Apakah Anda menempuh jalur menuju hidup? Atau apakah Anda menempuh jalur menuju maut? Jalan yang besar, jalan yang lebar, jalan yang mudah berakhir pada kebinasaan atau kehancuran.
Kata destruction (kebinasaan, kemusnahan atau kehancuran) ini terkait dengan segenap ide tentang neraka, dan kata destruction ini juga sangat sering muncul. Sebagai contoh, di Matius 10:28, Yesus berkata bahwa Allah sanggup destroy (membinasakan, menghancurkan, memusnahkan) tubuh dan jiwa di neraka. Di sana ada kata destroy. Neraka itu berhubungan dengan destruction (pemusnahan, pembinasaan, penghancuran). Camkan dalam-dalam hal ini di dalam benak Anda jika Anda ingin memahami hakekat dari neraka. Neraka berkenaan dengan pemusnahan.
Ada benda-benda tertentu yang harus dimusnahkan
Lalu mengapa harus ada pemusnahan? Ada beberapa hal yang tidak bisa Anda tangani selain dimusnahkan. Dan jika Anda tidak memusnahkannya, maka benda tersebut akan membahayakan Anda. Sebagai contoh, sampah. Sampah yang tidak ditangani, yakni tidak dibakar, tidak dimusnahkan, akan menyebarkan penyakit. Saya tidak tahu apakah Anda pernah mendengar tentang pemogokan petugas sampah. Kejadiannya di Inggris, saya tidak tahu dengan keadaan di sini. Para petugas sampah mogok kerja dan segera saja sampah menumpuk di mana-mana - di segala tempat ada timbunan sampah. Masyarakat di sana menggunakan kantong plastik untuk membungkus sampah, namun Anda bisa bayangkan bagaimana bibit-bibit penyakit berkembang biak di dalamnya dan seringkali anjing atau kucing akan merobek kantong sampah tersebut. Keadaan darurat segera timbul di Inggris karena sampah yang bertebaran di mana-mana tanpa dimusnahkan, dan hal ini segera saja menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Malahan, pemerintah harus menyemprotkan antiseptik dan bahan-bahan kimia lainnya untuk mencegah penyebaran penyakit! Ada beberapa hal yang memang harus dimusnahkan.
Neraka adalah 'incinerator (pembakaran)' Allah untuk kejahatan
Dari sinilah akar kata neraka itu. Kata gehenna yang diterjemahkan sebagai "hell" (neraka) di dalam bahasa Inggris, berasal dari kata hinnom, dan menurut banyak kata ini diambil dari nama lembah Hinnom. Lembah Hinnom adalah tempat pembuangan sampah bagi penduduk kota Yerusalem. Sampah harus dibakar, dimusnahkan. Jika Anda tidak memusnahkannya, sebagaimana yang kita ketahui, terutama di wilayah yang panas seperti di Timur Tengah - di Inggris, masyarakat bisa bertahan untuk sementara waktu dari ancaman sampah, terutama di musim dingin - namun di tengah cuaca yang panas, sampah bisa menjadi sangat berbahaya, karena mengembang-biakkan berbagai macam penyakit. Jadi sampah harus dimusnahkan. Lembah Hinnom adalah tempat di mana sampah dimusnahkan, dibakar.
Di zaman sekarang ini juga ada masalah limbah beracun. Orang-orang bahkan tidak tahu bagaimana cara memusnahkan limbah nuklir. Mereka tidak tahu bagaimana cara menyingkirkan limbah nuklir yang sangat beracun dan benar-benar berbahaya bagi umat manusia. Lalu, apa yang mereka perbuat dengan itu? Mereka taruh limbah itu di dalam drum dari besi baja dan menyimpannya di dalam lubang-lubang yang dilapisi dinding beton yang tebal, karena mereka tidak tahu bagaimana memusnahkan limbah nuklir ini. Dan secara berangsur-angsur, limbah nuklir yang sangat beracun itu semakin bertambah banyak, dan kalau salah satu dari semua drum itu bocor, walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit saja, sudah sangat mematikan bagi umat manusia. Limbah ini sangat berbahaya dan beracun. Namun persoalan besarnya, sebagaimana yang Anda ketahui, mereka tidak tahu bagaimana memusnahkannya. Oleh karenanya, untuk sementara waktu, satu-satunya hal yang bisa mereka kerjakan, sampai suatu saat nanti ditemukan cara untuk memusnahkannya, adalah dengan menaruhnya di dalam drum besi baja dan menyimpannya di dalam lubang berdinding beton tebal, sambil berharap tidak terjadi sesuatu dengan limbah tersebut. Jika sebuah bom, gempa atau tsunami menghantam salah satu tempat penyimpanan tersebut, bahaya dari limbah ini jauh melebihi bahaya dari bom atau bencana yang lainnya.
