Jika kita mengamati Alkitab (Perjanjian Lama & Perjanjian Baru) lalu kita bandingkan dengan isi Quran, kita akan mendapatkan selain beberapa cerita yg mirip, juga cerita-cerita Quran yg tidak terdapat dlm Alkitab. Banyak perbedaan-perbedaan, pertentangan dan bahkan nama Muhammad sama sekali tidak pernah disebut di dalam Alkitab. Masalah ini menjadikan kaum muslim “bahkan dimulai sejak jaman Muhammad sendiri” merasa sulit sekali utk menyelaraskan atau mengawinkan antara harapan dan kenyataan.
Harapannya, meskipun antara Alkitab dan Quran itu berbeda, namun seharusnya perbedaan itu bukanlah perbedaan yg prinsipil. Dan dari pandangan Quran, seharusnya ahlul-Kitab atau umat yg menerima Kitab Allah, yaitu orang-orang Yahudi dan Kristen, sudah menyatakan dan mengakui bahwa Muhammad itu nabi yg benar, --yg diutus oleh Allah yg sama dengan Allah-nya Abraham, Ishak, dan Yakub (Allah Israel), yg juga adalah Allah yg sama yg disembah oleh orang-orang Kristen sebab mereka telah menerima Firman yg otentik, asli dan benar dari sumber yg sama, yakni Allah sendiri. Namun pada kenyataannya, sejak jaman Muhammad, mereka (Yahudi & Kristen) tidak mau menerima dan menyatakan Muhammad sebagai nabi utusan Allah, dan malahan khususnya hubungan antara orang-orang muslim dengan orang-orang Yahudi selalu penuh dengan ketegangan, konflik dan kontroversi.
Dari latar belakang seperti inilah, maka dapat dimengerti kalau sikap Quran terhadap Ahlul-Kitab menjadi dialectical relationship (alias tidak konsisten; disatu sisi dikatakan Taurat & Injil itu dari Allah dan oleh karena itu maka Allah sendiri yg akan menjaganya dari tangan-tangan manusia, namun di-sisi lainnya dikatakan telah dipalsukan atau diubah. Dengan demikian, sebenarnya Quran menyangkal pernyataannya sendiri bahwa Allah akan menjaga FirmanNya dari tangan-tangan manusia. Btw, kpd pembaca muslim, aku bertanya; itu sebenarnya ketidak-konsistenan Quran atau ketidak-konsistenan Allah?! Tidak mungkin keduanya benar sekaligus, dan keduanya salah. Harus ada salah satu diantaranya yg benar atau salah. Silahkan pilih sendiri! -adm).
Disatu pihak Quran menekankan bahwa Ahlul-Kitab telah menerima Wahyu dan Kitab yg benar, Otentik dan asli dari Allah sendiri, namun di lain pihak Quran juga menuduh mereka telah menyembunyikan atau yaktumuna, tukhfuna, mengubah dan merusakkan atau yuharrifuna, serta mengganti atau baddala, yaunna akan Firman Allah di dalam hidup mereka. Akibatnya mereka tidak bisa mengenal Muhammad sebagai nabi Allah. Dari semua tuduhan-tuduhan tersebut, tuduhan yg paling serius adalah tuduhan mengubah atau merusakkan atau yuharrifuna, kata bendanya tahrif: Di dalam bhs Arab kata ini bisa diartikan perubahan tafsiran, disebut tahrif maanawi. Untuk mengetahui apa yg dimaksud di bawah ini berturut-turut kita akan meneliti satu persatu dari kata-kata tersebut secara singkat.
Q.2:146
Orang-orang (Yahudi & Nasrani) yg telah kami beri Alkitab (Taurat & Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebagian dari mereka menyembunyikan (yaktumuna) kebenaran padahal mereka mengetahui.
Catatan terjemahan: kata “Muhammad” seharusnya diterjemahkan “-nya”, yg menunjukkan kepada Firman yg diterima Muhammad (lihat Pickthall, The Glorious Koran, text and explanatory translation; New York, A Mentor Religious Classic, 1956. Sebagai informasi, Pickthall adalah seorang muslim).
