Sunday, January 6, 2013

Quran MENJIPLAK Kitab suci orang Kristen

THE PRIEST AND THE PROPHET/SANG PENDETA DAN SANG NABI/QISS WA NABI  

[PENGARUH PENDETA KRISTEN, WARAQAH IBN NAWAL, terhadap MUHAMAD]
The Pen Publishers, printed in the USA, ISBN 0 9656683 -9 -8
email address: waraqa@aol.com
Joseph Azzi, penulis Kristen Lebanon melacak pengaruh pendeta Waraqah terhadap saudara sepupunya, Muhamad. Sejak tahun 1979, ketika QISS WA NABI diterbitkan dalam bahasa Arab, buku ini dicap sebagai buku yang sangat provokatif karena mempertanyakan sumber-sumber Quran.


Ia lahir di Lebanon tahun 1938, mendalami studi teologi di Holy Spirit University di Kaslik dimana ia mengajar filsafat, sambil meneruskan interesnya dlm Islam. ‘The Priest and the Prophet’ mengalami cetak ulang sebanyak 14 kali sejak Azzi menerbitkannya dibawah nama samaran Abu Musa El Hariri.

Daftar isi





BAB I : Siapa Waraqah Ibn Nawfal?
Waraqah adalah putera dari Nawfal, putera Assad, putera Abdul ‘Uzzah, putera Qussayy, saudara sepupu Khadijah, puteri Lhuwaylid, putera Assad, putera Abdul ‘Uzzah, juga putera Qussayy.
Khadijah menjadi isteri pertama Muhamad, putera Abdallah, putera Abdul Muttalib, putera Hashim, putera Abd Manaf, putera Qussayy.
Waraqah-Khadijah-Muhamad adalah anggota clan Quraysh/Quraish/Qurasya yang mendapatkan status terhormat karena Qussayy, kakek buyut (‘great-great-great-grandfather’) mereka, Arab yang migrasi ke Mekah dalam pertengahan abad ke 5. Clan Quraysh adalah salah satu pelindung tempat suci di Mekah Pusat, KA’ABAH, yang oleh bantuan Qussayy menjadi tempat penting bagi hijrah.
Qussayy sendiri menghancurkan patung-patung berhala di dan sekitar Ka’bah yg didirikan ‘Amr ibn Luhayy, pemimpin Banu-Khuzah yg akhirnya diusir Qussayy. Menurut bukti sejarah, Qussayy ‘merubah ajaran monotheis.
Qussayy juga memulai kembali program pembangunan Ka’bah. Ia menyelesaikan konstruksi yang dimulai musuhnya yang pemuja berhala itu. Ia menambahkan atap kayu, menggali batu hitam yang dikubur suku Ayyad di perbukitan Mekah. Ia juga mengosongkan daerah pertendaan dan membangun rumah-rumah permanen yang menyumbang bagi terciptanya pusat hijrah dan perkotaan.
Elemen penting pertama adalah bahwa trio Waraqah-Khadijah-Muhamad, saudara sepupu dari suku Quraysh-nya Qussayy, memiliki hubungan kuat dengan kelompok Kristen di Mekah, kelompok yg oleh Quran dinamakan NASORANI (Nasrani) (2:65, 5:18 yang secara linguistik dimulai sebagai nama umum bagi Kristen yang mengasosiasikan diri dengan Yesus dari Nazareth. TAPI kaum Arab-Kristen menyandang nama Nosrania (mirip : Nestorian) sebagai agama Kristen non-ortodoks dan sektarian.

Kepercayaan Nosrania Waraqah

Waraqah memeluk agama Musa (Yahudi) sebelum kemudian beralih ke Nosrania. Ia mengikuti monotheisme Musa dan Yesus yang didasarkan Pentateuch dan Injil. Quran berkali-kali menyebut para pengikut monotheis Musa dan Yesus ini sebagi
‘Wahai Ahlul Kitab ! Kalian tidak memiliki dasar berdiri kecuali kalian berdiri tegak pada Torah 
dan Injil.’ (5:68) 
Kepercayaan Waraqah yang menolak ke-ilahian Yesus ini adalah kepercayaan yang dianggap menyeleweng dari kepercayaan Kristen ortodoks. Yesus baginya hanyalah seorang nabi, yang menuntaskan hukum Musa. Ia juga membantah kematian Yesus di tiang salib dan kebangkitannya seperti yg ditulis dlm ke empat Injil resmi. Kepercayaan ini sama dengan kepercayaan sekte Nazareth terkenal yg dinamakan EBIONISME.Inilah kelompok agama Waraqah dan orang-orang dalam suku Quraysh-nya.
Data-data sejarah menunjukkan bahwa dalam areal Hijaz Arab pusat ini, ada sejumlah kelompok Arab yang memeluk agama Nosrania. Bahkan beberapa anggota clan Quraysh. Yang paling menyolok adalah putera Qussayy, Abdul ‘Uzzah. Sejarawan Al Ya’qubi menulis:
‘Diantara para Arab yg memeluk Nosrania adal sekelompok Quraysh, dari Banu Assad, putera Abdul 
Uzzah dan Waraqah, putera Nawfal, putera Assad.’
Al Ya’qubi juga menuliskan kepercayaan non-Kristen Mekah.
‘… Arab dibagi atas dua kelompok: al-Hum (yang taat) dan al-Hillah (yang tidak peduli). 
Kelompok Qurasy termasuk kelompok yg pertama. Dan ttg praktek agama mereka, Al Yaqubi menjelaskan:
‘Mereka percaya pada nabi Ibrahim, mengadakan hijrah, menghormati bulan suci … menghukum tindak
 kriminal. Mereka selalu berlaku seakan mereka tuan rumah di tempat2 ini.’
Sejarawan lain, Al-Azraqi (w. 837) mempelajari bukti-bukti tentang adanya gereja-gereja Nosrania Quraysh dengan memperhatikan penggalian arkeologis.
‘Mereka memasang di Ka’bah gambar-gambar para nabi, pohon-pohon dan malaikat. Anda bisa melihat 
gambar-gambar Ibrahim, Yesus dan malaikat.’ 
Setelah penaklukan Mekah th 632M, Muhamad memasuki daerah keramat dalam Ka’bah itu, memerintahkan diambilnya air dari sumber Zamzam. Ia kemudian meminta selembar kain kasar dan memerintahkan agar kain tsb dibasahi utk menggosok/menghilangkan semua gambar. Namun, Muhamad menaruh tangannya pada gambar-gambar Yesus dan mengatakan :
‘Hapuskan semuanya kecuali gambar2 dibawah tangan saya.’  
Al Isfahani, sejarawan Arab merujuk pada Waraqah sbg ‘al Qiss’, jabatan bagi orang suci/pendeta Kristen. Katanya,
‘Al Qiss Waraqah adalah salah seorang yang menolak penyembahan berhala dalam periode jahilyah. Ia 
mencari agama suci, membaca buku-buku suci dan abstain dari memakan daging berhala.’ 
Ibn Sa’ad, sejarawan abad ke 9, menyebut ‘Al Qiss Waraqah adalah salah seorang yg menolak penyembahan berhala dan daging tertentu – daging hewan yang dicekik dan darah hewan.’
Waraqah juga dianggap ahli tafsir kitab-kitab suci, guru dan penerjemah kitab suci kedalam bahasa Arab. Ia menjelaskan isi kitab-kitab suci, ajarannya dan mempraktekkan kewajibannya.
Bukti Waraqah menerjemahkan kitab suci kedlm bahasa Arab :
‘Pendeta/Biarawan Waraqah menulis kitab Ibrani. Ia menulis dari Injil Ibrani apa yg diinginkan 
Tuhan.’ (Bukhari, Vol 1, p 38, 39) 



‘Pendeta Waraqah menulis buku Arab. Ia menulis dari Injil kedalam bahasa Arab apa yg diinginkan 
Tuhan.’ (Muslim, Vol 1, p 78, 79) 