Demikianlah, situasi semacam itu memang ada. Ada beberapa hal yang jika tidak Anda musnahkan maka dia akan memusnahkan Anda. Demikianlah halnya dengan kejahatan. Allah yang maha adil, tidak bisa membiarkan kejahatan berkembang bebas. Ia harus dimusnahkan. Namun Anda tahu bahwa kejahatan ini adalah sesuatu hal yang abstrak. Anda tidak bisa berkata, "Ini sepotong kejahatan. Apakah Anda melihatnya?" Kejahatan ada pada masyarakat. Ia tidak berterbangan di udara. Ia tidak ada di dalam sepotong kayu atau baja. Ia ada di dalam manusia, dan oleh karenanya, orang yang menjadikan dirinya sebagai penampung kejahatan, yang menyambut kejahatan di dalam hidupnya, atau membiarkan kejahatan itu tumbuh di dalam dirinya, tidak ada pilihan lain bagi Allah selain memusnahkannya. Karena sebagaimana yang Anda ketahui, jika Anda masukkan sebuah apel busuk ke dalam satu kotak yang berisi apel-apel segar, maka dalam beberapa hari saja, seluruh isi kotak tersebut akan membusuk. Jika Allah membiarkan kejahatan, maka kejahatan itu akan berkembang biak. Ia harus dimusnahkan.
Itulah sebabnya mengapa harus ada neraka. Neraka adalah 'tempat pembakaran', bisa kita sebut seperti itu - bukan istilah yang bagus, namun saya tidak bisa mencari istilah lain yang lebih bagus untuk saat ini - sebuah 'tempat pembakaran' untuk menyingkirkan kejahatan dari alam ciptaanNya. Neraka itu tempat untuk memusnahkan kejahatan. Tempat untuk membersihkan semua kejahatan agar segenap alam semesta ini tidak tercemar oleh kejahatan itu.
Jadi, jika Anda memilih untuk berpegang pada kejahatan, jika Anda memilih untuk menjadikan diri Anda sebagai penampung dosa, berarti Anda tidak memberi Allah pilihan lain. Sekarang ini Allah sedang memberi Anda waktu - mungkin sampai tahun depan, 2 tahun lagi, atau mungkin Anda masih punya 10 tahun lagi, kita tidak tahu - untuk bertobat dari dosa-dosa, untuk membiarkanNya menyingkirkan dosa-dosa itu dari diri Anda. Jika Anda tidak mengizinkan Allah untuk menyingkirkannya, Dia tidak bisa memisahkan dosa itu dari Anda karena hal yang jahat dan yang baik itu adalah masalah pilihan. Jika Anda memilih yang jahat, berarti Anda memilih kemusnahan.
Jadi Anda bisa melihat bahwa neraka adalah hal yang dibutuhkan di alam semesta ini, di mana keadilan harus dipelihara. Harus ada neraka, karena tanpa neraka maka tidak ada tempat untuk memusnahkan kejahatan. Tak ada jalan lain untuk memusnahkan kejahatan kecuali dengan melakukan pemurnian atas kejahatan di muka bumi dengan memakai neraka.
Allah tidak ingin manusia masuk ke jalan menuju kemusnahan
Izinkan saya untuk menyampaikan hal ini juga: Allah tidak ingin melihat ada satu orangpun masuk ke dalam neraka. Dia tidak ingin melihat hal semacam ini. Jika Anda tidak ingin melihat hal semacam ini, dan saya juga tidak ingin melihat hal semacam ini, Allah lebih-lebih lagi tidak ingin melihat satu orang pun masuk ke dalam neraka. Dia memohon, jika mungkin, kepada kita agar kita tidak menempuh jalan ini, jalan kebinasaan ini. Dan saya juga memohon kepada Anda untuk tidak menempuh jalan ini. Saya peduli. Namun Allah bahkan jauh lebih peduli lagi.Allah tidak senang melihat kematian orang fasik. Dia mengatakan hal itu dengan sangat jelas di Perjanjian Lama. Dia tidak menikmati kematian orang fasik. Dia tidak ingin menghukum mati siapapun. Dia tidak ingin memusnahkan siapapun.
Itulah sebabnya mengapa Petrus berkata di dalam suratnya yang kedua bahwa kesabaran Allah sedang menanti, Dia sedang menunggu, memberi kita semua kesempatan untuk bertobat. Dan sang rasul berkata, "Anggaplah kesabaran Allah itu sebagai keselamatanmu." Dia menahan diriNya sampai dengan titik maksimum yang dimungkinkan.
Namun jika sampai dengan titik ini, tetap terbukti bahwa Anda tidak mempunyai sedikitpun niatan untuk membuat keputusan yang menentukan dalam menolak dosa, berarti Anda tidak memberiNya pilihan. Tidak ada pilihan. Dia akan melakukannya dengan sangat sedih, akan tetapi Dia perlu melakukannya, agar kejahatan bisa disingkirkan.
Jadi saya mohon agar Anda mengerti. Perhatikan bagian terakhir dari Matius 23:37, perhatikan betapa Yesus meratapi Yerusalem. Dia meratap, "Betapa sering aku ingin mengumpulkanmu di bawah sayapku, tetapi kamu tidak mau datang kepadaku. Kamu tidak mau dikumpulkan di bawah sayapku." Anda pikir Anda baik-baik saja. Atau mungkin Anda berkeyakinan bahwa neraka itu tidak ada. Nah, nanti akan Anda buktikan sendiri apakah neraka itu ada atau tidak ada. Anda akan lihat sendiri apakah Allah itu Allah yang maha adil atau bukan. Saya mohon kepada Anda, janganlah membuat pembuktian lewat cara itu. Itulah pesan yang disampaikan oleh Yesus. Jadi, jika Yesus sering berbicara tentang neraka, ini semua karena kasih, yang memohon agar kita mengerti bahaya apa yang menanti di depan, agar kita tidak melangkah di jalan tersebut.
