Kematian Yesus dapat dilihat melalui dua
cara pandang yang berbeda:[1]
1. Kematian Yesus sebagai
peristiwa sejarah.
2. Kematian Yesus sebagai
bagian dari rencana Allah[2].
Pemberitahuan Kematian
Yesus
Dalam kitab-kitab Perjanjian
Lama, digambarkan bahwa seorang yang diurapi (bahasa Ibrani: Mesias; bahasa Yunani: Kristus) oleh Allah akan menderita sengsara dan
mati sebagai penebus dosa umat manusia. Sejumlah nubuat berfokus pada peristiwa
ini yang menurut orang Kristendigenapi
dalam kematian Yesus Kristus.
·
Janji Induk, Kejadian
3:15: Keturunan perempuan (dengan/tanpa campur tangan laki-laki) akan
meremukkan kepala ular (=iblis), tapi ular akan meremukkan kakinya.
Penggenapan: Yesus diremukkan secara fisik, tapi kematian-Nya menghancurkan kuasa iblis
atas manusia.
·
Pengorbanan Ishak, Kejadian
22:6-18: Ishak tidak jadi dibunuh oleh Abraham untuk dipersembahkan sebagai korban. Sebagai gantinya, Allah menyediakan
seekor domba jantan, yang tanduknya tersangkut dalam belukar.
Penggenapan: Yesus disediakan Allah sebagai korban penebus dosa untuk seluruh manusia,
dengan lahir sebagai keturunan Abraham dan mati di gunung yang sama dengan
tempat domba pengganti Ishak, ahli waris Abraham.
·
Peristiwa Paskah Yahudi (Keluaran 12:1-28) mencatat bahwa Allah mengampuni
anak-anak sulung orang Israel, sementara Ia membunuh semua anak sulung orang Mesir. Untuk itu orang Israel harus menyembelih domba Paskah, menaruhkan darahnya pada palang kayu pintu
rumah-rumah mereka, dan memakan dagingnya.
Penggenapan: Yesus sebagai anak sulung Allah, dikorbankan dengan dibunuh pada malam
menjelang Paskah Yahudi,
darahnya dioleskan pada palang kayu salib, dan tubuh-Nya diserahkan sebagai
penebusan dosa umat manusia.
·
Bilangan
21:9: Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika
seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia
hidup.
Penggenapan: Yesus mati digantung di atas kayu salib; barangsiapa yang percaya
kepada-Nya, sekalipun dipagut kuasa iblis (=ular di taman Eden), akan
hidup kekal.
·
Mazmur 22 menggambarkan bahwa Mesias akan menderita sengsara,
ditinggalkan oleh Allah dan manusia, bahkan sahabat-sahabat-Nya dan dikelilingi
musuh-musuhnya.
Penggenapan: Yesus menjeritkan kata-kata pada permulaan Mazmur 22 ketika sedang tergantung di atas kayu salib menjelang kematian-Nya. Dia
ditinggalkan sendirian oleh sahabat-sahabat-Nya dan dikelilingi musuh-musuhnya.
·
Yesaya 53 menggambarkan bahwa Mesias akan menderita sengsara, tapi karena itulah kita
disembuhkan:[3]
“
|
Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang
biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya
terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya,
penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya,
padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia
tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan
kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya,
dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh... Orang menempatkan kuburnya di
antara orang-orang fasik dan dalam matinya ia ada di antara
penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada
dalam mulutnya. Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan...ia
menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah...
|
”
|
—Yesaya 53:3-10
|
Penggenapan: Yesus tidak bersalah, tapi disiksa dan dibunuh sebagai korban penebus
salah, supaya kita mendapat keselamatan dan kesembuhan.
Kitab-kitab Injil mencatat bahwa Yesus sendiri jauh-jauh hari telah memberitahukan kematian-Nya dan
kebangkitan-Nya sebanyak empat kali. Pemberitahuan terakhir dicatat di Injil
Matius: "Dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia (=sebutan
Yesus untuk diri-Nya) akan diserahkan untuk disalibkan."[4]
Kronologi Kematian Yesus
Di dalam Alkitab kisah penyaliban dan kematian Yesus dicatat dalam keempat Injil. Sekalipun
keempatnya memiliki punya ciri khas tersendiri dalam menggambarkan peristiwa
kematian Yesus, namun secara harmonis mencatat kronologi peristiwa penyaliban
dan kematian Yesus sebagai berikut:[5]
8. Yesus dibawa ke Golgota untuk disalibkan. Di sana Dia mati dan kemudian dikuburkan
di dekat sana.
Pengadilan terhadap
Yesus
Kitab-kitab Injil melaporkan ada dua
proses pengadilan yang berbeda terhadap Yesus: pengadilan Yahudi dan pengadilan
Romawi.
