Friday, January 4, 2013

Islam dan Muhamad: Keduanya Tidak Mungkin Sempurna

Seorang teman pernah mempertanyakan mengapa saya pindah agama. Saya jawab kalau saya menemukan agama yang lebih baik dan lebih cocok. Ini komentarnya, "Lebih baik itu menurut siapa? Itu khan pikiranmu sendiri, padahal menurut Allah agama Islam inilah agama yang sempurna di sisi-Nya." Saya cuma tersenyum dan mencoba mengalihkan pembicaraan, percuma berdebat dengan orang yang sudah percaya buta seperti itu.
Itulah gambaran umum yang bakal ditemui pada sebagian besar umat Islam, mereka sudah termakan propaganda "Islam is The Best" tanpa pernah mengkaji lebih jauh kebenaran klaim tersebut. Sebenarnya tidak hanya Islam, semua agama berhak mengklaim agamanya sebagai yang terbaik, tapi sebaliknya manusia juga berhak menguji klaim-klaim tersebut. Dengan melakukan pengujian kita bisa memisahkan mana yang klaim mana yang fakta.

Ada cara yang cukup mudah untuk menguji sejauh mana klaim kesempurnaan Islam sebagai agama: cukup dengan melihat buah-buah yang dihasilkannya! Tapi kita harus pertajam dulu apa yang dimaksud dengan buah dalam konteks ini. Dalam setiap agama selalu ada orang-orang yang jahat, Hitler adalah orang Katolik, para anggota mafia adalah orang Katolik, Jenderal Cortez yang membantai orang-orang Indian adalah orang Katolik. Apakah itu yang dimaksud dengan buah? Sama sekali bukan. Kejahatan-kejahatan yang mereka lakukan bukan buah dari ajaran agamanya melainkan suatu penyimpangan. Di setiap agama selalu ada orang-orang jahat semacam itu.

Yang saya maksudkan dengan buah adalah hasil terbaik yang dimungkinkan muncul dari ajaran agama tersebut. Dalam agama Katolik misalnya ada St. Fransiskus Asisi, Padre Pio, Ibu Teresa, dan banyak lagi. Dalam agama Hindu kita mengenal Mahatma Gandhi sebagai sosok anti-kekerasan yang sangat sederhana hidupnya. Dari Budha ada seorang Dalai Lama yang penuh welas asih. Inilah buah-buah yang saya maksudkan: mereka-mereka yang telah dengan sungguh mempraktekkan ajaran agamanya dan layak menjadi teladan bagi manusia lainnya.


Lalu bagaimana dengan Islam yang selalu dipropagandakan sebagai agama terbaik? 
Jawabannya akan sangat sulit dan dilematis.

Selain mengklaim sebagai agama yang sempurna, Islam juga mengklaim Muhamad sebagai teladan manusia yang sempurna. Bagi mereka yang tidak mengenal siapa Muhamad tentu saja menerima propaganda tersebut tanpa banyak bertanya, mereka cukup puas dengan sebagian perbuatan-perbuatan Muhamad yang tampaknya baik. Tapi sebaliknya bagi mereka yang mengenal betul Muhamad dari berbagai literatur (hadis-hadis sahih dan Quran sendiri) klaim keteladanan sempurna Muhamad menjadi masalah besar.

Bagaimana mungkin seorang pedofil, perampok, pembunuh, penipu, bisa disebut sebagai nabi dan teladan manusia? Kalau sekiranya Muhamad ini awalnya seorang yang jahat lalu menjadi baik setelah menerima Islam mungkin masih tepat jika ia disebut sebagai teladan karena itu berarti Islam telah mengubah penjahat menjadi orang suci. Tapi yang terjadi justru sebaliknya: kejahatan dan ahlak rendah Muhamad muncul dan menjadi-jadi setelah ia menerima Islam.

Menjadi sebuah pertanyaan besar: manusia tak bermoral seperti Muhamad itukah standar tertinggi manusia yang dihasilkan Islam? Tapi orang Islam memang tidak punya jawaban lain: Muhamad memang teladan tertinggi manusia dan contoh terbaik dari apa yang bisa dihasilkan Islam.

Maka yang kemudian terjadi adalah hal yang lebih mengerikan.

Pernahkan anda memperhatikan betapa terus-terang dan jujurnya para penulis hadis sahih menceritakan kejahatan dan kebejatan Muhamad? Yang terpikir oleh saya adalah ini: mereka (para penulis hadis) sudah tidak bisa membedakan lagi mana yang benar dan mana yang tidak, mereka sudah kehilangan hati nuraninya. Bagaimana itu bisa terjadi? Muhamad sendiri adalah orang yang sudah tidak memiliki hati nurani dan tidak mengenal kebenaran. Ia bertindak menurut hawa nafsunya dan selalu mencari pembenaran atas segala perbuatannya, biasanya dengan mengklaim turunnya suatu ayat dari Allah.

Para pengikutnya yang sudah terlanjur percaya buta pada Muhamad sebagai Rasul Allah tidak lagi mengikuti kata-kata hati nuraninya sendiri dalam melihat kebenaran. Sebaliknya mereka ikut membenarkan apapun tindakan Muhamad dan menentang kata hati nurani mereka yang asli. Akhirnya segala kesesatan dan moralitas rendah Muhamad menjadi standar tertinggi moralitas para pengikutnya. Jadi inilah yang sebenarnya dihasilkan Islam: penghancuran hati nurani manusia.

Hati nurani adalah tempat dimana kebaikan masih dapat muncul dalam diri manusia, sekalipun dia seorang yang tidak percaya Tuhan. Tapi dimanakah kebaikan itu bisa muncul dari seorang manusia manakala hati nuraninya secara efektif sudah dihancurkan dan diganti dengan kesesatan?

Jadi jangan heran kalau tidak ada orang Islam yang sungguh-sungguh islami yang bisa menyalahkan teroris yang meledakkan diri dan membunuhi orang-orang sipil tak berdosa. Jangan heran kalau ada ibu-ibu Palestina yang demikian bangga mendidik dan mempersiapkan anak-anaknya yang masih kecil untuk mati syahid dengan menjadi pasukan pembom bunuh diri. Jangan heran kalau anda melihat orang-orang dengan bangga dan memuji Allah melempari sesamanya sampai mati hanya karena orang tersebut dituduh berzina. Mereka semua sudah kehilangan hati nurani dan kemanusiaan mereka sendiri, dan ajaran Islam adalah penyebabnya.

Sekarang dengan melihat buah-buah yang dihasilkannya, masihkah orang percaya kalau Islam itu agama yang sempurna dan Muhamad adalah teladan manusia yang sempurna? Klaim 'Islam is The Best' sama absurdnya seperti orang botak yang menjual obat penumbuh rambut. Cuma orang buta yang masih mau membeli obat itu. Atau anda juga mau beli?

No comments:

Post a Comment