Maksud dari 'ratapan dan kertakan gigi' adalah:
(1) Ratapan dan kertakan gigi' merupakan reaksi manusia terhadap hukuman neraka
Sekarang mari kita telaah pokok yang lain, yakni pengajaran Yesus mengenai ratapan dan kertakan gigi. Apakah hubungan antara ratapan serta kertakan gigi dengan ajaran mengenai neraka? Apa hubungan antara kedua hal tersebut? Apakah keduanya berbeda atau sama saja?
Kedua pokok tersebut sama saja, namun disampaikan lewat cara yang berbeda. Ratapan dan kertakan gigi merupakan reaksi manusia terhadap hukuman neraka. Keputusasaan yang dia rasakan saat dia menyadari akan cara hidupnya selama ini, perilaku yang dia selama hidup akhirnya membawa dia pada akhir yang mengerikan ini. Hal yang tadinya tidak dia percayai sekarang telah menjadi kenyataan. Ini merupakan semacam pembongkaran khayalan dalam arah yang berlawanan dengan sebelumnya. Tiba-tiba saja dia sadar bahwa apa yang dulu hanya dianggap sebagai khayalan - hal-hal semacam neraka dan keadilan - ternyata adalah kenyataan. Dulu hal-hal tersebut hanya dianggap sebagai khayalan saja. Sekarang keadaannya berbalik. Mereka dapati bahwa neraka itu memang ada, bahwa Allah akan menghapuskan kejahatan dari alam ciptaanNya. Ini adalah bentuk kekecewaan yang paling mengerikan. Disadarkan dari khayalan saja sudah merupakan pengalaman yang sangat menyakitkan, akan tetapi disadarkan dalam arti Anda harus masuk ke dalam pemusnahan, dihukum menuju kematian yang terakhir. Ini adalah hal yang sangat menakutkan. Pada saat itulah terjadi 'ratapan dan kertakan gigi'.
Mengapa saya katakan bahwa semua hal tersebut sama saja? Bahwa ratapan dan kertakan gigi dengan api neraka atau hukuman neraka adalah sama saja? Karena Yesus sendiri menyatakannya dengan cukup jelas. Dia menyatukan pemahaman dari hal-hal tersebut. Sebagai contoh, di Matius 13:42, kita akan baca mulai dari ayat 41, "Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi." Di mana Anda akan meratap dan mengertakkan gigi setelah menolak keselamatan? Di tengah-tengah api, di dalam dapur api.
Hal yang sama bisa kita dapatkan di Matius 13:50. Anda akan temukan ungkapan ini diulangi di sana. Mari kita baca dari ayat 49: "Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi."
Mari kita tarik beberapa kesimpulan dari pokok bahasan ini. Yakni bahwa akan ada suatu masa yang harus dilewati di dalam dapur api ini. Artinya, pemusnahan itu tidak akan berlangsung dalam sekejap mata, namun akan ada satu masa di mana para pelaku kejahatan akan menyadari apa yang sedang terjadi pada dirinya di tengah api itu, dan mereka akan meratap dan mengertakkan gigi.
(2) Kaitannya dengan ungkapan 'kegelapan yang paling gelap'
Pokok lain di dalam hal ini adalah bahwa kadang-kadang ungkapan 'ratapan dan kertakan gigi' itu dikaitkan dengan ungkapan yang lain lagi, yakni ungkapan 'kegelapan yang paling gelap'. Apakah arti dari istilah 'kegelapan yang paling gelap' ini? Apakah ini sesuatu yang berbeda dari neraka? Istilah 'kegelapan yang paling gelap' yang terkait dengan istilah 'ratapan dan kertakan gigi' juga kita temukan di Matius 8:12. Kita akan baca dari ayat 11: "Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." Sebagaimana yang telah saya sampaikan, ide neraka ini ditujukan kepada 'anak-anak Kerajaan', kepada mereka yang mengaku memiliki agama.
Ungkapan kegelapan yang paling gelap ini juga muncul di Matius 22:13 dan 25:30. Apakah arti dari kegelapan yang paling gelap ini? Jika kita bandingkan Matius 8:12 dengan Lukas 13:28, maknanya menjadi sangat jelas. Lukas 13:28 ini terdapat dalam perikop yang parallel dengan yang di Matius, namun di Lukas ini terdapat sedikit perbedaan pemakaian kata-kata, yang justru membantu kita untuk memahami makna dari kegelapan yang paling gelap. Saya akan bacakan dari ayat 27: "Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan! Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar."