Pengadilan Yahudi
Menurut hukum Yahudi, Yesus dituduh
melakukan pelanggaran agama[9], karena
mengaku sebagai "Anak Allah", berarti menyamakan diri-Nya dengan
Allah dan ini merupakan penghujatan yang harus dihukum mati. Di bawah
pemerintahan Romawi, pengadilan Yahudi tidak berhak menjatuhkan hukuman mati.
Oleh sebab itu, mereka melimpahkan kasus ini kepada pengadilan Romawi, supaya
hukuman mati dapat dijalankan.
Pengadilan Romawi
Yesus mengalami 3 proses pengadilan
menurut hukum Romawi
1. Dilakukan di hadapan
gubernur Roma, Pontius Pilatus, di mana Yesus dituduh melakukan
pelanggaran politik. Pilatus tidak menemukan kesalahan.[10]
2. Setelah mendapati bahwa
Yesus berasal dari Galilea, Pilatus mengirimkan Yesus kepada raja Herodes
Antipas yang memerintah daerah Galilea. Herodes
tidak mendapati kesalahan pada Yesus, lalu mengirimkan-Nya kembali kepada
Pilatus lagi.[11]
3. Terakhir kali Pilatus
mengadili Yesus di atas kursi pengadilan resmi (bahasa Yunani: Litostrotos; bahasa Ibrani: Gabata[12]) dan menjatuhkan
hukuman mati dengan disalibkan.[13]
Yesus disiksa
·
Selama di pengadilan, Yesus telah mengalami siksaan, dipukuli oleh
prajurit-prajurit dari pemuka agama, dari raja Herodes dan tentara Romawi.
·
Setelah dijatuhi hukuman mati, serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke
dalam istana, yaitu gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul
sekeliling Yesus. Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu
kepada-Nya. Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di
tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan
Dia, katanya: "Salam, hai Raja orang Yahudi!" Mereka meludahi-Nya dan
mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya dan berlutut menyembah-Nya.
Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya dan
mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar,
disuruh memikul kayu salib-Nya sambil berjalan menuju ke tempat penyaliban.[14]
Jalan Kesengsaraan
Tempat penyaliban Yesus berada sedikit di
luar tembok kota Yerusalem, di bukit
yang disebut Tempat Tengkorak atau Golgota. Jalan yang dilalui Yesus menuju ke
tempat penyaliban-Nya dikenal sebagai Via Dolorosa (=Jalan Kesengsaraan), atau "Jalan Salib".
Simon orang Kirene
Para serdadu Romawi menggiring Yesus
berjalan keluar dari benteng Antonia ke tempat penyaliban-Nya. Dalam
perjalanan, mereka berjumpa dengan seorang dari Kirene yang baru datang dari
luar kota bernama Simon. Markus mengenal orang ini sebagai ayah Aleksander dan
Rufus. Orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus pada bahunya.[15]
Perempuan-perempuan Yerusalem
Sejumlah besar orang mengikuti Dia dalam
perjalanan ke Golgota; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan
meratapi Dia. Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: "Hai
puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah
dirimu sendiri dan anak-anakmu! Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata:
Berbahagialah perempuan mandul dan yang rahimnya tidak pernah melahirkan, dan
yang susunya tidak pernah menyusui. Maka orang akan mulai berkata kepada
gunung-gunung: Runtuhlah menimpa kami! dan kepada bukit-bukit: Timbunilah kami!
Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan
terjadi dengan kayu kering?" Hanya Injil Lukas yang mencatat perkataan ini[16]
Yesus disalibkan
·
Yesus digantungkan pada kayu salib dengan dipaku kedua tangan-Nya.[17]
·
Ia mulai digantung di salib sejak sekitar pukul 9 pagi.[18]
·
Pada pukul 12 siang sampai pukul 3 sore kegelapan melanda daerah itu.[19]
·
Di antara jam 3 sampai 6 sore, Yesus mati.[20]
Dua orang lain yang bersama-sama disalib
Bersama dengan Dia disalibkan dua orang
penjahat (Matius dan Markus secara spesifik menyebut mereka
"penyamun"), seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah
kiri-Nya. Yesus di tengah-tengah.[21]
Penyamun-penyamun yang disalibkan
bersama-sama dengan Dia mencela-Nya seperti orang-orang banyak yang menyaksikan
penyaliban itu.[22] Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya:
"Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!"