Dari ayat tersebut, Ahlul-Kitab yg telah mendapatkan Kitab yg benar dari Allah diharapkan akan dapat mengenal Wahyu yg datang kepada Muhammad secara akrab. Namun kenyataannya mereka tidak mengenal. Hal ini menimbulkan tuduhan yg dimuat dalam Quran bahwa sebagian dari mereka menyembunyikan (yuktumuna) tanpa penunjukan dan dikatakan –menyembunyikan- kebenaran, atau di dalam Q.6:91 dinyatakan menyembunyikan apa yg telah diwahyukan Tuhan. Di dalam 5:15 dikatakan bahwa Muhammad datang dengan Quran untuk menjelaskan apa yg telah engkau sembunyikan, dan seperti sebelumnya disini juga tak dijelaskan sama sekali tentang bagian Quran mana yg menjelaskan, dan bagian Alkitab mana yg disembunyikan, serta bagian Alkitab mana yg mau dijelaskan oleh Quran, juga tak dijelaskan sama sekali cara bagaimana, kapan, dimana dan mengapa Ahlul-Kitab menyembunyikan. Repotnya, Quran bungkam dalam soal ini. Akibatnya, sampai saat ini muslim dibuat kebingungan sendiri ketika dituntut penjelasan tentang hal ini.
Empat kali kata kerja yuharrifuna (mengubah, merusakkan) dipakai di dalam Quran dengan subject orang Yahudi atau bani Israel (Q.4:46; 5:13; 4:41 dan Q.2:71). Semuanya dari surah-surah yg diturunkan di Madinah setelah hubungan antara Muhammad dengan Ahlul-Kitab, khususnya Yahudi retak dan penuh dengan ketegangan dan akhirnya putus sama sekali. Dan yg menarik sekali dipakai kata benda harf: fluctuating state atau posisi yg mengambang, dan diterapkan kepada sebagian dari orang Arab Muslim sendiri.
Di dalam Q.4:46, setelah statement umum dari antara orang-orang Yahudi mengubah (yuharrifuna) kata-kata dari konteksnya (mawadiih), lalu diberikan contoh konkrit tentang permainan kata-kata dari orang-orang Yahudi tersebut. “Kami mendengar, tetapi kami tidak mau menuruti” (kata Arab: sami’na wa’asayna), sebagai pengganti dari “Kami mendengar dan menurutinya” (kata Ibrani: shamanu we asinu); Dan kata Arab raa’ina artinya sudilah kiranya kamu memperhatikan kami (sebagai kata-kata yg sering diucapkan untuk memohon perhatian) yg ditirukan oleh orang-orang Yahudi dengan tak begitu jelas ke kata Ibrani ra’ artinya evil, jahat untuk mengolok-olok Muhammad dan para pengikutnya. Inilah PLESETAN ala Yahudi yg bikin Muhammad dan para pengikunya ngambek sampe hari ini!! (Lucu ya, hehehee?!!)
Dari contoh kedua, jelas merupakan permainan kata-kata orang Yahudi untuk mengejek Muhammad, sedangkan dari contoh pertama lebih merupakan konfirmasi atau pengakuan atas tabiat orang-orang Yahudi yg menurut Muhammad mereka tampaknya mengatakan ‘asinu’ artinya :kami melaksanakan, tetapi mereka menunjukkan ‘asyina,’ kami tak melakukan.
Disebut kembali di dalam Q.5:13, bahwa bani Israel yuharrifuna kata-kata dari konteks dan melupakan sebagian dari apa yg telah mereka ingatkan, tanpa disebutkan secara spesifik bagian yg mana dari Alkitab yg telah diubah dan dilupakan.
Dari dua ayat tersebut di atas maka jelas yg dimaksud dengan tahrif disini bukanlah perubahan textual atau harafiah dari Alkitab, melainkan penafsiran arti dari kata-kata yg terdapat di dalam Alkitab. Kata-kata tertentu telah diambil atau dikeluarkan dari konteksnya dan diterapkan ke suatu hal yg tidak pernah dimaksudkan oleh Wahyu Allah. Sehingga akibatnya kata-kata itu menjadi berubah maknanya. Khususnya Q.4:46, justru contoh konkritnya tidak menunjukkan sama sekali kepada perubahan ataupun pemalsuan text atau pasal bacaan dari Alkitab, melainkan kepada permainan kata orang-orang Yahudi yg menggambarkan sifat dan sikap ketidakjujuran dan kemunafikan mereka dalam berurusan dan berhubungan dengan Muhammad dan orang-orang muslim.