Ah! Maknanya menjadi sangat jelas. "Dicampakkan keluar' dari mana? Keluar dari Kerajaan. Jadi, di luar itu berarti di luar Kerajaan. Kegelapan yang paling gelap berarti kegelapan di luar Kerajaan Allah. Maknanya sangat gamblang. Anda lihat, di dalam pengajaran yang alkitabiah, terang menunjukkan hidup; kegelapan menunjukkan kematian. Itulah sebabnya mengapa di dalam Yohanes Anda temukan istilah terang hidup, karena terang mewakili hidup. Oleh karena itu, jika tidak ada terang, maka tidak ada hidup; yang ada hanya kegelapan, dan kegelapan itu berarti kematian. Maknanya sangat gamblang. Kegelapan yang paling gelap adalah kegelapan di luar Kerajaan karena hanya di dalam Kerajaan ada terang, hanya di dalam Kerajaan saja ada hidup. Sangatlah penting untuk memahami poin ini. Hanya di dalam Kerajaan Allah saja tersedia hidup Allah bagi Anda.
Itulah sebabnya mengapa di dalam Alkitab, dan di dalam ajaran Yesus, Kerajaan Allah dan hidup itu menjadi ungkapan-ungkapan dengan makna yang sama. Masuk ke dalam Kerajaan Allah berarti masuk ke dalam hidup. Masuk ke dalam hidup berarti masuk ke dalam Kerajaan Allah. Makna keduanya persis sama. Terang adanya di dalam Kerajaan Allah, hidup itu adanya di dalam Kerajaan Allah. Itulah sebabnya mengapa di dalam kitab Wahyu disebutkan bahwa di dalam Yerusalem yang baru, seluruh kota dipenuhi oleh terang, terang Allah - Allah menjadi Terang bagi Yerusalem yang baru. Terang Allah memenuhi segenap penjuru Yerusalem baru.
Namun di luar Kerajaan hanya ada kegelapan. Di bagian luar hanya ada kematian. Oleh karenanya, jika dikatakan bahwa 'anak-anak Kerajaan' dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, itu berarti bahwa mereka dipisahkan dari hidup Allah; mereka musnah. Mereka telah memilih untuk melangkah di jalan besar yang menuju pada kebinasaan.
Dengan demikian, Anda bisa melihat bahwa ungkapan ratapan dan kertakan gigi dan dapur api menunjuk kepada hal yang sama dengan gambaran yang berbeda. Apa yang terjadi pada sesuatu hal yang dimasukkan ke dalam api? Ia hancur; ia mati; ia mengalami kemusnahan, tidak eksis lagi. Demikian pula halnya, apa yang terjadi pada kegelapan yang paling gelap? Kematian - kegelapan maut.
Neraka adalah tempat pemusnahan, bukan tempat pembakaran selama-lamanya
Uraian ini, sebagaimana yang sudah saya sampaikan,  membawa kita kembali kepada ungkapan yang berkenaan dengan kemusnahan dan kematian. Saya bacakan isi Matius 10:28. Di sini, sekali lagi, Yesus berbicara kepada para muridnya, bukan kepada orang yang tidak percaya: "Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka."
Kata membinasakan (destroy) ini sangatlah penting untuk kita pahami. Apa yang terjadi di neraka? Neraka adalah tempat pemusnahan (destruction). Kata 'membinasakan' di sini diterjemahkan dari kata Yunani apollumi, yang merupakan bentuk kata kerjanya, sedang bentuk kata bendanya adalah apoleia. Kata apollumi dipakai dalam pengertian membunuh, menghancurkan, terutama dalam hubungan dengan manusia. Jika dikaitkan dengan benda, maknanya adalah kehilangan. Dalam hal nyawa, mati berarti kehilangan nyawa. Ini adalah ungkapan yang sudah lazim. "Dia kehilangan nyawanya" berarti orang tersebut telah mati. Dan memang inilah makna yang dimaksudkan. Kata apollumi, jika dikaitkan dengan manusia, misalnya, Matius 2:13, 12:14, 21:41 dan sebagainya, di setiap ayat rujukan tersebut, makna kata apollumiadalah membunuh atau mematikan.
"Janganlah takut," kata Yesus, "kepada mereka yang hanya bisa membunuh tubuh. Takutlah kepada Dia yang oleh kebenaran dan keadilan, jika memang perlu - bukan karena Dia menghendakinya; Dia tidak ingin melakukannya, akan tetapi Dia terpaksa melakukannya - Dia dapat membinasakan tubuh dan jiwa di dalam neraka." Sangatlah penting untuk memahami makna neraka dengan benar. Neraka adalah tempat pemusnahan.
Penderitaan di neraka datang saat Anda menyadari betapa bodohnya Anda selama ini
Mengapa saya menekankan hal ini? Karena jika Anda tidak memahami hal ini dengan benar, maka Anda akan salah paham mengenai neraka. Kebanyakan orang mengartikan neraka sebagai tempat di mana Allah menimpakan penderitaan pada Anda.  
Pada pokoknya, neraka bukanlah khususnya tempat penderitaan; neraka adalah tempat pemusnahan. Neraka bukanlah tempat di mana Allah menimpakan penderitaan ke atas diri Anda. Neraka adalah tempat di mana Anda sendiri yang menimpakan penderitaan ke atas diri Anda, saat Anda menyadari betapa bodohnya Anda selama ini. Di sana akan ada ratapan dan kertakan gigi. Allah tidak perlu menimpakan penderitaan ke atas diri Anda. Penderitaan yang Anda tanggung ketika menyadari bahwa Anda sudah kehilangan kesempatan itu - Allah telah memberikan Anda hidup, jalan menuju hidup yang telah Dia buka melalui darah AnakNya; Dia telah membukakan pintu gerbang Kerajaan bagi Anda, menawarkan hidup kekal bagi Anda - namun Anda kehilangan itu.