‘Waraqah mengganti agamanya kpd Nosrania pada jaman jahilya. Ia menulis buku Ibrani apa yang ia 
ingin tulis.’ (Abu al Faraj al Isfahani, ‘Kitab al Afghani,’ Vol III, p 114) 
Quran tidak pernah merujuk pada Injil dalam bentuk jamak karena Waraqah hanya mengenal SATU Injil, yaitu Injil Ibrani (Injil MATIUS), satu-satunya Injil yang diterjemahkan Waraqah kedalam bahasa Arab. Inilah Injil yang digunakan kaum Ebionis.
Al Qiss Waraqah, sebagai pemimpin Gereja Nosrania di Mekah, harus menjelaskan Injil kepada pengikutnya yang kebanyakan tidak tahu menahu tentang masalah spiritual. Inilah yang membuatnya menerjemahkan Injil Ibrani kedalam bahasa Arab yang jelas dan mudah dimengertiSalah satu muridnya adalah Muhamad bin Abdallah, sepupunya.
Hubungan keduanya memang dekat. Waraqah-lah yang menikahi Muhamad dengan Khadijah. Ia mengajarkannya berdoa dan semedi di Bukit Hira. Ia mengumumkan ramalannya tentang Muhamad kepada khalayak ramai di Mekah. Bahkan setelah kematian Waraqah, kata Bukhari, ‘PERSEDIAAN WAHYU MENGERING.’ Komentar Muhamad sendiri tentang Waraqah : ‘Saya melihatnya di pusat Surga. Ia mengenakan kain putih.’ (Kristen masuk surga, toh?)
Apa agama Waraqah saat wafat ? Muslim atu Kristen sektarian ?
Ibn al Abbas : ‘Ia mati sesuai dgn kepercayaan Nazarethnya.’
Ibn al Yaouzi : ‘Ia mati dan dikubur di al Houjoun. Ia bukan Muslim.’
Al Houjoun adalah kuburan para pemercaya satu Tuhan (al-Hunafa) dari suku Quraisy. Abdul Muttalib, kakek Muhamad dan orang tuanya juga dikubur disana.
Para penulis Sirat Rasulullah, anehnya, tidak memberikan banyak fakta tentang Waraqah, kecuali asalnya dari suku Quraysh, kepemimpinannya dan misi aktifnya di Mekah. Ini aneh karena Quran sendiri yang menegaskan eksistensi mereka. Malah, kebanyakan ajaran Quran tidak bisa dimengerti tanpa mengenali ajaran Injil Ibrani. Juga, sangat sulit untuk mengerti sejarah nabi-nabi Perjanjian Lama, ajaran Pentateuch ataupun Injil, seperti yang dijabarkan dalam Quran, kalau mereka tidak ditemukan dalam kerangka dasarnya. Cerita Johanes Pembaptis, putera Zakariah, pengumuman para malaikat akan kelahiran Yohanes dan Yesus, mukjizat-mukjizat Yesus serta pesan-pesannya dalam Injil.
Secara garis besar, sulit untuk mengerti kelanjutan pesan Ilahi yang diberikan para nabi dan ajaran, cerita dan hukum yang diberikan macam-macam individu tanpa kehadiran seorang pakar yang bisa mengarahkan kontinuitas ini. Jadi, Waraqah menjadi mediator antara wahyu-wahyu Ilahi terdahulu dan sesudahnya, yaitu antara Pentateuch dan Injil disatu pihak, dengan Quran berbahasa Arab di pihak lain.

BAB II Hubungan Baik Waraqah dan Muhamad

Khadijah adalah janda dua kali, kaya raya karena mewarisi dari suami keduanya sebuah bisnis transpor karavan antara Arab-Syria. Ia juga ibu dua anak. Sedang Muhamad adalah yatim piatu yang ditinggal mati ayah & ibunya dan diasuh oleh pamannya Abu Talib. Pamannya ini, yang mengkhawatirkan keadaan Muhamad yang tidak memiliki harta apapun, mencarikan pekerjaan bagi Muhamad di bisnis karavannya Khadijah yang 15 tahun lebih tua dari Muhamad. Muhamad yang berusia 25 thn ketika itu dilamar oleh Khadijah dengan tawaran ‘uang, kecantikan, kehormatan dan kehidupan yang nyaman & mapan’. Pendek kata, mereka sepakat untuk melangsungkan perkawinan. Ayah Khadijah menentang perkawinan ini tapi pada akhirnya menuruti kemauan puterinya.
Lalu pendeta KRISTEN non-orthodox, Waraqah, saudara sepupu dan pelindung Khadijah, segera mendeklarasikan :
‘…wahai rakyat Quraysh, saya menikahkan Khadijah, puteri Khuwaylid kepada Muhamad, putera 
Abdallah.’ 
Muhamad mulai mendengarkan suara-suara di kepalanya yang mengumumkan missi kenabiannya segera setelah perkawinan ini.

Pentingnya Perkawinan ini

Status Waraqah harus ditekankan oleh pernikahan Muhamad-Khadijah. Al Qiss Waraqah adalah diantara para ketua dan petinggi masyarakat Mekah. Ia menegaskan statusnya dalam perkawinan itu ketika menyatakan: ‘Kami para pemimpin dan ketua para Arab …’ Saudara-saudara Arabnya menganggapnya sebagai pemimpin spiritual dan ketua masyarakat Nosrania.
Kedua, penting disebutkan bahwa Waraqah-lah yangg mensahkan kontrak perkawinan ini. Ia adalah PASTOR utama, yang atas nama Tuhan (Kristen) menetapkan kontrak yang hanya bisa dibatalkan oleh kematian salah seorang dari pasangan perkawinan itu, sesuai dengan ajaran Injil versi Ebionis. Sebagai pendeta Nosrania-Kristen, ia mensahkan penyatuan kedua sepupunya, Muhamad dan Khadijah.
Ketiga, Waraqah menganggap perkawinan ini adalah demi kelangsungan clannya. Apakah ia hanya ingin mencari perlindungan dan kemapanan material bagi Muhamad yang yatim piatu itu atau apakah ia juga ingin mempersiapkan Muhamad sebagai PENERUSnya, sebagai pemimpin (religius) dan kepala clan Quraysh ?
Keempat, partisipasi paman Muhamad, Abu Talib dalam rencana pendeta itu harus dicatat.
‘Saya bersumpah demi Tuhan, setelah perkawinan ini keponakan saya ini akan mendapatkan wahyu besar 
dan akan memulai peran bahaya.’ 
Bagaimana Abu Talib mengetahui peran masa depan keponakannya itu ? Bahkan seberapa besarpun cinta Muhamad bagi isterinya, tanpa pengaturan seorang anggota Quraysh yang berpengaruh dan berkuasa, mungkinkah ia akan menikahi Khadijah ? Mungkinkah orang itu Waraqah ? Memang, tanpa dirinya, Muhamad tidak akan berarti apa-apa.

Waraqah mengajar Muhamad

Waraqah kemudian mengajarkan segala pengalamannya kepada Muhamad guna persiapan masa depan. Langkah pertama adalah isolasi ke Bukit Hira. Disitu ia akan mengasah kemampuannya bersemedi. Kakeknya sendiri sering mampir ke daerah itu untuk tujuan spiritual. Waraqah dan Muhamad mencari kesepian di sebuah goa di daerah itu dan setiap sekali setahun menghabiskan waktu satu bulan untuk semedi, selama bulan puasa selama periode 15 tahun. Dalam goa Khalwah ini, Waraqah menurunkan pengetahuannya kepada Muhamad.
Ibu angkatnya, Halima al Sa’diuuah melaporkan:
‘Dlm masa pertumbuhannya, Muhamad kadang keluar dgn teman2nya. Begitu mereka mulai bermain, ia 
meninggalkannya dan pergi ke tempat terkucil. Ketika ia memulai misinya itu, cintanya bagi 
Khadijah meningkat. Bagi Muhamad, pengalaman ini membebaskan jiwanya dari atraksi dunia dan 
memilih kehidupan yang dekat dgn Tuhan… tidak ada yang lebih penting baginya ketimbang menyendiri 
dan bersemedi pada Tuhan. Ia biasanya pergi ke Bukti Hira dan mempraktekkan semedi pagi dan malam 
hari.’
Namun Muhamad tidak mungkin melakukan ini kalau ia tidak dibimbing orang-orang yang berpengalaman. Kakeknya, Abu Muttalib dan pendeta Waraqah, diantaranya. Muhamad mengadopsi contoh mereka untuk mempersiapkan mentalnya bagi misinya.
Ibn Hisham mencatat pernyataan al Yaqubi ttg goa Khalwah;
‘Rasulullah memasuki bukit Hira selama satu bulan sekali setahun … begitu juga anggota-anggota 
Quraysh lainnya.’ 
Biografer lainnya menyebutkan:
‘Setelah akhir bulan (bersemedi) itu, ia kembali ke Ka’bah sebelum pulang. Ia melingkarinya 
sebanyak TUJUH KALI dan lalu berjalan pulang.’
Ini sama seperti praktek KRISTEN yang, setelah puasa Paskah, merayakannya dgn mengelilingi gereja-gereja mereka TUJUH KALI pada hari Minggu Palm (Palm Sunday) setelah mengelilingi sebuah tempat suci (the holy sanctuary).
Pengajar2 kompeten seperti Waraqah memberi instruksi kepada Muhamad. ‘Sebelum tibanya ramalan, Muhamad melakukan praktek agama sesuai dengan hukum Ibrahim dan Musa atau tradisi2 yg ada waktu itu.’
Sirah yang sama mengatakan:
‘Muhamad mempraktekkan puasa seperti Musa dan Elijah di Bukit Horeb (exodus 3:1) dan seperti Yesus 
dan bapak-bapak Kristen pertama di gurun-gurun di Palestina.’ 
Praktek puasa bulan Ramadan juga merupakan tradisi pra-islam. Ini adalah bulan puasa dan doa-doa khusus. Seperti disebutkan dalam Quran,
‘Wahai kalian yg beriman ! Puasa ditentukan bagimu spt yg diperintahkan kpd mereka yang datang 
sebelummu.’ (2:183) 
Namun pada masa ini Muhamad juga sering diganggu oleh visi-visi dan halusinasi. Ia yakin sumber-sumber visi anehnya ini datang dari setan. Sering tangan dan kakinya bergetar sementara wajahnya bergerak secara tidak teratur dan berkeringat deras. Kadang ia jatuh dalam koma. Malam hari ia komat kamit dan berdengung-dengung. Ia sering meminta isterinya agar menutupinya dengan selimut hangat guna mengurangi ketakutannya. Dalam keadaan tidak sadar ini ia sering melihat bayang-bayang dengan mimpi-mimpi menyeramkan. Khadijah selalu meminta bantuan sepupunya, Waraqah.

