Friday, January 30, 2015

Trinitas tidak untuk menunjukkan Yesus lebih rendah daripada yg lainnya

PENJELASAN YANG BENAR TENTANG TRINITAS

Secara ringkas kita menggambarkan bahwa “Allah adalah satu dalam esensi dan tiga dalam substansi”. Formula ini memang merupakan misteri dan paradoks tetapi tidak kontradiksi. Suatu kontradiksi akan muncul jika kita mengatakan bahwa “Allah adalah satu dalam esensi dan tiga dalam esensi; atau Allah adalah tiga substansi dan satu subtansi pada saat yang sama dan dalam pengertian yang sama”. Keesaan dari Allah dinyatakan sebagai esensiNya atau keberadaanNya, sedangkan keragamannya diskspresikan dalam tiga substansi atau pribadi. Berikut ini merupakan ringkasan ajaran tentang Trinitas.
Pertama, Allah adalah satu dalam esensi. Esensial kesatuan dari Allah didasarkan pada Ulangan 6:4, “dengarlah, hai orang Isreal: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” Kata “esa” adalah kata Ibrani “echad” yang berarti “gabungan kesatuan; satu kesatuan”. Pernyataan ini menekankan bukan hanya keunikan dari Allah tetapi juga kesatuan dari Allah (Bandingkan Yakobus 2:19). Ini berarti bahwa ketiga Pribadi secara esensi tidak terbagi. Kesatuan dari esensi ini juga menekankan bahwa ketiga Pribadi dari Trinitas tidak berarti bertindak secara mandiri dan terpisah. Pernyataan ini penting dalam menangkal ajaran sesat Arianisme dan Socianisme yang menolak kesatuan esensi Anak dan Roh Kudus dengan Bapa.
Kedua, Allah adalah tiga dalam dalam pribadi. Walau istilah “Pribadi” cenderung menimbulkan pemahaman keliru tentang kesatuan dalam Trinitas, tetapi kata ini terus dipertahankan karena tidak ada kata lain yang lebih mendekati kebenaran yang disingkapkan Alkitab tentang Allah Trinitas ini. Istilah “Pribadi” banyak menolong dalam menjelaskan Trinitas, karena kata itu menekankan bukan hanya suatu manifestasi tetapi juga pribadi sebagai persona (individu). Dengan menyatakan bahwa Allah adalah tiga dalam kaitan dengan pribadi hal ini menekankan bahwa (1) adanya distingsi persona dalam Keallahan; (2) setiap Pribadi memiliki esensi yang sama dengan Allah; dan (3) setiap Pribadi memiliki kepenihan Allah. Jadi, Dalam Allah tidak ada tiga pribadi bersama dan terpisah satu sama lain, tetapi hanya perbedaan pribadi diantara esensi Ilahi. Pernyataan tersebut merupkan suatu perbedaan yang penting dari Modalisme atau Sabellianisme, yang mengajarkan bahwa satu Allah hanya memanifestasikan diriNya dalam tiga cara yang berbeda.
Ketiga, Ketiga Pribadi memiliki relasi yang berbeda. Diantara Trinitas ada suatu relasi yang diekspresikan dalam arti subsistensi. Bapak tidak dilahirkan dan tidak berasal dari Pribadi manapun; Anak secara kekal berasal dari Bapa (Yohanes 1:18; 3:16,18; 1 Yohanes 4:9). Istilah-istilah yang digunakan untuk menjelaskan relasi diatara Trinitas adalah “generatio” dan “prosesi”. Istilah “generation” digunakan untuk menjelaskan bahwa dalam relasi Trinitas Anak secara kekal lahir dari Bapa, Roh Kudus secara kekal berasal dari Bapa dan Anak (Yohanes 14:26; 16:7). Istilah “prosesi” digunakan untuk menjelaskan relasi Trinitarian Bapa dan Anak mengutus Roh Kudus. Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa istilah-istilah ini digunakan untuk menjelaskan relasi di antara Trinitas dan tidak untuk menunjukkan bahwa salah satu pribadi lebih rendah dari pribadi-pribadi lainnya.
Keempat, Ketiga Pribadi setara dalam kekekalan dan otoritas. Meskipun istilah “generatio” dan “prosesi” dapat digunakan dalam hubungan dengan fungsi di antara Trinitas, adalah penting untuk menyadari bahwa ketiga Pribadi adalah secara dalam kekekalan dan otoritas. Bapa diakui sebagai kekal dan berotoritas paling tinggi (1 Korintus 8:6); Anak juga diakui setara dengan Bapa dalam segala hal (Yohanes 5:21-23); Demikian juga Roh Kudus diakui setara dengan Bapa dan Anak (Matius 12:31) 

No comments:

Post a Comment