Di neraka nanti Anda akan berkata, "Sungguh bodoh aku ini. Apa yang sudah kulakukan pada hidupku? Saat aku masih duduk di gereja mendengarkan Firman Allah, mendengarkan khotbah. Hidup kekal disajikan di hadapanku, namun sekarang aku malah masuk neraka, di dalam tempat pemusnahan!"
Allah tidak ingin menyiksa Anda. Saya beritahu Anda, Dia tidak ingin menyiksa Anda. Sudah cukup Anda sendiri yang menyiksa diri. Dan penyiksaan diri ini tentu saja pedihnya jauh melampaui segala bentuk siksaan yang ada. Jika Anda pernah mengalami penderitaan di dalam batin, Anda akan tahu seperti apa rasanya. Penderitaan jasmani tidak ada artinya jika dibandingkan dengan penderitaan batin. Lalu buat apa Dia menyalakan api untuk menyiksa Anda? Ini jelas tindakan barbar. Dia tidak perlu melakukan hal itu, saya beritahu Anda, justru Anda sendiri yang menyiksa batin selama Anda berada di dalam neraka. Inilah makna yang dimaksudkan oleh ungkapan 'ratapan dan kertakan gigi'.
Di dalam dapur api itu akan ada ratapan dan kertakan gigi, karena saat itu Anda tersadar, dan kesadaraan akan kebenaran dan akan betapa bodohnya  Anda karena telah mencampakkan hidup kekal - penyesalan ini tentu saja akan membuat Anda menderita tanpa akhir. Allah tidak perlu menambahkan apa-apa. Dia tidak perlu menambahkan api.
Api adalah lambang penghancuran
Terlebih lagi, sekarang ini, jika Anda pelajari bahasa sumber naskah Kitab Suci, Anda akan paham bahwa api itu melambangkan penghancuran. Api bukanlah lambang penyiksaan. Api adalah lambang pemusnahan. Api memusnahkan segala sesuatu dengan sangat cepat sehingga Anda bahkan tidak punya cukup waktu untuk menderita. Tentu saja, akan ada penderitaan ketika api itu mulai menyentuh Anda. Akan tetapi api membunuh dengan sangat cepat sehingga tidak akan terlalu banyak penderitaan yang timbul karenanya. Artinya, Anda akan menderita jika Anda tidak langsung binasa. Jika Anda langsung binasa, maka begitu api itu membakar Anda, Anda langsung mati. Itulah sebabnya mengapa kedua ungkapan itu maknanya sejajar, Anda bisa memakai istilah 'kegelapan yang paling gelap' karena letaknya memang di luar Kerajaan Allah, dan Anda juga bisa memakai ungkapan 'api' karena memang di tempat itu terjadi pemusnahan.
Neraka bukanlah tempat untuk memanggang orang sampai selama-lamanya
Ini adalah hal yang sangat menentukan hidup kita, dan oleh karena itu, saya memohon kepada Anda semua untuk memahami hal ini dengan jernih. Pemahaman yang jernih akan hal ini sangatlah penting bagi kita. Anda lihat, ada satu doktrin yang menyusup masuk ke dalam gereja, suatu doktrin yang tidak berasal dari Alkitab: doktrin bahwa manusia yang masuk neraka akan tetap ada di sana sampai selama-lamanya.
Apa itu 'Kebinasaan kekal (eternal destruction)'?
Banyak orang, termasuk hamba Tuhan, yang tampaknya tidak menyadari kontradiksi logis dari istilah 'kebinasaan kekal (eternal destruction)'. Ini adalah rangkaian kata yang saling bertentangan. Namun kadang-kadang orang Kristen bukanlah pemikir yang baik. Anda tentunya tidak bisa menghancurkan sesuatu secara kekal, karena kedua kata tersebut, yakni 'kekal (eternal)' dan 'pembinasaan (destruction)' memiliki makna yang bertentangan. Hal yang bersifat kekal tentunya tidak dapat dibinasakan atau dimusnahkan. Dan hal yang bisa dimusnahkan tentunya tidak kekal. Sesederhana itulah perkaranya. Dan kadang kala, tanpa disadari kita berbicara melantur saat kita membahas tentang kebinasaan kekal.
Istilah kebinasaan kekal, jika memang memiliki makna, hanya bisa diartikan sebagai kemusnahan selamanya tanpa bisa kembali lagi. Jika saya membakar sehelai kertas, bisa dikatakan bahwa saya telah memusnahkan kertas itu secara kekal. Kertas itu mengalami kemusnahan kekal karena ia tidak bisa ada lagi. Untuk selama-lamanya, ia tidak akan eksis lagi.
