Friday, July 6, 2012

Bagaimana Terjadinya Sekulerisme di Dunia Barat?


Apakah yang membedakan kebudayaan Barat dengan kebudayaan-kebudayaan besar lainnya? Apa yang menyebabkan terbentuknya kebudayaan Barat?

Ada empat atau lima prinsip yang selalu ada dalam budaya Barat sejak bangsa Yunani dulu membentuk sekulerisme yang nilai-nilai dan prinsip-prinsipnya kemudian berkembang menjadi kebudayaan Barat.

Sir Ernst Gombrich bertanya mengapa pihak Barat di akhir Abad Pertengahan dengan cepat bisa menjajah berbagai negara besar di dunia Timur. Ini jawab darinya:
  • Dalam kebudayaan besar Timur, kebiasaan hidup berpengaruh kuat dan tradisi jadi patokan kehidupan. Jika terjadi perubahan dalam masyarakat, hal itu tidak tampak karena aturan agama berkuasa penuh dan tiada yang boleh mempertanyakannya.
  • Keinginan mempertanyakan sesuatu dan penolakan atas kekuasaan mutlak merupakan hal yang tidak terdapat dalam budaya Timur.
Kedua hal itu berasal dari budaya Yunani. Betapapun seringnya pihak penguasa menolak kedua hal ini, pasti saja terus terjadi percikan perlawanan bawah tanah. Percikan ini dikipasi jadi kobaran kesadaran bahwa kakek moyang kita dulu bukanlah satu-satunya golongan yang tahu segala pengetahuan. Generasi masyarakat baru dapat mengetahui lebih banyak jika mereka mempertanyakan informasi terdahulu dari generasi sebelumnya. Ini sama seperti motto Royal Society (Masyarakat Bangsawan): Nullis in verba – Tidak ikut kata-kata siapapun.

Pertanyaan berikut: Apakah dampak sekulerisasi Kristen?
Penolakan akan agama bukanlah satu-satunya sebab dari sekulerisasi. Karena itu, usaha-usaha dari kaum beragama untuk menerangkan agama secara masuk akal seringkali menghasilkan efek samping yakni unsur logika lebih unggul daripada unsur maya.

Selain itu, hal yang lebih penting lagi adalah pemisahan antara Gereja dan Negara, dan agama merupakan masalah pribadi saja. Hal ini pun mempengaruhi pendidikan masyarakat, bahkan pada orang-orang yang tetap memegang kuat agamanya.

Ini pernyataan dari Chadwick: Pengertian sebagian doktrin agama Kristen berkembang dalam gereja sebagai pengaruh laju pengetahuan dan ini mengakibatkan pikiran manusia lebih ‘sekuler’. Di abad ke-19, perkembangan sebagian doktrin Kristen ini berjasa membentuk pengertian manusia yang semakin sekuler.

Kata Chadwick lagi, “Sejak saat masyarakat Eropa menetapkan untuk bertoleransi, terbukalah kesempatan bagi segala pendapat. Secara hukum, toleransi terhadap minoritas tidaklah sama dengan kesamaan berpendapat.

Tapi sejarah budaya Eropa berkembang dan mempengaruhi satu sama lain… Begitu terjadi kesamaan berpendapat dalam suatu kelompok, maka kelompok lain pun akan menerapkan hal yang sama.

Kita tidak bisa menentukan kesamaan berpendapat hanya pada kelompok Protestan, atau Kristen, atau hanya orang yang percaya Tuhan saja.

Kebebasan berpendapat dalam agama menjadi kebebasan berpendapat dalam segala hal… Kesadaran Kristiani dalam berpendapat inilah yang membuat Eropa jadi ‘sekuler’. Akibatnya, manusia boleh beragama atau tidak beragama karena kesadaranku adalah milikku sendiri.”

Ada satu unsur terakhir yang membentuk masyarakat Barat; mampu mengkritik diri sendiri. Masyarakat Barat punya kemampuan tinggi untuk bercermin pada diri sendiri, mengritik diri sendiri, dan mengamati diri secara dalam untuk menemukan kesalahan-kesalahan sendiri, tujuan-tujuan sendiri, dan kelemahan-kelemahan sendiri, dan mencoba untuk mencari perbaikan. 

Inilah yang dipikirkan Arthur Schlesinger ketika dia menulis, “Ada hal-hal penting yang berbeda dalam masyarakat Barat dan masyarakat lain. Kesalahan yang pernah dilakukan masyarakat Barat telah menghasilkan “obat” bagi diri mereka sendiri. Mereka mencapai loncatan besar dengan
  • mengakhiri perbudakan,
  • menaikkan derajat perempuan,
  • menghapuskan penyiksaan,
  • melawan rasisme,
  • mempertahankan kebebasan berpendapat,
  • memajukan hak-hak kebebasan pribadi dan   
  • hak azasi manusia
  • Orang lain juga bisa menambahkan individualisme dan tradisi hak-hak dan kemerdekaan pribadi dalam daftar di atas.

No comments:

Post a Comment