Muhamad tidak Buta Huruf

Selama 44 tahun, Muhamad dan Waraqah bersama-sama bekerja keras. Buku yang diterjemahkan sang pendeta dari bahasa Ibrani kedalam bahasa Arab juga dipelajari Muhamad. Muhamad kagum bukan hanya dengan pesan Injil Yahudi, tetapi juga dengan kerja keras sepupunya, sang pendeta, dalam menerjemahkan kitab suci itu. Quran sendiri menunjukkan bahwa terjemahan Waraqah memperkenalkan Muhamad pada perbendaharaan kata-kata suci. Untuk mempelajari lebih lanjut hal ini, kita harus menghilangkan sangkaan bahwa Muhamad buta huruf (tidak dapat membaca/menulis).
Kepercayaan kuat bahwa Muhamad buta huruf melawan segala bukti yang ada:
Ekspresi Quran ‘nabi buta huruf’ bukan berarti ia tidak bisa baca tulis. Penting disini utk mengetahui apa yang diketahui dan apa yg tidak diketahui Muhamad. Yang diketahuinya adalah membaca/ menulis yang sudah diajarkan padanya sejak kanak-kanak. Bukti melek aksaranya sudah nampak dalam Quran dan buku-buku lain. Apa yang TIDAK ia ketahui dan ingin dipelajarinya adalah ilmu kitab suci yang diwahyukan, yaitu ilmu spiritualitas dan hukum. Ia akan mendapatkan ilmu ini dari seseorang yang sudah memilikinya.
1) orang ‘buta huruf’ menurut Quran adalah seseorang yang tidak memiliki kitab suci.
Yahudi, keturunan Ishak, putera Ibrahim adalah kaum Ahlul Kitab. Sementara Arab, keturunan Ishmael, putera Ibrahim BELUM memiliki Alkitab. Inilah yang dimaksudkan dengan ‘buta huruf’ di jaman Arab pra-Islam.
Quran membuat perbandingan ini : 
‘Katakan kepada kaum Ahlul Kitab dan mereka yang tidak terpelajar : apakah kalian menyerahkan 
diri ?’ (3:20) 
Ini menunjukkan keinginan para ‘buta huruf’ untuk mempelajari kitab suci.
‘Mereka diantara orang buta huruf yang tidak mengenal kitab suci, tetapi hanya cerita2 
khayalan.’ (2:78) 
Muhamad menunjukkan kebanggaannya karena Tuhan memilihnya dari antara orang-orang yang tidak memiliki kitab suci itu.
‘Allah mengirimkan rasul dari antara mereka.’ (7:63) 
Kaum Ahlul Kitab sendiri tahu benar akan perbedaan antara mereka dengan para ’buta huruf.’
‘Tidak ada suruhan bagi kami untuk mencari jalan bagi para buta huruf.’(3:75) 
Jadi keadaan ‘buta huruf’ ini lebih menunjuk kepada status sosial, ketimbang pada kemampuan baca tulis. Ayat-ayt berikut menunjukkan bahwa Muhamad percaya ia telah datang dari latar belakang ‘buta huruf’ ini. ‘Mereka yg mengikuti Rasul, nabi buta huruf …’ (7:157) dan ‘Percaya kpd Allah dan rasulnya, nabi buta huruf yg juga percaya kpd Allah.’ (7:158)
Jadi, kaum ‘buta huruf’ adalah Arab, keturunan Ishmael, yangg tidak memiliki kitab suci, sementara Ahlul Kitab, keturunan Ishak memiliki Injil.
2) Malaikat Jibril menyuruh Muhamad MEMBACA dlm ayat pembuka Surah 96:
BACA ('Ikrar'), dlm nama Allahmu, 
yg menciptakan manusia dari segumpal darah 
BACA ! Karena Allahmu maha pemurah, 
Ia yg mengajarkanmu cara penggunaan pena 
dan mengajarkan manusia apa yg tidak diketahuinya.’ (1-6) 
Para ilmuwan Muslim setuju bahwa ini surah pertama yang turun pada Muhamad. Mereka juga bersikeras bahwa Jibril membawa buku di tangannya untuk ditunjukkan kepada Muhamad. Jika Muhamad tidak dapat membaca, maka mengapa ayat Quran ini memerintahkan nabi utk ‘BACA’ ?
3) Muhamad mendapatkan kemampuan ilmu-ilmu alam termasuk kemampuan membacanya dari Abu Talib.
Ibn Sa’d mengomentari hubungan dekat paman dengan keponakannya. ‘Ia mencintainya lebih dari pada anak2nya sendiri. Ketika Muhamad keluar rumah, pamannya akan menemaninya. Abu Talib memberikan cinta besar kepadanya dan menyisakan bagi Muhamad makanan yg paling baik.’
Ini jelas berarti bahwa sang paman memberikan pendidikan kepada keponakannya yang yatim piatu itu sama dengan apa yang didapatkan puteranya sendiri, Ali. Sepupu Muhamad ini, Ali, menulis karyanya berjudul Nahj al Balaghah (The Path of Eloquence). Jadi tidak mungkin Abu Talib mengecualikan keponakannya dari apa yang didapatkan anaknya sendiri.
Ilmu Ilahi 
Ilmu Ilahi yg diberikan Warakah kpd Muhamad adalah ilmu Kitab Suci. Muhamad mempelajari Injil Ibrani dari Waraqah. Kitab ini — hasil terjemahan kedlm bahasa Arab oleh Waraqah — dimaksudkan agar dapat menyelesaikan perselisihan.
‘Kami buatkan Quran dlm bahasa Arab agar kau dapat mengerti.’ (43:3) 
Dengan pengetahuan ini, Muhamad dan pengikutnya akan membantu Arab-Arab yang dituduh dgn tindak pidana. Orang-orang ini tidak bisa dihakimi ataupun dibela karena mereka tidak memiliki kitab suci.
‘Apakah kami akan memberlakukan Muslim seperti orang yang berdosa ? Ada apa denganmu ? Bagaimana 
kalian menghakimi ? Atau apakah kalian memiliki sebuah buku yang kalian pelajari ? Itu kalian akan 
miliki …’ (68:35-38) 
Jadi Muhamad mempelajari kitab suci yang ditawarkan Waraqah. Ia akan menggunakan pengetahuannya ini untuk menjelaskan arti-artinya kepada teman-teman Arabnya. Dengan itu ia dapat menyatakan dengan yakin ‘kepada orang yang membahas Tuhan, tanpa ilmu, tanpa pengarahan dan tanpa buku pengarahan yang mapan.’ (31:20; 22:8)
Bukti ini menunjukkan bawha Muhamad mampu membaca dan memiliki ilmu Ilahi. Jadi kalau Quran merujuk kepada ‘ilmu yang tidak diketahui manusia,’ ini berarti ilmu tentang kitab2 suci yang sudah diturunkan.
!! Saat Muhamad mengalami keraguan atas wahyu Allah, ia diperintahkan agar bertanya kepada Ahlul Kitab.
‘Jika kau ragu ttg apa yg diturunkan kpdmu, tanyakan mereka yg membaca kitab yg datang 
sebelummu.’ (16:43; 21:17) 
Dan salah satunya yg membaca kitab yg datang sebelumnya adalah Al Qiss Waraqah.
‘Tanyakan Ahlul Kitab, jika kau tidak percaya ini.’ (16:44 & 21:7) 
‘Mereka telah menerima bimbingan Allah menuju jalan lurus. Ikutilah petunjuk mereka.’ (6:90) 
‘Ada diantara bangsa Musa sejumlah orang yg mengikuti kebenaran sebagai petunjuk dan melakukan 
keadilan.’ (7:159) 
‘Diantara mereka yang kami ciptakan, ada orang yg mengikuti jalan lurus, membimbing yang lain 
dengan kebenaran dan memberikan keadilan.’ (7:181) 
‘Kau akan tahu siapa berada pada jalan lurus dan siapa yang menerima petunjuk.’(20:135) 