Tetapi kemudian yang seorang menegor dia, katanya: "Tidakkah engkau takut,
juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang
selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan
kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah." Lalu ia berkata:
"Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Kata
Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau
akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."[23]
Orang-orang yang menyaksikan
·
Sebelum digantungkan di atas salib, para serdadu memberi Dia minum anggur
bercampur empedu, untuk menghilangkan rasa sakit. Setelah Yesus mengecapnya, Ia
tidak mau meminumnya.[24]
·
Sesudah menyalibkan Dia para prajurit membagi-bagi pakaian-Nya dengan
membuang undi.[25]
[Catatan: menggenapi nubuat Daud (tahun ~1000 SM) dalam Mazmur
22:19: "Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang
undi atas jubahku."]
·
Lalu para prajurit duduk di situ menjaga Dia.[26]
·
Prajurit dan orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil
menggelengkan kepala, mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau
Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!"[27]
·
Imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan
Dia dan mereka berkata: Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak
dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami
akan percaya kepada-Nya. Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah
menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata:
Aku adalah Anak Allah."[28]
·
Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya.[29]
·
Saat Yesus berteriak "Eli, Eli, lama sabakhtani", sebagian orang
yang berdiri di situ berkata: "Ia memanggil Elia." Seorang dari mereka mengambil
bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada
sebatang buluh dan memberi Yesus minum. Orang-orang lain berkata: "Jangan,
baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia."[30]
·
Ada di situ banyak perempuan yang berdiri melihat dari jauh, yaitu
perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea untuk melayani Dia. Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus (muda) (yaitu ibu Yesus sendiri[31]) dan Yoses
(atau Yusuf), dan ibu anak-anak Zebedeus,[32] Salome,[33] dan banyak perempuan lain yang telah datang ke Yerusalem bersama-sama
dengan Yesus.[34]
Tulisan di kayu salib
Di atas kepala Yesus terpasang tulisan
yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum. Tulisan itu dibuat dalam 3 bahasa:
Latin (bahasa resmi pemerintah Romawi), Yunani (bahasa yang lebih umum
dipakai), Ibrani (bahasa setempat)[35]. Para
pakar menduga bahwa masing-masing Injil mencatat tulisan dalam bahasa yang
mereka kenal baik: Matius mencatat tulisan bahasa Ibrani; Lukas mencatat
tulisan Yunani; Yohanes, yang menulis Injil-Nya di kemudian hari, mengingat
tulisan bahasa Latin; Markus mencatat kata-kata yang dipakai bersama di ketiga
tulisan itu dalam Injilnya. Buktinya adalah bahwa jumlah huruf dan kata-kata
akan membuat tulisan-tulisan itu kurang lebih sama panjangnya, jika mengikuti bahasa-bahasa
tersebut.
·
Matius mencatat: "Inilah Yesus Raja orang Yahudi."[36] bahasa
Ibrani: זֶה הוּא יֵשׁוּעַ מֶלֶךְ הַיְּהוּדִים
·
Markus mencatat: "Raja orang Yahudi."[37]
·
Yohanes mencatat: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi."[39] bahasa Latin: IESVS·NAZARENVS·REX·IVDÆORVM (disingkat INRI)
Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan
itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata
itu tertulis dalam 3 bahasa. Imam-imam kepala orang Yahudi menyampaikan keluhan
kepada Pilatus: "Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia
mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi." Jawab Pilatus: "Apa yang
kutulis, tetap tertulis."[40]
Perkataan Yesus di atas salib
Tercatat Yesus mengatakan 7 kalimat selama
disalibkan sampai matinya.
1. Yesus berkata: "Ya
Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."[41]
2. Kata Yesus kepadanya
(salah satu penjahat yang disalib di sampingnya): "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalamFirdaus."[42]
3. Ketika Yesus melihat
ibu-Nya (Maria) dan murid
yang dikasihi-Nya (=Yohanes anak Zebedeus) di
sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!"
Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat
itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.[43]
4. Pada kira-kira jam 3
siang berserulah Yesus dengan suara nyaring:"Eli, Eli, lama
sabakhtani?"[44] atau "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?"[45] Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
5. Sesudah itu, karena
Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia--supaya genaplah
yang ada tertulis dalam Kitab Suci--:"Aku haus!"[46]
6. Sesudah Yesus meminum
anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan
kepala-Nya [47]
7. Yesus berseru pula
dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya[48]:"Ya
Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku."[49]
Yesus mati
Kematian Yesus terjadi setelah jam 3 sore
dan sebelum jam 6 malam. Pada saat yang sama, domba Paskah disembelih di Bait
Suci.