Kesimpulan tersebut di atas lebih ditegaskan lagi di dalam Q.5:41 yg kalau dibaca dari keseluruhan konteksnya mengungkapkan tentang delegasi orang-orang Yahudi yg diutus utk menemui Muhamamd, utk meminta pengadilannya atas perselisihan mereka. Tidak jelas apakah yg menjadi masalah dari perselisihan tersebut. Mungkin masalah zinah, dimana orang-orang Yahudi ingin mengubah hukum rajam (sesuai dengan Quran) menjadi pemukulan dan penghitaman muka si tersangka, lalu mereka berkata kepada orang-orang Yahudi yg mengutus: “Kalau ini diberikan, terimalah! Dan jika kamu diberi yg bukan, berhati-hatilah!” Di dalam kasus ini menarik sekali untuk digaris-bawahi, bahwa Muhamamd menunjuk kepada Taurat sebagai dasar utk menghakimi mereka, dan sikap yg sama juga ia terapkan kepada orang-orang Kristen yg harus diadili menurut Injilnya.
Denga demikian yg diubah oleh delegasi tersebut bukanlah kata secara literal atau harafiah maupun menafsirkan arti dari Taurat, tetapi keputusan Muhammad berkenaan dengan perselisihan mereka. Malahan disini Muhammad justru mengakui Taurat dan Injil sebagai Kitab yg Otentik dan asli dari Allah di tangan orang-orang Yahudi dan Kristen, dan oleh karena itu Kitab tersebut berwibawa dan harus dituruti oleh mereka baik secara agama maupun hukum peradilan.
Selanjutnya di dalam Q.2:75-79, ketika perselisihan antara orang-orang muslim dengan orang-orang Yahudi makin memuncak, orang-orang Yahudi dituduh sebagai kaum munafik sebab ketidakjujuran dan mereka dianggap telah melakukan pengkhianatan terhadap Muhammad. Mereka mengatakan: kami percaya, namun mereka tetap menyimpan pengetahuan dari Alkitab mereka terhadap orang-orang muslim. Mereka dituduh telah mengubah firman Allah, tanpa penjelasan firman Allah yg mana yg diubah itu. Sehingga disini ada dua tafsiran: Pertama; Mungkin firman Allah yg dimaksud itu adalah firman yg difirmankan kepada Musa dimana ada beberapa orang Yahudi yg mendapatkan kesempatan utk ikut mendengarkannya, lalu setelah mereka kembali kpd orang-orang Yahudi yg lain mereka mengatakannya berbeda dari apa yg telah mereka dengar (Rabi b. Anas d. 140 AH). Kedua; Mungkin ‘firman Allah’ yg diucapkan Muhammad kpd beberapa orang Yahudi berkenaan dengan keputusan hukum rajam bagi penzinah sebagaimana yg telah kita baca di atas.
Apakah firman itu menunjukkan Firman yg didengar di zaman Musa, ataukah keputusan Muhammad, yg lebih penting disini bahwa tahrif, pengubahan itu bukanlah berarti perubahan secara textual atau harafiah, melainkan menunjuk kepada perubahan verbal atau kata-kata yg diucapkan dan penafsiran arti yg terjadi ketika beberapa orang Yahudi mendengar firman Allah kepada nabi Musa atau pembacaan dan pelaguan Firman Allah di dalam Taurat, kemudian di dalam berhubungan dengan orang lain mereka menerangkannya secara berlainan. Quran bahkan mengingatkan bahwa akan celakalah bagi orang yg menulis buku dan mengatakannya ini dari Allah. Sehingga disini buku yg dimaksud jelas bukanlah Alkitab, tetapi buku lain, mungkin buku tafsir yg semena-mena. (alTabari).
Yang lebih menarik lagi bahwa Q.22:11 kata Arab harf, artinya secara harafiah: tepi, posisi yg mengambang; yaitu jikalau agama mendatangkan keuntungan duniawi mereka puas dan kelihatan sungguh-sungguh, tetapi jika ditimpa bencana mereka berbalik menyembah berhala, juga diterapkan sebagian orang Arab yg masuk islam, namun yg meragukan ke-islamannya.