Peran Khadijah

Terbukti bahwa Muhamad merupakan bagian dari rencana Waraqah. Khadijah, wanita mapan itu menyediakan fasilitas yang diperlukan missi Muhamad dalam bentuk uang, kehormatan dan cinta. (Muhamad bisa pergi dari rumah, bertapa, belajar, berkotbah, melancong selama berbulan-bulan lamanya tanpa mengkhawatirkan keuangan keluarga.)
Kesemuanya ini diatur Waraqah dan diwujudkan oleh Khadijah. Wanita Arab ini menjadi hubungan antara Waraqah dan Muhamad. Sering dikatakan, ‘Khadijah mengeksekusi ini semua sesuai dengan nasehat Waraqah.’
Waraqah, Khadijah & Abu Talib memainkan peranan penting dalam hidup dan missi Muhamad. Setelah kematian mereka setelah th 619, Muhamad merasakan kehilangan hubungan intim & dukungan emosional. Dengan kematian Waraqah, ‘persediaan wahyu mengering.’ Dgn kematian Khadijah, ‘cobaan semakin meningkat dlm kehidupan Muhamad. Setelah kematian Abu Talib, ‘Clan Quraysh mencoba melukai Rasulullah.’ Muhamad kehilangan trinitasnya.

Maksud sang Pendeta

Apa sebenarnya maksud sang pendeta ? Apa yg diinginkannya dari Muhamad ? Kenabian Muhamad atau otoritasnya sendiri ?
Setelah para kolektor Quran mulai meremehkan peran sang pendeta, mereka terdorong oleh tradisi oral yg lebih mementingkan aspek hukumnya, ketimbang bukti2 sejarah. Para kolektor ini menerima sedikit informasi atas peran sang pendeta dlm kenabian Muhamad. Mereka ini juga tidak mempertanyakan bagaimana otoritas religius (al-Qussussiyyah) ditransmisikan oleh sekte Nosrania kpd mereka yg mengikuti Islam.
Namun karena ada keraguan bahwa Muhamad benar2 nabi, para kolektor ini mencari tanda2 yg mereka lacak ke hari2 pertama Adam. Mereka terus mencari tanda2 dgn mengatakan bahwa rabbi, pendeta, tukan sihir, JIN, SETAN, hewan, berhala, pohon dan batu mendukung pesan nabi. Mereka bersikeras bahwa namanya ditemukan dlm Pentateuch dan Injil. Pada saat yg sama mereka mengenyampingkan al Qiss Waraqah yg sebenarnya orang pertama yg menyatakannya sbg nabi.
(Ini peristiwa Waraqah menyatakannya sbg nabi: (p 35) Saat Muhamad sedang melafalkan ayat2, memperingati dan berkotbah kpd rakyat Mekah, tubuhnya tiba2 gemetar, wajahnya bergerak secara tidak teratur dan membuatnya takut. Ia segera mencari istrinya sambil menangis, ‘Zammilouni ! Zammilouni ! Selimuti saya dgn pakaian hangat.’*
Spt biasanya kalau ini terjadi, Khadijah memanggil Waraqah. Katanya ‘Sepupuku, dengarkan apa yg dikatakan keponakanmu !’
‘Keponakan tersayang ! Apa yg kau lihat ?’ tanya Waraqah. Saat Muhamad selesai melaporkannya, sang pendeta bertanya kdp dan mengulangi2 peringatan2 sebelumnya, Namun kali ini, Waraqah menambahkan, ‘Ah ! Seandainya saya masih muda dan dpt menyaksikan saat dimulainya misi ini !’ )
Nampaknya maksud Waraqah agak berbeda dgn Muhamad yg kemudian menjadi lebih dari seorang nabi. Tujuan Waraqah sebenarnya adalah utk mengumumkan bahwa Muhamad menjadi penerusnya (sbg pendeta Nestorian !) utk menjadi kepala masyarakat Nosrania di Mekah.
Muhamad mengerti tugasnya dan apa yg diharapkan darinya. Ia mulai mengkotbah dan memperingatkan orang ttg hal2 yg tidak mereka ketahui dlm Kitab Suci. Ia menunjuk kpd mereka jalan yg benar dan agama yg sah. Ia membacakan mereka teks dari buku suci Yahudi yg diterjemahkan Waraqah itu. Tujuannya sebenarnya memperingati orang akan Torah dan Injil. ‘Peringatkan. Kau hanyalah seseorang yg memperingatkan !’
Setelah kematian Waraqah, ia diberi jabatan sbg pemimpin religius. Namun ia takut bahwa Allah telah meninggalkannya karena wahyu tidak turun selama 2-3 tahun. Tetapi akhirnya wahyu datang juga dan malah sempat memodifikasi pesan2 sebelumnya. Perubahan ini sesuai dgn perkembangan watak Muhamad. Kemudian di Medinah, wahyu2 Quran ditambahkan kpd ayat2 Mekah.

BAB III terlalu bertele2. Langsung saja ke intisari BAB IV:

Bab IV Injil menurut Waraqah p 41

Para kolektor Hadis spt Muslim Ibn al Hajjaj, al Bukhari dan al Isfahani setuju bahwa pendeta Ebionit bernama Waraqah itu menerjemahkan Injil kedlm bahasa Arab. Apa isi Injil ini ? Utk itu kita harus melihat ke data2 bapak2 pendiri gereja.
Buku2 terbitan mereka merupakan indikator menakjubkan ttg keempat abad pertama Injil Ibrani ini. Injil yg tidak terkenal ini akhirnya tertanam dalam Quran berbahasa Arab dan menjadikannya hubungan penting kpd ‘naskah asli’ (al-lawh al-mahfouz) yg dikatakan merupakan sumber Quran.

Sumber2 Injil Ibrani

Sejarawan paling dini, Eusebius (w. 340) mengutip Hijsub, yg hidup di permulaan abad ke dua, sbg mengatakan: ‘bahwa ia mereproduksi teks Injil menurut Yahudi, yi Injil Aramaik dlm bahasa Ibrani.’*
Katanya, ‘Injil ini adalah yg paling dipercaya kaum Ibrani yg percaya kpd Yesus Kristus.’*
Mengenai golongan Ebionit, ia mengatakan: Mereka hanya menggunakan Injil Ibrani dan tidak menunjukkan interes kpd Injil2 lain. Katanya, ‘Mereka mematuhi hari Sabat dan tradisi2 Yahudi lainnya. Mereka saling menegur agar mempraktekkan prinsip2 Pentateuch. Mereka menganggap bahwa penyelamatan manusia tidak terbatas pada hanya percaya dlm Yesus Kristus, tetapi dlm melaksanakan hukum Musa.’ *
Epiphanus (w. 403) menulis ttg Ebionit dan Injil Ibrani mereka : ‘Mereka hanya terikat pada Injil (Matius) dan menamakannya ‘Injil menurut Ibrani’. Injil Matius itu tidak sempurna tetapi telah dirubah dan masih tidak lengkap.’* Epiphanus mengutip St Irenaeus, uskup Lyon (w.208), ‘Ebionit hanya menggunakan Injil Matius, tetapi mereka tidak memiliki kepercayaan yg benar kpd Tuhan.’
Catatan: sekilas ttg Injil Matius sebenarnya, lihatlah :
Para bapak2 pendiri gereja berbicara ttg penyelewengan (unorthodoxy) kaum Ebionit. Ada kalanya injil mereka disebutkan Injil Nazerine (Injil orang Nazareth), Injil Ibrani, Injil Ebionis atau Injil ke12 Apostel. Ini merupakan versi injil aramaiknya Matius, yg juga menjadi salah satu sumber injil2 kemudian. Injil Ibrani ini menurut kaum Ibrani memainkan peran penting dlm men-transfer doktrin2 heterodox ataupun ortodox kedlm kepercayaan dan praktek Muslim.
Ajaran2 spt Yesus sang Mesiah, Roh Kudus, zakat dan pengadilan terakhir dan nasib akhir manusia, ini semua tercakup dlm Injil Ebionis. P44 Tapi teks Injil Ibrani yg di-adopsi dan ditulis kembali oleh Waraqah dlm versi Arabnya bukan terjemahan akurat dan penuh. Metodanya lebih ‘dekat kpd exegesis dan apologetic ketimbang terjemahan dan transmisi secara harafiah.’*

