Pernahkan kita berfikir
mengapa Yesus memilih penderitaan yang begitu berat sampai akhirnya mati di
kayu salib untuk menyelamatkan manusia? Apakah tidak ada cara lain yang lebih
mudah? St. Thomas Aquinas dalam Summa Theologica, Part
III, q. 46. a 1 menjelaskan jawaban untuk pertanyaan “Apakah menjadi keharusan
bagi Kristus untuk menderita [di salib] untuk menebus umat manusia?”
Keberatan 1: Kelihatannya tidak perlu
bagi Kristus untuk menderita untuk menyelamatkan umat manusia. Sebab umat
manusia tidak dapat dibebaskan kecuali oleh Allah…. dan tak ada satupun yang
dapat mengharuskan Tuhan, sebab ini merupakan hal yang tidak sesuai dengan kemahakuasaan
Tuhan. Maka kelihatannya tidak perlu Yesus menderita.
Keberatan 2: Apa yang merupakan
keharusan adalah bertentangan dengan apa yang dilakukan tanpa paksaan. Kristus
menderita karena kehendak-Nya sendiri, sebab tertulis, “Dia dianiaya, tetapi
dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang
dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang
menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.” (Yes 53:7). Yesus
mempersembahkan diri-Nya atas kehendak sendiri. Maka kelihatannya tidak menjadi
keharusan bagi Yesus untuk menderita disalib.
Keberatan 3: Selanjutnya, tertulis,
“Segala jalan Tuhan adalah kasih setia dan kebenaran” (Mzm 25:10). Tapi
kelihatannya tidak perlu bahwa Ia harus menderita, sebab di pihak-Nya sebagai
Kerahiman Ilahi, Ia akan memberikan karunia-karunia dengan tanpa syarat, maka
kelihatannya dapat diterima bahwa tidak perlu diadakan semacam “pembayaran
hutang dosa”, dan juga di pihak Keadilan Ilahi, di mana manusia memang layak menerima
hukuman yang kekal. Maka kelihatannya tidak perlu Kristus menderita untuk
membebaskan manusia dari dosa.
Keberatan 4: Selanjutnya, kodrat
malaikat yang lebih sempurna dari manusia… Tetapi Kristus tidak menderita untuk
memperbaiki kodrat malaikat yang berdosa. Maka, kelihatannya, demikian juga
tidak perlu Kristus menderita di salib bagi manusia.
Sebaliknya,
tertulis (Yoh 3:14-15): “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian
juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.”
Saya menjawab bahwa ….. terdapat beberapa arti terhadap kata
“keharusan”. Di satu sisi itu berarti dimana kodratnya yang menentukan
demikian; dan dalam hal ini maka nyata bahwa memang bukan keharusan, baik dari
pihak Allah maupun dari pihak manusia bahwa Kristus harus menderita. Namun di
sisi yang lain sesuatu dapat menjadi keharusan dari sesuatu sebab yang di luar
dari dirinya; dan jika ini terjadi, ini adalah sebab yang efisien atau yang
menggerakkan, sehingga dapat membawa semacam keharusan ….. Maka walaupun tidak
menjadi keharusan bagi Kristus untuk menderita, jika dipandang dari keharusan
yang memaksa, karena dari pihak Allah tidak ada yang memaksa-Nya, dan dari
pihak Kristus, karena Dia menyerahkan diri-Nya dengan rela. Namun, dapat
dikatakan bahwa penderitaan Kristus adalah suatu suatu keharusan, jika dilihat
dari akhir/ tujuan maksudnya. Dan ini dilihat dalam tiga hal:
1. Dari sudut pandang kita yang dibebaskan oleh Sengsara-Nya
sesuai dengan Yoh 3:14-15: “Dan sama seperti Musa
meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.”
2. Dari sisi Kristus, yang menerima kemuliaan-Nya melalui
kerendahan Sengsara-Nya, dalam Luk 24:26: “Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu
untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?”
3. Dari sisi Tuhan Allah Bapa, yang telah menentukan terlaksananya
nubuat dalam Perjanjian Lama, seperti tertulis dalam Luk 22:22, “Sebab Anak Manusia memang
akan pergi seperti yang telah ditetapkan…”Ia berkata kepada
mereka: “Inilah perkataan-Ku, …., yakni bahwa harus digenapi semua yang ada
tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab
Mazmur. Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci.
Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan
bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga.” (Luk 24:44-46). (Silakan
membaca lebih lanjut tentang Yesus yang telah dinubuatkanoleh para nabi, di
sini,silakan klik)
Jawaban terhadap keberatan 1: Ini
adalah argumen berdasarkan keharusan dari pihak Allah, dan seperti telah
disebutkan di atas, tidak ada keharusan dalam hal ini.
Jawaban terhadap keberatan 2: Ini
adalah argumen berdasarkan keharusan dari pihak Kristus sebagai manusia, dan
seperti telah disebutkan di atas, tidak ada keharusan dalam hal ini.
Jawaban terhadap keberatan 3:
Bahwa manusia harus dibebaskan oleh Sengsara Kristus adalah sesuai dengan kasih
setia Tuhan dan keadilan-Nya. Dengan keadilan-Nya sebab dengan Sengsara Kristus
maka Kristus menebus (membayar lunas) dosa-dosa umat manusia dan manusia
dibebaskan oleh keadilan Tuhan: dan dengan belas kasih-Nya sebab karena manusia
sendiri tidak dapat menebus dosa dari semua kodrat manusia, menurut Rom
3:24-25, “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena
penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi
jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya.” Dan belas kasih Tuhan akan
semakin terlihat nyata daripada pengampunan dosa tanpa penebusan melalui kayu
Salib. Oleh karena itu dikatakan, “Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh
karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah
menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh
kesalahan-kesalahan kita…” (Ef 2:4-5)
Jawaban untuk Keberatan 4: Dosa dari para
malaikat adalah sesuatu yang tak dapat diobati, namun tidak demikian dengan
dosa manusia pertama (lihat Summa Theologica, I, q.
64, a. 2)
Dengan melihat uraian di atas, maka memang sebenarnya bukan
menjadi suatu keharusan mutlak bagi Kristus untuk menderita di salib bagi kita,
namun memang itulah yang dipilih-Nya, dan ini sudah direncanakan-Nya sejak awal
mula dunia. Sebab Allah sudah mengetahui segala sesuatunya, bahwa manusia
pertama akan jatuh dalam dosa, dosa asal inilah yang akan diturunkan kepada
semua umat manusia, dan karena manusia tak dapat menebus dosanya sendiri, maka
Allah memutuskan untuk mengutus Putera-Nya sendiri untuk menebus dosa manusia
dengan sengsara-Nya di kayu salib. Penderitaan yang tak terlukiskan di
kayu salib tersebut adalah bukti kasih Allah yang tiada terbatas, dan juga
bukti keadilan yang sempurna, yang menunjukkan kejamnya akibat dosa,
yang harus dipikul oleh Kristus, untuk membebaskan kita manusia dari belenggu
dosa. Maka walaupun setetes darah-Nya sebenarnya cukup untuk menebus seluruh
dosa manusia, namun Yesus justru mau menyatakan yang lebih sempurna dan “superabundant” daripada
itu. Sebab Ia mau menunjukkan kasih yang melebihi dari apa yang disyaratkan,
kasih yang mengatasi segalanya. Kerendahan hati Yesus yang ditunjukkan-Nya
dengan kerelaan-Nya menjadi manusia dan menderita di kayu salib merupakan “obat
penawar”/antidote bagi dosa asal Adam, yaitu kesombongan
ingin menjadi/ menyamai Allah. Ketaatan Kristus terhadap kehendak Allah Bapa
menawarkan ketidak-taatan Adam kepada Allah (lih. Rom 5:19). Semoga dengan
menghayati hal ini, kita semakin menghargai pengorbanan Kristus di kayu Salib,
dan berusaha sedapat mungkin menjauhkan diri kita dari dosa yang memisahkan
kita dari Allah.
Ditulis oleh: Stefanus
Tay & Ingrid TayStefanus Tay, MTS dan Ingrid Listiati, MTS adalah pasangan suami istri awam dan telah menyelesaikan program studi S2 di bidang teologi di Universitas Ave Maria - Institute for Pastoral Theology, Amerika Serikat.
No comments:
Post a Comment