Itulah yang dimaksudkan oleh Alkitab bahwa jika sudah dimusnahkan, maka ia akan musnah untuk selamanya. Itulah kebinasaan kekal, di dalam pengertian bahwa ia tidak akan memiliki keberadaan lagi. Namun, entah bagaimana, sebagian orang membuat artinya menjadi lain, bahwa Anda akan terus menerus dipanggang sampai selama-lamanya, seolah-olah Anda dimusnahkan akan tetapi tidak pernah musnah. Dan hal ini secara logika jelas sangat bertolak belakang. Anda akan dimusnahkan sampai keberadan Anda benar-benar hilang lenyap, atau Anda tidak dimusnahkan dan oleh karenanya Anda akan ada sampai selama-lamanya! Anda tidak bisa menyebutnya kehancuran kekal. Ini sama seperti berkata, "hitam  yang putih," atau, "Putih yang hitam." Kalau sudah begitu, lalu apa sebenarnya yang kita maksudkan? Hitam tidak bisa dikatakan putih dan putih tidak bisa dikatakan hitam dalam waktu bersamaan, di tempat yang sama pula.
Itulah sebabnya mengapa saya selalu menekankan kata 'destroy (pemusnahan)' ini. Jika Anda ingin memahaminya dengan cermat, Anda harus mengerti bahwa neraka berkaitan dengan kemusnahan, bukan dengan penderitaan. Allah memasukkan Anda ke dalam neraka bukan supaya Anda duduk di sana menderita dalam kekekalan sampai selama-lamanya. Jika Anda berbuat dosa selama 100 tahun, lalu Anda menanggung penderitaan sampai bermilyar-milyar tahun. Ini bukanlah keadilan, dan saya setuju bahwa ini bukanlah keadilan. Bagaimana mungkin hal ini disebut sebagai keadilan? Jika Anda berbuat dosa selama 100 tahun dan Anda harus menanggung penderitaan itu sampai 100 tahun, orang masih boleh berkata, "baiklah, hal ini bisa diterima." Atau jika Anda berbuat dosa sampai 20 tahun, lalu Anda harus menanggung penderitaan itu sampai 20 tahun. Baiklah, hal ini juga bisa dimaklumi. Bisa jadi, seperti inilah keadilannya. Namun menyatakan bahwa seseorang yang berbuat dosa 100 tahun, atau mungkin hanya 5 tahun, lalu dia harus menanggung penderitaan sampai milyaran tahun, tentunya ini bukanlah keadilan, dan ini juga tidak alkitabiah karena Anda mengartikan bahwa neraka adalah tempat penderitaan. Pada pokoknya, neraka bukanlah pada utamanya tempat penderitaan; neraka adalah tempat pemusnahan.
Itulah sebabnya mengapa Yesus berkata di Matius 7:13-14, "Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, ..." di sini, kata 'kebinasaan' bermakna neraka. Neraka dan kebinasaan, perhatikan, yang ada di sana bukan kata penderitaan. Kebinasaan adalah lawan dari hidup, itulah sebabnya mengapa di ayat berikutnya dituliskan: "Karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya." Saya mohon agar Anda mengerti. Yesus sedang memberitahu kita, "Ada dua jalan di hadapanmu. Yang satu menuju ke neraka, pada kebinasaan, yang satunya lagi menuju pada hidup. Pilihlah yang menuju hidup." Jalan yang besar, yang dilalui oleh sebagian besar orang, kadang karena ketidaktahuan atau kecerobohan. Namun Anda tidak boleh ceroboh akan masalah ini. Apakah Anda ingin menghabiskan waktu di tempat ratapan dan kertakan gigi? Dimusnahkan sampai selama-lamanya? Inilah pokok yang sedang menjadi persoalan di sini, saya harap Anda memahaminya, pahamilah hal ini dengan jelas!
Oleh sebab itu, mari kita masuk kembali ke pokok neraka ini untuk bisa memahami apa makna neraka dengan jelas. Izinkan saya ulangi sekali lagi karena masih banyak dari antara Anda yang masih berpandangan bahwa neraka adalah tempat bagi Allah untuk membakar orang-orang sampai selama-lamanya. Bukan begitu yang benar. Pandangan itu bukan ajaran yang alkitabiah. Saya tidak melihat di bagian manapun di dalam Kitab Suci akan adanya pandangan semacam itu. Saya telah melakukan penelusuran dalam Kitab Suci dan tidak saya temukan ajaran yang semacam itu.
Neraka akan selalu ada karena Allah akan selalu memerlukan suatu tempat untuk memusnahkan kejahatan
Memang benar bahwa di dalam Alkitab ada ungkapan yang berbunyi, "api neraka yang kekal". Ya, neraka memang akan selalu ada karena Allah akan selalu memerlukan adanya tempat untuk memusnahkan kejahatan. Neraka adalah tempat yang kekal karena keadilan Allah itu kekal. Jika keadilan Allah itu kekal, maka neraka juga mestinya kekal, sama seperti hidup yang juga adalah kekal. Namun hal ini bukan berarti bahwa penderitaan di sana itu kekal, bahwa Allah menempatkan Anda untuk menderita selama-lamanya.