Transmisi Injil Ibrani kedalam bahasa Arab

Istilah ‘Qur’an’ secara linguistik berarti ‘kuliah’ atau ‘komentar.’Ekspresi ini adalah derivative substantive dari kata kerja Aramaic trilateral. Huruf ketiganya adalah konsonan lemah: Qro, neqro, qiryono. Ini bisa berarti kuliah (Qira’ah) atau pembacaan/pelafalan (tilawah) dari sebuah teks tertulis.
Kata ‘Qur’an’ digunakan 58 kali dgn kata pendahulu ‘al’ dan 12 kali tanpa kata pendahulu ‘al’. Juga, bahasa Arab menggunakan bentuk tidak definitif (indefinite form) utk menunjukkan bahwa Qur’an, dlm bahasa arabnya, diungkapkan spt yg ada dlm bahasa asalnya, spt dlm pertanyaan retorik dibawah ini.
‘Apakah (Qur’an) dlm bahasa asing atau Arab ? Katakan: ini petunjuk dan obat (?) bagi mereka yg percaya.’ (41:44) ‘Kami menurunkannya kedalam bahasa Arab, shg kau dapat mengertinya.’ (12:2) ‘Kami mengirimkannya kedlm bahasa Arab, shg kau dapat mengertinya. Aslinya, ibu buku itu (Umm al-Kitab) ada pada kami.’(43:3,4)
Orang2 yg mengerti bahasa Arab mengerti detil terjemahan ini. ‘Sebuah buku dimana ayat2nya dijelaskan secara mendetil; sebuah Qur’an dalam bahasa Arab bagi orang yg mengerti.’ (41:3)
Qur’an ditulis dlm bahasa Arab shg Muhamad bisa membacanya tanpa tergantung orang lain. Qur’an ditulis dlm bahasa Arab agar sang rasul, Muhamad dpt mengumumkan wahyunya di Mekah dan tempat2 sekitarnya. Jika Arab menerima buku dalam bahasa asing, mereka tidak akan mengerti pesan2 yg terkandung didalamnya. Mereka ingin terjemahan dalam bahasa mereka sendiri. ‘Kalau kami mengirimkan Qur’an sbg bahasa asing, mereka akan mengatakan: ‘Oh! Kalau saja ayat2 dlm buku ini jelas dan dijelaskan secara mendetil.’ (41:44) Di lain pihak, kalau orang asing menerimanya dlm bahasa Arab, mereka tidak dapat mempercayainya. ‘Jika kami mengungkapkannya kpd non-Arab, mereka tidak akan percaya.’ (26:198-201)

Qur’an Sebagai Komentar Buku Asing

‘Elaborasi/Penjelasan’ (Mufassal) memiliki 2 arti dalam Quran:
1) mufassal memberi kesan Arabisasi (Muarrab), terjemahan dari bahasa lain ke bhs Arab, shg pendengar dan pembaca bisa mengerti isinya dan berlaku sesuai dgn prinsip2nya.
Muhamad setuju dgn orang2 Mekah utk memiliki buku dlm bahasa Arab. ‘Kalau kami mengirimkan Qur’an dlm bahasa selain Arab, mereka akan mengatakan: mengapa ayat2nya dijelaskan secara mendetil (fusilat)’ ? (41:44)
Disetujui pula bahwa buku asing yg diterjemahkan kedlm bahasa Arab itu dilakukan oleh pakar bijak (khabir hakim) yg pandai menerjemahkan ayat2 dari buku asing kedlm bahasa Arab yang jelas. ‘Sebuah buku yg ayat2nya dijelaskan guna menciptakan sebuah Qur’an dlm bahasa Arab bagi orang2 utk dimengerti.’(41:3, 11:1)
2) istilah ‘mufassal’ juga berarti ; secara mendetil atau di-elaborasi. Ini merupakan kunci akan pengaturan bab dan ayat buku tsb serta terjemahan kitab2 suci sebelumnya, sesuai dgn fakta, keadaan dan peristiwa. Ini dilakukan agar pendengar mudah mengerti dan mempelajari Qur’an. ‘Kami menjelaskan secara detil ayat bagi orang yg mengerti.’ (7:32, 9:11). ‘Ia yg mengirim buku ini kepadamu menjelaskan secara mendetil.’ (6:114)
Lihat juga: 7:52, 6:126, 17:12.
Ayat2 ini menunjukkan bahwa Qur’an (Komentar) dlm bahasa Arab ini ‘membuang’ (tassarafa) kata2 dan teks Ibrani guna memberikan kata2 dan teks Arab.
Lihat juga: 17:41, 25:50, 17:89, 20:113, 6:65.

Komentar Tentang Kitab-kitab Sebelumnya

Qur’an mengekspansi, meng-elaborasi dan menjelaskan secara detil ajaran dari kitab asing dgn mengingat situasi Arabia pd permulaan abad ke 7. ‘Lihatlah bgm kami menjelaskan tanda2 dalam berbagai lambang.’ (6:46) Ini menyatakan sbg otentik (saddaqa) eksistensi sebuah buku asli. Walaupun transmisinya membawa modifikasi, ajarannya tetap menegaskan ajaran dlm buku asli.
Muhamad sering menjelaskan otentisitas apa yg telah ditransmisi dari ‘buku yg ada dalam tangannya.’ Ia menegaskan bahwa Qur’an sebenarnya hanyalah otentifikasi (tassadiq) Kitab Ibrani (3:3)
Lihat ayat2:
‘Buku ini menegaskannya kedalam bahasa Arab.’(46:12) ‘Ini sebuah buku yg kami turunkan, membawa rahmat dan menegaskan wahyu yg datang sebelumnya.’ (6:92) Lihat juga 3:3, 2:191, 35:31.
Atau yang berikut ini : ‘Ini menegaskan apa yg ada pada saya dari Pentateuch.’ (3:50, 46:30) ‘Ini bukan cerita yg diciptakan, tetapi penegasan atas Kitab2 yg diwahyukan sebelumnya.’ (12:111)

BAB VI Islam Sebelum Islam : Sekterianisme Nosrania Dalam Islam

Menurut sejarawan al-Yaqubi (w.284)*, sejumlah besar suku Quraysh menjadi anggota sekte Kristen ini. Pengikut Yesus dari Nazaret ini muncul di Ka’bah, sebuah penemuan oleh al Azraki dlm karyanya ‘Excavations in Makka.’*
Waraqah bertanggung jawab atas sebagian urusan spiritual dan material kuil Mekah tsb.
‘Abd al-Muttalib, kakek Muhamad ‘dianggap salah satu dari mereka yg menolak budaya berhala di abad jahilyah.’* Bukti menunjukkan bahwa ‘Abd al-Muttalib adalah seorang Hanif dan monotheis, yi ‘pemuja Tuhan,’* ciri khas agama Kristen dan Nosrania di kawasan2 berbahasa Arab.

Kepercayaan Orang Tua Muhamad

Ketaatan kakek Muhamad kpd Ebionisme Nosrania juga terlihat karena seringnya ia berkumpul dgn rabbi dan pendeta. Sering disebutkan ttg ‘pertemuan Abd al-Muttalib dan diskusinya dgn monotheis lainnya yg sering mengunjungi kawasan Arabia pusat ini. Al-Siuti mengatakan; ‘Satu hari, ‘Abd al-Muttalib berada dirumah dlm diskusi serius dgn seorang uskup.’* Al-‘Abbas menambahkan, ‘Abd al-Muttalib melaporkan bahwa ia pernah berada di Yemen dan berdiri didekat seorang rabbi yg membaca Kitab Zabur (the psalms).’*
Ibn al-Jawzi mencatat, ‘Muhamad ketika berusia 7 tahun, menderita penyakit mata serius bernama ‘conjunctivitis’. Kakeknya membawanya ke ‘Ukaz utk bertanya kpd seroang pendeta yg bisa mengobati penyakit mata.’*
Biografi Halabiyya melaporkan bahwa ‘‘Abd-alMutallib sering pergi ke ‘Isa, seorang pendeta dari Syria, kpd siapa Tuhan memberikan pengetahauan besar dan tidak pernah meninggalkan tempat semedinya itu.’*
Jadi, apa agama orang tua Muhamad?
Tidak banyak diketahui ttg Abdallah dan Aminah. Mereka keduanya mati muda saat Muhamad masih kecil shg mereka tidak berdampak besar terhdp pendidikannya. Mereka tidak meninggalkannya harta apa2, kecuali seorang wanita pengasuh asal Ethiopia bernama Baraka. Ia dikenal dgn nama ‘Umm ‘Ayman (atau ibunya Ayman), dan iapun seorang Nosrania. Muhamad sendiri nampak mencintainya. ‘Kau adalah ibu kedua saya.’* Malah dikatakannya pula, ‘Siapaun yg ingin menikahi wanita dari surga, ia harus memilih ‘Umm’Ayman.’*
Para kolektor Quran hanya mengatakan bahwa orang tua Muhamad adalah orang2 terhormat dan mengikuti jalan lurus. Al-fakhr al-Razi (w. 1209) mengatakan, ‘Orang tua Muhamad adalah al-Hanifiyya, agama Ibrahim, spt Zayd ibn ‘Amran ibn Nufayl dan clan-nya.’ Namun ia juga mengatakan, ‘Polytheis sangat memalukan. Pasti ada nenek moyangnya yang merupakan salah satu dari mereka.’
Penulis ternama spt al-Sannusi dan Telemessani menegaskan pernyataan al-Razi. Mereka menulis, ‘Orang tuanya tidak tahu polytheisme. Mereka keduanya Muslim. Muhamad memiliki asal aristokratik dari rahim murni. Ini hanya dimungkinkan dgn kepercayaan kpd Allah. Apa yg dikatakan beberapa Kolektor adalah tidak pantas.’* Dikatakan bahwa orang tua Muhamad adalah ‘Muslim sebelum Islam.’