Sebagai pengembangan dari konsep tahrif, di dalam Q.2:58,59 dan Q.7:161, 162. Beberapa orang diantara bani Israel juga dituduh telah mengganti (baddala) Firman Allah dengan kata-kata lain. Dengan contoh konkrit: Tuhan telah berkata kepada bani Israel, jikalau mereka memasuki kota tertentu, mereka minum, makan manna dan seterusnya, mereka harus sujud di depan pintu gerbang kota sambil berkata hittah sebagai kata-kata permohonan ampun, tetapi mereka mengganti dengan kata-kata lain yg tak disebutkan oleh Quran. Dengan demikian yg diubah disini jelas bukan menunjuk kepada ayat-ayat Alkitab secara harafiah maupun tafsiran, melainkan menunjuk kepada ketidaksetiaan sikap dan perilaku Israel yg tidak menuruti kehendak Tuhan.
Di dalam dialectical relationship (alias, inkonsisten. -adm), setelah kita membicarakan tuduhan Quran terhadap Ahlul-Kitab berkenaan dengan Alkitab mereka, sebagai keseimbangan kini baiklah kita juga menyelidiki pandangan positifnya.
Dari penelitian satu persatu sebelumnya, di sini perlulah ditekankan bahwa tuduhan Quran tentang pengubahan, penggantian, pengrusakan dan bahkan pemalsuan bagian-bagian dari Alkitab jelas tidak ditujukan kepada seluruh orang-orang Yahudi dan Kristen, melainkan hanya kepada mereka yang dianggap telah berlaku curang kepada Muhamad (Q.2:146; 2:59; 2:174; 5:41; 4:46; 2:75; 3:78; 7:162). Hal ini menyatakan bahwa menurut Quran masih banyak diantara orang Yahudi dan Kristen yg baik hati, jujur dan tidak sombong. Mereka rendah hati di hadapan Tuhan dan tidak menjual ayat-ayat Tuhan untuk harga yg rendah (Q.3:199). Mereka membaca dan melagukan Alkitab mereka dengan pembacaan dan pengajian yg benar (Q.2:121). Oleh karena itu Quran memerintahkan Muhammad dan para pengikutnya (muslim), jikalau ada keraguan sehubungan dengan Firman Allah yg telah difirmankan kepadanya, supaya mereka bertanya kepada orang-orang Yahudi dan Kristen yg terlebih dahulu telah mendapatkan dan mempunyai Firman Allah dan Alkitab yg Otentik (Q.10:94).
Sikap Quran terhadap kitab-kitab pre-Quranic tetap dipandang asli, autentik dan berwibawa dari Allah sendiri. Hal ini dapat dibandingkan antara Q.6:154, 155 yg diturunkan di Mekkah sewaktu hubungan antara Muhammad dengan orang Yahudi belum terputus dengan Q.5:44-46 setelah hubungan mereka terputus. Jikalau ada perselisihan ketidakselarasan dengan Ahlul-Kitab, kesalahan itu bukanlah terletak pada Tuhan atau KitabNya, melainkan pada manusianya. Untuk menjaga dan melindungi Wahyu Allah dari ketidak-setiaan dan kesalahan manusia, di dalam Q.46:7-9 merupakan sebuah garansi langsung dari Allah yg menjamin bahwa bagaimanapun manusia berusaha mengingkari dan menggelapkan kebenaran Firman Allah, mereka tidak akan berhasil, sebab mereka tidak mempunyai kekuasaan untuk melawan Tuhan.
Jadi, bila muslim tetap ngeyel/ngotot mengatakan bahwa Alkitab (sebagai Kitab yg diturunkan oleh Allah sendiri) telah dipalsukan oleh tangan-tangan manusia (bahkan tangan-tangan setan sekalipun), maka si muslim telah mengingkari jaminan Allah yg telah disampaikan di dalam Q.46:7-9 tersebut. Dan yg lebih ironis lagi, sadar ataupun tidak, muslim telah membuat Allah sebagai PEMBOHONG BESAR, karena telah mengingkari janjiNya sendiri untuk menjaga Kitab-kitabNya.
coba dech lihat Injil abad ke 4M (injil barnabas) dgn injil sekarang, kita bisa melihat jauh perbedaannya, ini artinya injil telah mengalami beberapa revisi/perubahan
ReplyDeleteselamat belajar dan salam sejahtera GBU ^^
injil barnabas itu sudah terbukti palsu tapi masih saja umat islam memakai injil ini,
Deletedalam injil barnabas semua yg penulis tulis mengenai letak geografis israel dan teknologi di jaman tsb tidak ada satupun yg tepat , ini salah satu bukti kepalsuan injil barnabas...
ayat alquran mengenai Nabi Muhammad saw banyak, cuma kamu (penulis) aj gak tahu dan tidak mengerti..makanya loe hanya tahu dari pendeta dan tidak tahu apa2 yang tidak kamu ketahui...bertobatlah sebelum kamu mati, kl sdh mati habislah riwayat hidupnya dan tidak bisa kembali lagi ke alam dunia untuk bertobat..krn di dalam ayat alquran banyak mengandung hikmah walaupun pesannya sangat singkat, tp dalam maknanya sgt dalam, belajarlah bahasa arab lagi..jangan jadi bodoh banget, ummat islam sekarang pade pintar..banyak tuh, pendeta masuk islam, terima kasih
ReplyDeleteBible adalah sebuah kumpulan buku buku atau bendel yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
ReplyDelete.