Ketika Yesus berkata bahwa Allah bisa membinasakan tubuh dan jiwa, kata 'membinasakan (destroy)' itu memberi makna apa? Jika tubuh Anda dibinasakan maka itu berarti Anda dimatikan. Jika jiwa Anda dibinasakan, maka itu berarti jiwa Anda dimatikan. Pengajaran yang alkitabiah akan hal ini sudah tertulis dengan sangat gamblang, karena memang disebutkan secara demikian.
'Lautan api' membawa kematian terakhir, bukannya penderitaan
Di dalam kitab Wahyu, Yohanes tidak memakai kata neraka, akan tetapi dia memakai ungkapan, 'lautan api'. Dia menggunakan ungkapan ini sebanyak 5 kali di dalam kitab Wahyu. Mari kita lihat satu atau dua dari rujukan-rujukan tersebut, yang muncul di halaman-halaman akhir dari kitab terakhir di dalam Alkitab ini.
Wahyu 19:20 - Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang.
Mereka dicampakkan hidup-hidup ke sana.
Apakah arti dari lautan api ini? Kita tidak dibiarkan berada dalam kebingungan. Mari kita lihat Wahyu 21:8. Apakah hal yang diwakili oleh istilah lautan api ini? Apakah hal yang dilambangkan olehnya? - Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua. Anda lihat, hal itulah yang dilambangkannya. Lawan dari hidup. Kematian dan penderitaan bukanlah hal yang sama. Jika Anda menderita maka Anda tidak mati. Jika Anda mati, maka Anda tidak lagi menderita. Anda tidak bisa membuat kedua hal itu memiliki makna yang sama. Hal ini sangat penting untuk dipahami. Gehenna, lautan api adalah tempat bagi kematian kedua.
Apakah arti dari kematian kedua? Kematian yang kedua adalah kematian yang final. Kematian yang pertama adalah kematian tubuh. Kematian yang kedua adalah kematian jiwa. Itulah yang disebut dengan kematian kedua. Itulah tepatnya hal yang disebutkan oleh Yesus di Matius 10:28: Dia yang sanggup membinasakan tubuh dan jiwa di dalam neraka. Inilah yang disebut kemusnahan. Musnah berarti tidak memiliki keberadaan lagi. Kematian bukan berarti memiliki kehidupan dalam bentuk yang lain. Kematian berarti berhenti memiliki hidup; akhir dari hidup. Dan ketika Anda mati, Anda tidak lagi menderita, Anda berhenti menderita. Anda menderita sebelum mati, namun bukan setelah mati.
Itulah sebabnya mengapa saya katakan bahwa pandangan ini, yang kadang -kadang dipakai oleh ibu-ibu untuk menakut-nakuti anak-anak mereka, dan kadang juga dipakai oleh para hamba Tuhan yang mengatakan bahwa Anda akan dipanggang di api neraka untuk selama-lamanya, memberi orang-orang pandangan tentang Allah macam apakah ini? Ada orang yang berbuat dosa selama beberapa tahun, benar, akan tetapi dia akan dipanggang di dalam neraka untuk sekian milyaran tahun? Salah sama sekali. Pemusnahan yang berlangsung di dalam neraka berimbang dengan dosa yang diperbuat oleh orang yang bersangkutan. Itulah keadilan. Akan tetapi neraka adalah tempat kematian yang kedua. Anda mati.
Poin-poin yang tidak mudah untuk dipahami:
(1) Kematian rohani adalah konsekuensi dari keterpisahan dari Allah. 'Kematian kedua' berarti musnahnya jiwa
Ada orang yang berkata kepada saya, "Namun kematian itu sekadar keterpisahan dari Allah." Saya beritahu Anda, tidak ada dasar alkitabiah bagi pernyataan semacam itu. Dan oleh karenanya, dengan berbekal pandangan semacam ini, orang bisa berkata, "Seseorang bisa saja menderita selama-lamanya dan dianggap sudah mati." Pernyataan ini jelas omong kosong. Dengan terus terang saya katakan, pernyataan ini omong kosong saja. Kematian adalah akibat dari keterpisahan dengan Allah. Tidak bisa disamakan dengan keterpisahan itu sendiri. Kematian tidak sama dengan keterpisahan dari Allah. Kematian adalah akibat dari keterpisahan dari Allah.
Jika saya mencabut kabel ini, maka padamlah lampunya. Ketika Anda terpisah dari Allah, Anda berhenti memiliki hidup; Anda berhenti bertahan hidup. Itu sebabnya mengapa Yersus berkata, "Akulah roti hidup. Barangsiapa memakanku, ia akan hidup olehku." Anda akan hidup. Komuni juga dilambangkan dengan hal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa hidup kita bergantung pada Yesus. Kita makan darinya, kita diberi makan olehnya. Hal ini memberi bukti bahwa hidup kita bergantung kepadanya. Jika kita tidak makan darinya, kita pasti akan mati. Hal ini bukan berarti bahwa Anda akan mati pada hari ini, juga bukan berarti bahwa Anda akan mati besok, melainkan bahwa Anda pasti akan mati. Anda akan semakin meredup, Anda akan kelaparan sampai akhirnya mati. Pemisahan diri dari Kristus berakibat pada kematian. Namun tidak sama persis dengan kematian itu sendiri. Kelaparan bisa berujung pada kematian. Namun kematian itu sendiri tidak sama dengan kelaparan. Bahkan tidak bisa disamakan juga dengan wabah kelaparan. Seseorang bisa saja menanggung lapar untuk beberapa waktu, seperti di dalam kamp konsentrasi misalnya, namun tetap bertahan hidup. Kelaparan itu akan berujung pada kematian jika dilanjutkan. Namun kelaparan itu tidak bisa disamakan dengan kematian.
