David Pryce Jones mengatakan kunci untuk
mengerti masyarakat Muslim, setidaknya dalam dunia Islam yang berbahasa Arab,
adalah, “mendapatkan kehormatan, harkat, hormat, dan menghindari malu, aib, dan
hinaan…”
Pentingnya mendapat rasa hormat dan
menghindari aib merupakan warisan masyarakat Muslim Arab kuno dan ini
menentukan keberadaan diri sendiri dan perlakuan seseorang.
Apapun dihalalkan untuk menjaga kehormatan
keluarga, bahkan berbohong, menipu, dan membunuh pun dihalalkan. Kehormatan
membuat hidup jadi layak sedangkan rasa malu membuat hidup bagaikan mati saja.
Rasa aib dan hormat berhubungan dengan sikap masyarakat sekitar; berita sukses
disebarkan ke mana-mana, dan aib mendatangkan hinaan dari masyarakat.
Nah, kita sekarang melihat bahwa sikap
masyarakat Barat yang suka mengritik diri sendiri jelas tidak mungkin terjadi
dalam masyarakat Muslim karena berani mengritik berarti mengundang
rasa malu, tidak peduli bagaimana pun bentuk kritik itu.
Karenanya, kritik diri sendiri
merupakan hal yang tidak dikenal masyarakat Islam. Ini juga sama
dengan, misalnya, memberi ijin bagi agama lain dalam masyarakat. Hal ini
sungguh sukar dimengerti karena ini menghina agama Islam yang diyakini sebagai
agama sejati. Pluralisme dalam kepercayaan tidaklah mungkin. Masyarakat Islam menerapkan aturan-aturan ketat dalam
perilaku sosial dan ini harus dipatuhi secara mutlak. Contohnya dalam tingkat
keluarga, tidaklah mungkin bagi seorang anak laki untuk tumbuh besar dan
membentuk karakter diri sendiri dengan mempertanyakan keputusan-keputusan ayahnya
sebagai kepala keluarga dan juga keputusan ibunya. Dalam tingkat politik
negara, masyarakat harus tunduk total terhadap pemimpin negara tanpa punya hak
bertanya.
No comments:
Post a Comment