Kalo ayat dari Perjanjian Lama dibawah ini bagamana ya, karena tampaknya ayat dibawah ini mengatakan bahwa Yesus BUKAN juru selamat seperti yang kalian selalu katakan ......
.
Yesus BUKAN juru selamat
.
“Sebelum Aku (Allah) tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku (Allah) tidak akan ada lagi. Aku (Allah), Akulah (Allah) Tuhan dan tidak ada JURU SELAMAT selain daripada-Ku (Allah)”
.
(Yesaya 43:10-11).
.
Yesus sudah ada sebelum dia turun kedunia.. mohon dipahami konsep tritunggal mahasuci sebelum berkomentar..
DeletePengadilan rakyat yang paling primitive sekalipun tahu bahwa seseorang tidak bisa menuduh adanya suatu pemalsuan bilamana orang tersebut tidak dapat menunjukkan beberapa dari 4 hal berikut, yaitu :
ReplyDeletea. Sipelaku pemalsuan (Siapakah orang-orangnya? Sipenulis palsu dan otoritas manakah yang menghancurkan habis-habisan sejati? Tindak penghancuran itu mustahil bisa diam-diam di-siluman-kan, karena salinan kitab Injil/ fragmennya telah berskala begitu luas hingga 24ribu salinan!
b. Barang bukti aslinya (Seperti apa "Injil Sejati" yang dimaksudkan para penuduh? Seperti injil palsu Barnabas kah? Ataukah seperti Al-Qur'an? Bila seperti Al-Qur'an, tentu tidak cocok karena ajaran-ajaran Yesus berisi banyak narasi perumpamaan-perumpamaan yang indah dan orisinil yang tidak dimiliki oleh Al-Qur'an. Juga ajaran-ajaran Yesus yang khusus kepada orang-orang miskin, dan berisi begitu banyak pesan-pesan Kasih, bahkan merangkumkan Hukum Kasih yang paling menggetarkan hati, semuanya ini absent dalam Al-Qur'an.
c. Tempat terjadinya pemalsuan (Yang berarti juga harus bisa ditemukan tempat pemusnahan Injil-injil Asli – yang pasti tidak bisa disembunyikan).
d. Waktu terjadinya pemalsuan (Apakah sebelum turunnya Al-Qur'an ataukah sesudahnya? Bila sebelum Al-Qur'an, tentu Al-Qur'an tidak akan membenarkan Alkitab seperti telah dilakukannya. Bila pemalsuan dianggap terjadi sesudah turunnya Al-Qur'an, musium-musium dan perpustakaan dunia sudah terlanjur terisi duluan dengan "Alkitab yang dituduh palsu" (abad ke-4 ke bawah).
Dari dulu hingga kini, walau ke 4 unsur bukti tersebut tidak tercari satupun secara sains dan histories tetapi tuduhan-tuduhan primitive harus tetap dikenakan kepada Alkitab dan tidak bisa dibuang. Tidakkah itu lucu? TIDAK! Sebab bila itu dibuang maka seluruh ajaran mereka akan goyah, sejauh yang berbeda dengan Alkitab historis :
"In the Family of Abraham", Anne Cooper menggambarkan dilemma Islam sbb :
"Alasan utama para pengkritik dari kalangan Muslim men-cap bahwa Alkitab telah dikorupsikan teks-nya adalah kerana mereka betul-betul tidak mempunyai pilihan lain lagi. Karena Al-Qur'an disatu pihak membenarkan Alkitab, tetapi ternyata isi keduanya saling tidak cocok, sehingga tidaklah mungkin keduanya turun dari Allah yang sama. Dan karena Qur'an dianggap wahyu terakhir dari Allah, maka cara yang paling gampang untuk menghindari kesulitan-kesulitan ini adalah meletakkan tuduhan bahwa isi Alkitab telah dikorupsikan oleh sipemalsu
Di dunia ini, Islam adalah satu-satunya agama yang menempatkan Kitab Suci mereka sebagai pengkoreksi terhadap Kitab Suci agama orang lain (Alkitab). Itu adalah dilemma sekaligus survival Al-Qur'an. Tetapi dengan posisi pengkoreksi yang berpotensi menyalah-nyalahi pihak lain ini, para Muslim yang cenderung merasa "agamanya dizalimi" itu seharusnya menyadari bahwa justru pada Kristiani-lah yang pertama-tama pantas merasakan hal tersebut.
