Friday, July 6, 2012

Sekularime Dilihat dari Budaya Sosial Barat dan Islam


David Pryce Jones mengatakan kunci untuk mengerti masyarakat Muslim, setidaknya dalam dunia Islam yang berbahasa Arab, adalah, “mendapatkan kehormatan, harkat, hormat, dan menghindari malu, aib, dan hinaan…”

Pentingnya mendapat rasa hormat dan menghindari aib merupakan warisan masyarakat Muslim Arab kuno dan ini menentukan keberadaan diri sendiri dan perlakuan seseorang.

Apapun dihalalkan untuk menjaga kehormatan keluarga, bahkan berbohong, menipu, dan membunuh pun dihalalkan. Kehormatan membuat hidup jadi layak sedangkan rasa malu membuat hidup bagaikan mati saja. Rasa aib dan hormat berhubungan dengan sikap masyarakat sekitar; berita sukses disebarkan ke mana-mana, dan aib mendatangkan hinaan dari masyarakat.

Nah, kita sekarang melihat bahwa sikap masyarakat Barat yang suka mengritik diri sendiri jelas tidak mungkin terjadi dalam masyarakat Muslim karena berani mengritik berarti mengundang rasa malu, tidak peduli bagaimana pun bentuk kritik itu.

Karenanya, kritik diri sendiri merupakan hal yang tidak dikenal masyarakat Islam. Ini juga sama dengan, misalnya, memberi ijin bagi agama lain dalam masyarakat. Hal ini sungguh sukar dimengerti karena ini menghina agama Islam yang diyakini sebagai agama sejati. Pluralisme dalam kepercayaan tidaklah mungkin. Masyarakat Islam menerapkan aturan-aturan ketat dalam perilaku sosial dan ini harus dipatuhi secara mutlak. Contohnya dalam tingkat keluarga, tidaklah mungkin bagi seorang anak laki untuk tumbuh besar dan membentuk karakter diri sendiri dengan mempertanyakan keputusan-keputusan ayahnya sebagai kepala keluarga dan juga keputusan ibunya. Dalam tingkat politik negara, masyarakat harus tunduk total terhadap pemimpin negara tanpa punya hak bertanya.

No comments:

Post a Comment