Kadang kala, orang Kristen pandai membuat bingung diri mereka sendiri. Mereka menciptakan istilah, dan sia-sia saja usaha saya mencari artinya di dalam Kitab Suci. Saya tidak tahu dari mana datangnya makna istilah tersebut. Mati berarti berakhirnya hidup. Berakhirnya aktifitas. Berakhirnya keberadaan. Kematian tubuh berarti tubuh ini berhenti memiliki keberadaan; berhenti berfungsi; tidak ada lagi. Dan setelah beberapa waktu, ia disintegrasi. Hal yang sama terjadi juga pada jiwa. Inilah ajaran yang alkitabiah, dan saya berusaha untuk menyajikannya semudah dan sesingkat mungkin.
(2) Api adalah perlambang rohani bagi kemusnahan, memusnahkan maut, kerajaan maut, antikris dan semua pribadi jahat lainnya
Saat kita berbicara tentang api di sini, yang kita bicarakan bukanlah api secara harfiah; kita berbicara tentang terminologi rohani dari makna penting api ini. Dan ini juga merupakan poin yang agak sulit untuk dipahami. Di dalam Wahyu 20:14, kita diberitahu bahwa maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Nah, maut dan kerajaan maut bukanlah benda yang dapat dibakar dengan api. Api sekadar mewakili pemusnahan maut dan kerajaan maut. Api tidak bisa melukai maut; api tidak bisa melukai kerajaan maut. Maut dan kerajaan maut adalah hal-hal yang rohani. Api sekadar perlambang rohani dari pemusnahan, pemurnian, penyingkiran maut dan kerajaan maut, penyingkiran akan sang binatang dan orang-orang jahat lainnya; binatang di sini tentunya adalah si antikristus. Mereka semua akan disingkirkan, akan dimusnahkan.
Mari kita tutup pembahasan hari ini. Mari kita renungkan dengan cermat pengajaran dari Yesus. Mari kita sadari dengan jelas di dalam hati dan pikiran kita, saya tidak tahu sudah seberapa sering hal ini saya ulangi, bahwa Allah tidak berkenan pada kebinasaan orang fasik, Dia harus melakukannya karena Dia adalah Allah yang maha adil. Janganlah menempatkan Dia dalam posisi di mana Dia harus memusnahkan Anda karena Anda menolak untuk bertobat dari dosa Anda dan menolak untuk menerima hidupNya. Pahamilah bahwa Dia sangat sedih jika sampai harus melakukan pembinasaan ini. Sama seperti ketika Dia meratapi Yerusalem, Dia juga meratapi setiap orang berdosa yang harus dibinasakan. Namun, walaupun Dia meratapi Yerusalem, Dia tetap harus membiarkan Yerusalem dihancurkan. Sekalipun Dia meratapi kebinasaan kita, Dia tetap harus membiarkan kita dibinasakan jika kita bertaut pada kejahatan. Pilihlah hidup!
SELESAI

2 comments:

  1. INTINYA adalah yahudi ! sbg suku bangsa paling tua di dunia SEKALIGUS sbg agama samawi pioner, lalu kristen (katolik, ortodk, protestan, koptik, dll) terakhir islam, tradisi & syariah YAHUDI mau tdk mau, suka tdk suka mewarnai agama setelahnya ! KAlO YESUS sudah menghapusnya lewat hukum cinta kasihNYA, SEDANGKAN ISLAM masih melestarikannya, antara lain :
    -. wajib sunat fisik lelaki baliq,
    -. wajib berpenutup kepala saat ibadah,
    -. menghalal-haramkan makanan jasmnai, wanita wajib berkerudung diluar rumah (islam memodifikasinya menjadi jilbab, hijab),
    -. menghadap tuhan hanya boleh waktu-waktu tertentu (yahudi 7 waktu, islam 5),
    -. yahudi berdoa ke hadirat tuhan adalah tembok ratapan, islam menghadap tuhan ke kabah - padahal tuhan ada dimana2,
    -. berpuasa lahiriah (fisik lapar tapi bathin kenyang main gadget, cuci mata dengan alasan NGABUBURIT/nunggu waktu berbuka),
    -. masih berkurban bakar atau sembilihan saat idul adha,
    -. mengutamakan hal lahiriah terutama ttg kesucian (buktinya cetakan al qur'an tak boleh dibawa ke toilet, terlangkahi, jatuh ke tanah, dipegang wanita haid/ tangan kiri, ada istilah batas suci FISIK di mesjid),
    -. memelihara janggut, jambang.
    -. firman & hadist direkayasa demi menguntungkan pemuka agama), makin byk jamaah/massa bisa ditukar saat pemilu/pilkada & menguatkan posisi sosial.
    ITULAH YAHUDI dan islam melestarikannya.

    ReplyDelete