Keadaan Religi di Mekah

Penduduk Mekah, walau mempertahankan praktek polytheisme dlm kehidupan sehari2 mereka tidak pernah menolak ke-ilahian yg berpusat pada satu Tuhan. Orang Mekah mengakui Tuhan sbg pencipta tunggal, tetapi mereka menemukan Tuhan lewat media gambar2, intersesi malaikat dan orang2 suci, lewat lambang2, patung dan ikon. Bahkan pengalaman spiritual Muhamad tidak beda dgn pengalaman keluarga dan tetangga2nya (yg polytheis).
Jadi pertanyaannya adalah:
Apakah Islam agama baru dan Muhamad penciptanya ? Atau ajaran ini sudah ada sebelumnya ? Apakah ada beda antara ajaran Nosrania yg diajarkan Waraqah dan ajaran Islam yg ditemukan dlm Quran sekarang ? Apakah Islam diciptakan dari nol atau ini versi Arab ajaran Nosrania yg sudah ada ?
Jawabannya ada di Quran.
Quran sendiri yg bersaksi bahwa Islam eksis diantara keturunan Israel di jaman pra-Arab dan bahwa ada Arab yg ‘Muslim’ sebelum eksisnya Muhamad dan turunnya Quran. Lihat ayat2 Quran ttg : Muslim sebelum Islam : Q 28:53, 22:78, 27:42, 41:33.
Muslim tulen adalah orang yg percaya kpd satu Tuhan, menghormati ajaran Torah, Injil dan Quran. Selain juga, ia harus percaya pada nabi2 sebelumnya tanpa membeda2kan mereka. Muslim, menurut Islam, adalah mereka yg membawa kesatuan dan bukan perpecahan. Mereka adalah yg menerima keseluruhan Kitab.
Muhamad berupaya keras utk melacak Islam jauh ke jaman Ibrahim dan menghubungkannya dgn agama Muslim berdasarkan pengetahuan Hanifiyyahnya. Begitu ia menetapkan hubungan ini, ia mempromosikan Islam sbg agama yg sudah ada sebelum Yudaisme dan Kristen. Quran sendiri memperingatkan pembacanya akan Pentateuch dan Injil.
Quran kemudian juga mencoba mengatasi konflik ideologi yg ada saat itu antara sekte2 Yahudi dan Kristen. Suku2 Arab, campuran polytheis-monotheis, terpecah2 karena konflik religius ini. Guna mengatasi situasi, Muhamad mencoba mencoba mencari hubungan dgn apa yg sudah eksis guna menghindari timbulnya konflik agama dgn kekerasan di Mekah.
Muhamad menganggap misi Islam sbg pengembalian kepercayaan kdp ajaran Ibrahim, yaitu kepercayaan kpd satu Tuhan (monotheisme absolut), karena satu2nya dosa dalam Islam adalah penolakan terhdp kepercayaan ini. Lihat : 4:48 &116, 3:18, 2:163, 5:116.
Jadi, apa kalau begitu, sifat Islam sebelum Islam versi Arab ? Ternyata Islam tidak beda dgn bentuk Nosrania, sekte Kristen Ebionit yg berada di Mekah. Islam Arab adalah refleksi dari monotheisme Arab abad ke 7. Pengikut Islam percaya kpd akar2 Haniffiyya-nya dgn menghormati kitab2 yg datang sebelumnya.

BAB VII Hanif dan Nosrania Dalam Islam Jaman Permulaan

Al-Hanif adalah julukan bagi nabi Ibrahim, agamanya dan pengikutnya yg tidak pernah mendukan Tuhan dgn mahluk hidup lainya dan tidak mengenal perselisihan dan perpecahan. Mereka mempraktekkan ‘agama standar’ (9:85) atau ‘agama sebenarnya’, yi kepercayaan kpd satu Tuhan.
Al-Hanif adalah mereka yg menolak polytheisme dan berhala (22:30&31), membayar zakat (98:5), takluk pada Tuhan dan percaya pada Tuhan tanpa percaya mahluk2 lainnya (30:30, 31). Ibrahim adalah ‘sahabat Tuhan’ (Exodus 33:11) dan contoh bagi kepatuhan dan ketaklukan (4:125).
Jadi, agama Hanafit ini bukan agama independen selama kehidupan Muhamad, tetapi eksis di jaman pra-Quran, spt Yudaisme, Kristen, Mazdaenisme dan Sabeanisme.
Karakteristik Hanaffiyyah lainnya juga bisa dibaca dari kisah hidup Muhamad. Anak lelaki harus disunat dan hijrah.* Pengikut agama ini percaya kpd ajaran Ibrahim.* Seorang yg Hanif meniinggalkan berhala dan mencuci diri dari dosa.* Ia abstain dari makan daging berhala dan meminum alcohol.* Dlm konteks ini, al-Tabari melaporkan, ‘Rakyat Modar yg hijrah ke Ka’bah pada saat Jahilliyah disebut ‘Hunafa.’’*
Kesatuan antara Hanifiyyah dan Nosrania juga bagian dari catatan para Kolektor dan diulang2 dlm legenda ttg pendeta dan biarawan Hunafa dan Nazareth.
Waraqah Ibn nawfal bergabung dgn 2 pendeta lainya, Ibn Saida dan ‘Usman al-Huwayrith, sbg bagian dari kelompok Hanifiyyah. Mereka diidentifikasi sbg ‘Arab yg memeluk agama Nosrania dan HUnafa.’ Dlm hadis lain, Muhamad berbicara ttg pendeta ibn Sai’dah sbg ‘lelaki dari ‘Ayad. Ia menjadi Hanif dlm era Jahiliyyah.’*
Dlm ‘Muruj al-Zahab’, al-Massudi melaporkan, ‘Hanzalah b Safwan … al-Qiss Waraqah … dsb dsb … semuanya adalah Hunafa’ (taat) spt juga Nosrania.’
Kata ‘Hanafiyyah adalah atribut positif bagi golongan Arab Nosrania dan kpd pengikut satu Tuhan SEBELUM Islam. Ibrahim adalah ‘Muslim Hanif’ (4:125). ‘Ia yg dibimbing Allah dan menjadi Hanif’ (6:161). ‘Siapapun yg berdoa dan memberi zakat adalah Hanif (98:5).
Yang penting disini adalah bahwa seorang yg Hanif BISA NOSRANIA, BISA JUGA MUSLIM. ‘Hanif’, ‘Nosrania’ dan ‘Islam’ adalah tiga nama yg membaur, tidak lama setelah kematian Muhamad.