Bagi Islam, Salib adalah batu sandungan dan tragedy terbesar karena disitu Allah telah 'dikalahkan'. Kebanyakan Muslim tidak mencoba untuk memahami bahwa sedari dahulu Allah (YHVH Elohim) selalu merujuk kepada formula penyelamatan manusia, yaitu HIDUP MELALUI KEMATIAN. Dulu kematian disimbolkan dengan "korban sembelihan anak domba", dan kini digenapi oleh pengorbanan Anak Domba Allah dalam penyaliban diri Yesus Kristus. Kematian fisik Yesus dalam menebus dosa manusia.
Alkitab sejati tidak pernah gagal oleh ulam manusia, karena Alkitab adalah pernyataan Sabda Allah yang kekal. Berapa banyak Alkitab telah dirusak, dinyatakan illegal, dibakar oleh orang dan Negara. Berapa banyak penyebar-penyebarnya telah dianiaya, dibunuh atau dibungkam di penjara. Tetapi Firman Allah tidak bisa terbungkam, atau dihilangkan seperti tuduhan sejumlah orang.
Terus terang ketidaktahuan dan ketidakmengertian sering membuat ganjalan untuk dapat melihat yang sebenarnya. Untuk percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah Yang Hidup, dan Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, mati disalibkan menjadi korban tebusan dosa umat manusia, dan pada hari ketiga bangkit dari kematian dan naik ke sorga, duduk disebelah kanan Allah Bapa, sampai pemulihan segala sesuatu, akan datang kembali untuk menjemput umatNya yang percaya kepadaNya, itu hanya bisa dikerjakan lewat Roh Kudus yang datang, seperti dikatakan: Yoh 16:8 "Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman" (Nb: akan DOSA di sini maksudnya adalah DOSA TIDAK MAU PERCAYA kepada Yesus Kristus), Ya, kalau Roh Kudus datang menginsafkan, atau lewat berbagai penampakan yang Yesus Kristus lakukan, baik lewat mimpi atau penampakanNya yang sering Dia lakukan baik kpd Saulus dari Tarsus,kpd banyak org sampai saat ini, agar manusia tidak harus binasa masuk dalam api neraka yang kekal...jika tidak seperti itu, maka perdebatan or dialog hanya membuat frustrasi, ketidakpuasan yang terus berlanjut dari pihak2 yang terus mempertanyakan “keabsahan / keaslian Alkitab or ketuhananNya.
ReplyDeleteIni penegasan Yesus Kristus kpd yang mengkritiknya: “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu. Aku tidak memerlukan hormat dari manusia. Tetapi tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah. Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa? Yoh 5:39-44” (konteks saat itu ditujukan kpd orang Yahudi yang tidak percaya dan sering mencari2 kesalahanNya, dan untuk saat ini bisa juga ditujukan kpd semua yang mengkritikNya)
ReplyDeleteBagi saudara yang sudah di dalam Kristus, tetaplah setia, mengasihi dan melayaniNya, Dia Allah Yang Hidup, Tuhan Yang Maha Kuasa (1 Yoh 5:1-21). Dan bagi teman-teman muslim, jika dengan hati yang benar-benar mau mencari kebenaran yang sejati, maka banyak literatur2, or kesaksian2 yang dapat menolong untuk dapat memiliki iman kpdNya, keyakinan itu adalah pilihan semua orang, membuat pilihan yang benar dan tepat akan menentukan dikeabadian nanti, salam kasih dan damai
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteINTINYA adalah yahudi ! sbg suku bangsa paling tua di dunia SEKALIGUS sbg agama samawi pioner, lalu kristen (katolik, ortodk, protestan, koptik, dll) terakhir islam, tradisi & syariah YAHUDI mau tdk mau, suka tdk suka mewarnai agama setelahnya ! KAlO YESUS sudah menghapusnya lewat hukum cinta kasihNYA, SEDANGKAN ISLAM masih melestarikannya, antara :
ReplyDelete-. wajib sunat fisik lelaki baliq,
-. wajib berpenutup kepala saat ibadah,
-. menghalal-haramkan makanan jasmnai, wanita wajib berkerudung diluar rumah (islam memodifikasinya menjadi jilbab, hijab),
-. menghadap tuhan hanya boleh waktu-waktu tertentu (yahudi 7 waktu, islam 5),
-. yahudi berdoa ke hadirat tuhan adalah tembok ratapan, islam menghadap tuhan ke kabah - padahal tuhan ada dimana2,
-. berpuasa lahiriah (fisik lapar tapi bathin kenyang main gadget, cuci mata dengan alasan NGABUBURIT/nunggu waktu berbuka),
-. masih berkurban bakar atau sembilihan saat idul adha,
-. mengutamakan hal lahiriah terutama ttg kesucian (buktinya cetakan al qur'an tak boleh dibawa ke toilet, terlangkahi, jatuh ke tanah, dipegang wanita haid/ tangan kiri, ada istilah batas suci FISIK di mesjid),
-. memelihara janggut, jambang.