Ketika Yesus mati, Injil mencatat terjadinya hal-hal aneh berikut ini:
Ketika Yesus mati, Injil mencatat terjadinya hal-hal aneh berikut ini:
·
Tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah[50]
·
Terjadilah gempa bumi[51]
·
Bukit-bukit batu terbelah[52]
·
Kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal
bangkit. Dan sesudah kebangkitan Yesus, merekapun keluar dari kubur, lalu masuk
ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang.[53]
·
Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat
takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi[54]
·
Kepala pasukan (yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya
demikian[55]) berkata:
"Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah."[56] dan juga ia memuliakan Allah, katanya: "Sungguh, orang ini adalah
orang benar!"[57]
·
Datanglah prajurit-prajurit untuk mematahkan kaki orang-orang yang disalib,
supaya cepat mati dan mayat-mayat dapat diturunkan. Hal ini atas permintaan
orang-orang Yahudi kepada Pilatus, berhubung hari itu hari persiapan sebelum Paskah Yahudi. Ketika
mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak
mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam
lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.[58]
·
Sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ untuk tontonan
itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri.[59]
Catatan Sejarah
Sejumlah sumber non-Kristen mencatat
penyaliban dan kematian Yesus:
·
Mara Bar-Serapion, penulis dari Suriah yang menyebut ada seorang "raja
yang bijak" dihukum mati oleh orang Yahudi.[60]
·
Sejarahwan Romawi, Tacitus, dalam
tulisannya Annals (~116 M), mencatat
"Kristus...menderita hukuman ekstrim pada pemerintahan Tiberius di tangan salah seorang prokurator kami (=Pontius Pilatus)..."[61]
·
Satiris Yunani, Lucian, menyebut Yesus sebagai "persona terkemuka yang
mengajarkan ritual baru dan disalibkan karena hal itu."[62]
·
Sejarawan Yahudi pada abad ke-1, Flavius Yosefus (dalam bagian yang diperdebatkan[63]) mencatat:[64]
“
|
Kira-kira pada waktu itu, Yesus, seorang bijak, kalau boleh menyebutnya
"manusia"; karena ia adalah pembuat pekerjaan yang menakjubkan,
seorang guru sedemikian yang membuat orang menerima kebenaran dengan
sukacita. Ia menarik banyak pengikut, baik orang Yahudi maupun orang asing.
Ia adalah Kristus. Dan ketika Pilatus, atas usulan orang-orang terkemuka di
antara kami, menghukumnya dengan penyaliban, mereka yang menyayanginya pada
mulanya tidak meninggalkannya; karena ia menampakkan diri lagi hidup-hidup
kepada mereka pada hari ke-3, sebagaimana nabi-nabi kudus telah meramalkannya
dan puluhan ribu hal ajaib lain tentang dia. Dan suku Kristen, yang dinamakan
menurut dia, tidak punah sampai hari ini
|
”
|
·
Suatu referensi Yahudi tentang penyaliban ("digantung" seperti
istilah yang dipakai dalam Lukas
23:39; Galatia
3:13) ditemukan dalam Talmud Babylonian:[65]
“
|
Pada petang hari sebelum Pesakh Yeshu digantung. Selama 40 hari sebelum hukuman dijalankan, seorang bentara
berjalan ke depan dan berteriak, ‘Orang ini akan segera dihukum lempar batu
sampai mati, karena ia melakukan sihir dan membujuk Israel pada kesesatan.
Barangsiapa yang dapat membelanya, silakan maju dan mengajukan permohonan
untuknya.' Namun, karena tidak ada pembelaan yang diajukan untuknya, ia
digantung di sore sebelum petang hari sebelum Pesakh!
|
”
|
Meskipun ada keraguan bahwa Yeshu ini sama
dengan Yesus, banyak sejarawan sependapat bahwa bagian ini nampaknya tentang
Yesus.[66]
Makna
Kayu salib tempat di mana Yesus mati
merupakan misteri besar.[67]. Misteri
kematian Yesus dan maknanya yang sebenarnya, menyampaikan dua hal yang penting
tentang hubungan Allah dan hubungannya dengan manusia.[67] Pertama, salah satu masalah yang paling mendesak dalam kehidupan adalah
masalah dosa atau kejahatan.[5] Melalui Yesus, Anak Allah, Allah bermaksud melenyapkan penderitaan yang
diakibatkan manusia. Oleh karena itu salib menunjukkan kepada kita bahwa
walaupun Allah tidak melenyapkan penderitaan yang diakibatkan dosa manusia dan
menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, Ia ikut mengambil
bagian di dalamnya bersama kita.[1] Allah bukanlah hakim yang kejam yang menjatuhkan vonis yang tidak wajar
kepada Yesus yang tidak bersalah. Pada kayu salib itu, Allah sebenarnya ikut
mengalami akibat yang paling buruk dari keadaan kita yang berdosa. Kedua, salib
menunjukkan kepada kita harga pengampunan dari Allah. Bagi kita sendiri,
mengampuni orang lain sering menjadi hal yang sulit. Untuk mengampuni manusia,
Allah menyerahkan AnakNya tunggal dikayu salib.[1]
No comments:
Post a Comment