MUHAMMAD DAN KAUM CERDIK PANDAI KRISTEN, oleh Mohamad Guntur Romli, Aktivis JIL

Kepribadian dan pengetahuan Muhammad dibentuk oleh lingkungannya. Leluhurnya dikenal menaati prosedur dan ajaran kenabian. Salah satu lingkungannya adalah kaum cerdik pandai Kristen.
Jauh sebelum kenabian Muhammad telah ada anasir-anasir kenabian dan ketauhidan (monoteisme) yang merujuk pada peran dua komunitas teologis di Mekkah, yang warganya dikenal sebagai penyembah berhala. Yang pertama ialah pengikut al-hanîfiyah yang mendaku sebagai ahli waris ajaran Ibrahim. Abdul Muthalib yang adalah kakek Muhammad dan ketua Bani Hasyim merupakan tokoh terpenting dalam aliran ini. Tercatat pula nama Zaid bin Amru, paman Umar bin Khathab, yang memiliki syair-syair kepasrahan. Salah satu baitnya, aslamtu wajhi liman uslimat, lahu al-ardlu tahmilu shakhran tsiqâla, ’aku pasrahkan diriku pada Dia, seperti kepasrahan bumi yang membawa batu karang yang berat’.
Yang kedua adalah komunitas Ahli Kitab. Ini sebutan bagi pemeluk agama Yahudi dan Kristen. Orang Kristen di kalangan Islam disebut sebagai Nasrani yang dinisbatkan pada al-Nâshirah atau Nazaret, asal Isa al-Masih. Namun, bagi orang Kristen mayoritas, Nasrani di Jazirah Arab adalah sebuah sekte. Berbeda dengan bangsa Arab yang mandul dari kenabian, bangsa Yahudi subur dengan kenabian. Dua komunitas itu punya satu misi. Sama-sama memusuhi kaum pagan. Pada masa itu mereka tersebar luas di Jazirah Arab. Orang Yahudi bermukim di Yastrib (Madinah), orang Kristen menunjukkan pengaruhnya di Mekkah.
Menurut Al-Ya’qubî dalam Tarîkh: orang Quraisy yang memeluk Kristen dari Bani Asad antara lain adalah Utsman bin al-Huwairits dan Waraqah bin Naufal. Khadijah yang istri Muhammad berasal dari bani ini. Informasi yang lebih menarik datang dari Muhammad bin Abdillah al-Azraqi dalam Akhbâr Makkah (Kabar-kabar Mekkah), tentang gambar dan arca Isa (Yesus) bersama ibunya, Maryam (Maria), di Kabah. Ketika berhasil menaklukkan Mekkah dari pemeluk pagan, Muhammad membersihkan Kabah dari segala perupaan, kecuali Isa dan Maryam. Arca tersebut baru hancur bersama puing-puing Kabah akibat perang di era Yazid bin Muawiyah.
Mengakui nabi Muhamad tapi tidak mengikutinya
Alquran (al-Ma’idah: 82) menegaskan kedekatan orang Kristen dengan Muhammad yang berbeda dari orang Yahudi dan kaum pagan Mekkah yang bersikap memusuhi. Orang Kristen mencintai Muhammad dan pengikutnya "karena di antara mereka ada pendeta-pendeta (qissîsîn) dan rahib-rahib (ruhbân) dan mereka tidak menyombongkan diri". Maksudnya, mereka mengakui kenabian Muhammad, tetapi tidak mengikutinya.
Yang terkenal adalah Waraqah bin Naufal, kakak sepupu Khadijah. Dia memberi kesaksian terhadap wahyu pertama yang diterima Muhammad dan disebut dalam riwayat al-Bukhari hadis nomor tiga sebagai "seorang yang memeluk Kristen pada zaman Jahiliah, menulis kitab dalam Ibrani, dan mampu menyalin dari Injil Ibrani".
Kependetaan Waraqah ditegaskan Muhammad dalam Sîrah (biografi Muhammad) karya Ibn Ishaq (1999: 203): "Sungguh aku telah melihat Pendeta (Waraqah) berada di surga dengan memakai pakaian dari sutra." Dalam versi riwayat lain hadis tadi adalah respons ketika nasib Waraqah di akhirat dipertanyakan karena tetap setia memeluk Kristen sampai akhir hayatnya meski ia menyaksikan kenabian Muhammad.
Para penyair Kristen dan al-hanîfiyah melantunkan syair-syair keagamaan mereka di pasar-pasar Mekkah, khususnya di Ukadz. Alquran (al-Furqan: 7) menyebut kebiasaan Muhammad menjelajahi pasar-pasar bukan bertujuan berbelanja, melainkan menyimak dan mengamati seluruh kegiatan pasar yang berfungsi pula sebagai "festival kebudayaan".
Dua jilid karya Luis Syaikhu, Târîkh al-Nashrâniyah wa Adâbuhâ Bayna ’Arab al-Jâhiliyah (Sejarah dan Sastra Arab Kristen di Era Arab Jahiliah) terbitan Dar al-Masyriq, Lebanon, tahun 1989, menjelaskan peran nyata kaum cerdik pandai Kristen terhadap kebudayaan Arab.
1.   Syaikhu menyebut peran Umayyah bin Abdillah bin Abi Shalat, penyair Kristen era Jahiliah yang memiliki syair-syair keagamaan. Syair-syair Umayyah telah mengenalkan nama-nama lain Allah yang disebut al-asmâ’ al-husnâ (nama-nama terbaik).
2.   Demikian juga nama malaikat Jibril, Izrail, dan Israfil;
3.   tingkatan surga dan neraka;
4.   tujuh lapis langit dan bumi;
5.   asal-usul penciptaan alam;
6.   kisah Adam-Hawa dan dua anaknya;
7.   air bah Nuh;
8.   Yunus (Yunan) yang ditelan dan bisa hidup di perut ikan;
9.   serta kisah-kisah para nabi lainnya hingga kisah Ashabul Kahfi yang masyhur di kalangan orang suci Kristen sebagai les Sept Dormants (Tujuh Orang yang Tertidur) yang merujuk pada masa pertengahan abad ke-3 Masehi.
Demikian pula dua kawasan yang menjadi tujuan utama kafilah niaga Kabilah Quraisy: Yaman dan Syam. Keduanya merupakan pusat kekristenan. Yaman dikuasai oleh dinasti Kristen Habsyah (Etiopia) yang mengikuti aliran monofisit-koptik, sedangkan Syam diperintah oleh dinasti Ghassan yang mengikuti aliran monofisit-yakobis. Muhammad telah mengunjungi dua kawasan itu ketika masih remaja bersama kafilah pamannya, dan saat jadi buruh niaga Khadijah. Pusat kekristenan lain di al-Hira diperintah oleh dinasti Kristen Lakhm yang mengikuti aliran monofisit-nestorian.
Khadijah Khadijah menurut informasi sejarah adalah istri Muhammad yang berasal dari keluarga Kristen di Mekkah (Bani Asad). Sumber sejarah Islam tak ada yang secara tegas menyebut agama Khadijah sebelum Islam. Namun, ada fakta menarik mengenai keteguhan Muhammad tetap setia monogami dan tidak menikah lagi, kecuali setelah Khadijah wafat. Monogami dan perceraian atas dasar kematian adalah tradisi kekristenan kuno yang berbeda dari tradisi poligami bangsa Arab.
Khadijah berjuluk al-Thâhirah (Perempuan Suci). Ini simbol teologis. Perempuan terhormat biasanya cukup disebut al-Syarîfah atau al-Karîmah. Perempuan suci dalam Kristen disebut santa. Diakah Santa Khadijah?
Julukannya yang lain Sayyidah Nisâ’ Quraisy (Puan dari Seluruh Perempuan Quraish) yang memperlihatkan Khadijah sebagai "perempuan suci dan pilihan".
Gelar dan pengakuan terhadap Khadijah ini bisa disamakan dengan pengakuan Alquran terhadap Santa Maria, Bunda Yesus, dalam Surat Ali Imran Ayat 42 yang menyatakannya sebagai "perempuan pilihan dan suci".
Khadijah bisa dibilang "ibu" Muhammad karena perbedaan umur mereka yang terpaut 25 tahun. Dalam Ansâb al-Asyrâf (Nasab-nasab Orang Mulia) karya al-Baradzari, Muhammad menikah pada usia hampir 21 tahun—merujuk pula pada kebiasaan pemuda Arab waktu itu yang menikah pada umur 20 tahun—sedangkan Khadijah berusia 46 tahun. Menurut Bint Syathi’, penulis buku Nisâ’ al-Nabî (Istri-istri Nabi), peran Khadijah sebagai istri sekaligus ibu bagi Muhammad tak hanya bersumber dari perbedaan usia, tetapi juga tersebab Muhammad anak yatim piatu yang kehilangan kasih sayang ibunya.
Bagi Khalil Abdul Karim, penulis Fatrah Takwîn fi Hayâti al-Shâdiq al-Amîn (Periode Kreatif dalam Kehidupan Muhammad) terbitan Dar Mishr al-Mahrusah, Cairo, tahun 2004, Khadijah adalah "arsitek" kenabian yang dibantu oleh "komunitas inteligensia Kristen". Mereka adalah Waraqah bin Naufal dan adiknya, Qatilah, seorang rahibah, serta saudara sepupu mereka, Ustman bin al-Huwairits, yang mengikuti aliran Kekristenan Bizantium (Melkitis) hingga diangkat menjadi kardinal.
Khadijah memiliki dua budak Kristen: Nashih yang jauh-jauh hari meminta tuannya menikah dengan Muhammad, dan Maisarah yang bertugas mengamati Muhammad dalam perniagaan ke Syam. Selain dengan anggota keluarganya, Khadijah juga membangun korespondensi dengan beberapa pendeta: Adas di Taif, Buhaira di Bushra, Syam, dan Sirgius di Mekkah. Buku Khalil tadi merujuk pada sumber-sumber primer Sîrah Muhammad yang jarang disentuh, seperti Sîrah Ibn Ishaq, Ibn Sayyidi al-Nas, al-Halabiyah, al-Syamiyah, Târîkh al-Thabari, dan al-Ya’qubi.
Khadijah dan timnya telah mengamati Muhammad sejak lama. Dalam Sirah Ibn Katsir diriwayatkan Khadijah sudah dikabari oleh Nashih, budaknya, dan Pendeta Buhaira di Syam untuk menikah dengan Muhammad. Dikisahkan juga bahwa Qatilah telah menawarkan diri kepada Abdullah, ayah Muhammad, untuk dijadikan istri karena Abdullah memiliki "cahaya kenabian". Buhaira telah melihat Muhammad dua kali sebelum penetapan kenabian. Informasi ini menunjukkan bahwa komunitas itu mengamati keluarga Muhammad secara saksama.
Khadijah mengangkat Muhammad sebagai buruhnya saat berusia 18 tahun agar bisa mengamatinya dari dekat. Sebelum menikah, Muhammad telah melakukan dua perjalanan niaga Khadijah ke Habsyah dan ke Syam. Niaga ke Habsyah hampir tidak disebut dalam versi umum biografi Muhammad, tetapi kisah itu dituturkan oleh sejarawan klasik, seperti al-Thabari, al-Suhayli, dan al-Maqrizi.
Sementara dalam perniagaan ke Syam, Khadijah perlu menyertakan seorang hambanya bernama Maisarah yang kenal baik dengan Pendeta Buhaira untuk mengamati gerak-gerik Muhammad, khususnya pertemuannya dengan Buhaira.
Setelah yakin bahwa Muhammad adalah sosok tepat dari beberapa pertimbangan (keluarganya yang menjalankan prosedur kenabian, nasihat-nasihat anggota komunitasnya, serta pengamatannya secara langsung), barulah Khadijah melamar Muhammad tak hanya sebagai suami, tetapi lebih itu dari sebab—dalam kata-kata Khadijah sendiri—"aku sangat ingin agar kamu (Muhammad) menjadi nabi bagi umatmu."
Dalam proses pernikahan mereka, tampak kegembiraan Abu Thalib dan antusiasme Waraqah dari pembacaan khotbah nikah mewakili pihak keluarga Khadijah. Sedangkan wali Khadijah—bapaknya, al-Khuwailid atau pamannya, Amru—tidak terlalu antusias dengan pernikahan itu. Bagi mereka, Muhammad tetap dipandang sebagai anak yatim yang berasal dari keluarga miskin. Adapun Khadijah dan Waraqah memiliki tujuan lain dengan pernikahan itu.
Nubuat Kenabian Pernikahan Muhammad yang berasal dari keluarga al-hanîfiyah (Bani Hasyim) dengan Khadijah yang berasal dari keluarga Kristen (Bani Asad) adalah koalisi kelompok ketauhidan melawan kelompok pagan.
Dua komunitas tersebut telah membangun suasana-suasana kenabian. Nubuat kenabian dari jalur Abdul Muthalib telah dikabarkan jauh sebelum Muhammad lahir. Abdul Muthalib dengan sadar telah mempraktikkan kembali semacam prosedur-prosedur kenabian. Posisinya seperti Ibrahim yang memusuhi berhala dan menyembelih anaknya sebagai kurban bagi Allah. Abdul Muthalib telah menyerukan ajaran Ibrahim itu dan bernazar menyembelih putranya, Abdullah, ayah Muhammad.
Masa pernikahan hingga pewahyuan yang terentang kira-kira 20 tahun—Muhammad menerima wahyu berumur 40 tahun—adalah "tahun-tahun yang hilang" dari kehidupan Muhammad yang disebut oleh Khalil Abdul Karim sebagai fatrah al-takwîn (periode kreatif). Muhammad adalah seorang ummî (buta huruf), maka di masa-masa itulah Khadijah, Waraqah, dan kaum cerdik pandai Kristen memiliki andil dalam menyiapkan proses kenabian Muhammad. Di siang hari Muhammad menjelajahi pasar-pasar di Mekkah yang membuatnya mengetahui segala kisah dan perkembangan masyarakatnya. Di malam hari Muhammad akan menghabiskan waktu berbincang-bincang dengan Khadijah.
Adalah hal biasa bila Waraqah sering berkunjung untuk menceritakan hal-hal yang ia ketahui dari kitab-kitab yang ia salin. Kita bisa membayangkan betapa marak aktivitas-aktivitas dalam rumah Khadijah yang dipenuhi kaum intelektual yang memiliki ambisi kenabian itu.
Khadijah bersama Waraqah (KEDUANYA KRISTEN !) telah membimbing Muhammad menelusuri tangga-tangga spiritualitas hingga mencapai puncak kenabian. Perkembangan Muhammad diamati secara saksama oleh Khadijah, baik dengan mengantarnya ke Gua Hira untuk menyendiri—tradisi yang telah dilaksanakan pengikut al-hanîfiyah termasuk kakeknya, Abdul Muthalib—maupun ketika Muhammad mulai didatangi "suara- suara" yang mengaku sebagai utusan Tuhan. Khadijah-lah yang menguji kualitas "suara" itu apakah berasal dari malaikat atau setan. Menurut Sîrah al- Halabiyah, dalam menguji suara itu Khadijah di bawah bimbingan Waraqah, yang pakar masalah kenabian dan pewahyuan.
Tak hanya itu. Ketika Muhammad memperoleh wahyu pertama, Khadijah yang memiliki inisiatif mendatangi anggota kaum cerdik pandai itu satu per satu, dimulai dari Waraqah dan Sirgius di Mekkah, Adas di Thaif, hingga Buhaira di Syam. Tujuannya tak hanya meminta konfirmasi tentang kebenaran pewahyuan itu, tetapi juga mengumumkan bahwa seorang nabi telah datang.
Jadi, kita bisa melihat bahwa Muhammad bukanlah nabi yang datang dari dunia antah berantah. Kepribadian dan pengetahuannya telah dibentuk oleh lingkungannya. Leluhurnya dikenal menaati prosedur dan ajaran kenabian. Khadijah (KRISTEN) bersama komunitas memiliki pengaruh yang tak bisa disanggah. Kenabian dan pewahyuan itu adalah hasil dari eksperimentasi kolektif setelah melalui proses kreatif yang sangat panjang.
MOHAMAD GUNTUR ROMLI Aktivis Jaringan Islam Liberal SUMBER: KOMPAS, SABTU, 1 SEPTEMBER 2007