-. firman & hadist direkayasa demi menguntungkan pemuka agama), makin byk jamaah/massa bisa ditukar saat pemilu/pilkada & menguatkan posisi sosial.
ITULAH YAHUDI dan islam melestarikannya.
Kapan yesus membatalkan perintah sunat
DeleteNarasi diatas penuh dengan khayalan penulisnya... Dimasa Muhammad di Mekkah, beliau tidak pernah bersinggungan dengan Yahudi ataupun Kristen karena memang tidak ada Yahudi di Mekkah yang ada itu Kristen Yang taat Kepada Allah yang bernama Waraqah bin Naufal, malah pada awal kenabiannya Waraqahlah yang menyatakan seandainya dia masih kuat (muda) dia akan menjadi pionir pembela Islam, Sementara Pendeta Yahudi yang pernah bertemu Muhammaad adalah Bahira yang melarang Muhammad pergi berdagang ke Negeri Syam karena seandainya orang Yahudi tahu bahwa Nabi akhir zaman itu dari Suku Ismail, maka orang Yahudi akan berusaha untuk membunuh Muhammad. Kita Maklum Sikap Yahudi, jangankan dari suku lain, dari sukunya sendiri yaitu Musa dan Isa mereka tidak patuh. ketika Musa dipanggil Ke Bukit Sinai Mereka Menyembah patung Emas dan ketika Isa berusaha menegakkan ajaran Tauhid dari Taurat mereka berusaha membunuhnya maka terjadilah penyaliban Yudas Iskariot yang menjadi Tuhannya umat Kristen menurut kepercayaan Islam. Anehnya lagi mereka Umat Kristiani sebagian nya mengatakan bahwa pangkat nabi itu milik orang Yahudi saja, sementara mereka mengangkat paulus yang nota bene dari Turki/Yunani alias orang romawi sebagai Rasul yang satu-satunya rasul yang tidak pernah ketemu dengan Yudas Iskariot kecuali dicerita paulus sendiri di tengah jalan. Sementara di Islam pangkat nabi dan rasul itu tidak mutlak berkaitan dengan suku. tapi ketaqwaan kepada Allah dan pilihan dari Allah itu sendiri. seperti Nabi Zulkifli (india) Nabi Ayyub, Nabi Syuaib, dan beberapa nabi yang diceritakan dalam yang tidak menjadi rasul, seperti Nabi Jarjis dll. Lebih parah lagi pangkat kenabian seolah-olah diciptakan oleh Muhammad. Padahal nabi sendiri pada waktu di gua Hira sangat terkejut dan ketakutan karena mengalami hal yang tak dimengerti oleh dirinya srndiri
ReplyDeleteNama Nabi Muhammad anda katakan tidak terdapat dalam Injil, sedangkan Perjanjian Lama yang disebut-sebut banyak menubuatkan kedatangan Yesus, ternyata tak satu pun nama Yesus di sebut.
ReplyDeleteNama Nabi Muhammad anda katakan tidak terdapat dalam Injil, sedangkan Perjanjian Lama yang disebut-sebut banyak menubuatkan kedatangan Yesus, ternyata tak satu pun nama Yesus di sebut.
ReplyDelete