6 comments:

  1. Gimana mau jiplak, orang isi ceritanya aja beda kok walaupun banyak tokoh yang sama.

    Contoh aja Tokoh Haman di Bible dgn Tokoh Haman di AlQuran. Masa iya Nabi Muhammad malah menaruh tokoh Haman di jaman yang tepat yaitu Jaman Firaun dan Musa, dmn ada bukti penemuan rosetta stone yang membuktikan bahwa Tokoh Haman benar2 ada. Sementara dalam Bible Tokoh Haman malah dijaman Diaspora di Persia yang ga ada bukti apa2. Penulis bible ketahuan salah menempatkan Haman karena ketuker yang harusnya jaman Firaun dan Musa, malah di jaman Diaspora.

    ReplyDelete
  2. Artikel Joshep Azzy ini ga ada kualitasnya...artikel kentut...Dia ga paham bagaimana dalam Kitab berbahasa Ibrani dikatakan bahwa Yesus adalah nabi...hanya karena ulah penulis Paulus maka yesus diangkat sebagai Tuhan...dan tahun 381 Masehi gereja menetapkan trinitas yag Alkitab sendiri tidak satu kata pun menyatakan....gebleg

    ReplyDelete
  3. luar biasa tulisannya, cuma kentut zat yang susah ngerti tulisan sejelas ini

    ReplyDelete
  4. Maksa banget 🤣🤣🤣 emang dlm gospel mu itu ada berisi ilmu pengetahuan dan science seperti Alqur'an??? Ngapain juga Alqur'an jiplak kitab dongeng🤣🤣🤣

    ReplyDelete
  5. Mencerahkan....!!!👍👍👍

    ReplyDelete
  6. SEKALI LAGI SEJARAH SDH TERCATAT TURUN TEMURUN DAN TDK BISA DIBOHONGI , HNY MULUT YG BISA BERBOHONG

    ReplyDelete