Kerajaan
Singosari di Jawa berhasil membangun sebuah kestabilan
politik dan militer yang menempatkan posisi Singosari
sebagai kerajaan yang cukup disegani di Nusantara. Puncak
kejayaan Singosari terjadi pada masa pemerintahan Sri Maharaja
Kertanegara.
Sementara itu di
daratan Cina, cucu Jengis Khan yang bernama Khubilai Khan berhasil membangun
sebuah kekuasaan ke kaisaran yang ditopang dengan kekuatan militer yang besar
dan tangguh. Kaisar Khubilai Khan yang menamakan pemerintahannya dengan nama
Sung berkeinginan untuk menundukkan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara dan Asia
Timur lewat menggunakan kekuatan militer dan politik. Caranya dengan meminta
para penguasa lokal untuk mengakui kaisar Khubilai Khan di daratan Cina sebagai
penguasa tunggal dan mengharuskan raja-raja lokal tersebut mengirim upeti
(tribute) kepada Kaisar Cina. Salah satunya adalah ke Jawa yang kala itu
diperintah oleh Sri Maharaja Kertanegara dari Kerajaan Singosari.
Demi tujuan tersebut
diatas, pada tahun 1289 Khubilai Khan mengirimkan utusannya ke Singosari.
Pengiriman utusan ini telah dilakukan sebanyak tiga kali oleh Kaisar
Khubilai Khan. Namun utusan yang terakhir inilah yang mengalami insiden yang
pada akhirnya memicu sebuah konfrontasi terbuka.
Utusan itu bernama
Meng Chi, datang membawa pesan dari Kaisar Khubilai Khan supaya Singosari
tunduk dibawah kekuasaannya. Sri Maharaja Kertanegara merasa tersinggung, lalu
mencederai wajah dan memotong telinga Meng Chi dan mengirimnya pulang ke Cina
dengan pesan tegas bahwa ia tidak akan tunduk di bawah kekuasaan Cina. Perlakuan
Sri Maharaja Kertanegara terhadap Meng Chi dianggap sebagai penghinaan kepada
Kaisar Khubilai Khan. Sebagai seorang kaisar yang sangat berkuasa di
daratan Asia saat itu, ia merasa terhina dan berniat ntuk menghancurkan Jawa
yang menurutnya telah mempermalukan bangsa Cina.
Jawa (Indonesia) dapat
menghindar dari serangan Tiongkok. Raden Wijaya bersiasat menyiapkan upeti bagi
kaisar Khubilai Khan, sebagai wujud penyerahan dirinya. Ike Mese utusan
Khubilai Khan mengizinkannya tanpa curiga. Sesampainya di Majapahit, bukannya
mempersiapkan upeti, Wijaya dan pasukannya malah menghabisi kedua perwira dan
para pengawal dari Mongol yang menyertainya. Setelah itu, dengan membawa
pasukan yang lebih besar, Raden Wijaya memimpin pasukan tempurnya menyerbu
pasukan Cina yang masih tersisa di Daha di mana pasukan Mongol sedang berpesta
kemenangan.
Pasukan Cina yang
masih tersisa yang tidak menyadari bahwa Raden Wijaya akan bertindak demikian.
Tiga ribu anggota pasukan kerajaan Yuan dari meninggalkan banyak korban.
Serangan mendadak yang tidak disadari itu membuat Ike Mese kaget tidak kepalang
tanggung.
Tiga ribu pasukan
Kerajaan Yuan dari Cina ini dapat dibinasakan oleh pasukan Majapahit, dan
memaksa mereka keluar dari Pulau Jawa dengan meninggalkan banyak korban.
Kekalahan balatentara
Mongol oleh orang-orang Jawa hingga kini tetap dikenang dalam sejarah Cina.
Sebelumnya, mereka nyaris tidak pernah kalah di dalam peperangan melawan bangsa
mana pun di dunia. Selain di Jawa, pasukan Kubilai Khan juga pernah hancur saat
akan menyerbu daratan Jepang. Akan tetapi, kehancuran ini bukan disebabkan oleh
kekuatan militer bangsa Jepang melainkan oleh terpaan badai sangat kencang yang
memporak-porandakan armada kapal kerajaan dan membunuh hampir seluruh prajurit
di dalamnya.
Menurut Pararaton,
pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese diusir dari Pulau Jawa. Pertempuran
berakhir di Pelabuhan Ujunggaluh (Tanjung Perak sekarang) dengan kemenangan
pasukan Raden Wijaya. Pada pertempuran ini dicatat dalam sejarah Majapahit,
Sang Saka Gula Kelapa dikibarkan bersama umbu-umbul calon kerajaan yang akan
lahir di atas kepala para prajurit Jawa. Peristiwa itu sebagai kemenangan besar
pasukan Raden Wijaya yang dibantu rakyatnya mengusir tentara Tartar, yang
merupakan peristiwa terbebasnya kepulauan Nusantara dari penjajahan atau
intervensi tentara asing. Berkibarnya Sang Såkå Gulå-Kêlåpå, yang disebut juga
Sang Saka Merah-Putih atau Sang Såkå Gêtih-Gêtah sebagai bendera pada tahun
1292 itu disebut dalam Piagam Butak atau Prasasti Butak yang kemudian dikenal
sebagai Piagam Merah Putih. Pertempuran terakhir dan peristiwa pengusiran
pasukan tentara Mongol itu diduga terjadi pada tanggal 31 Mei 1293, yang
ditandai dengan sesanti surå ing bhåyå yang berarti “keberanian menghadapi
bahaya” yang diambil dari babak dikalahkannya pasukan tentara Cina Khubilai
Khan oleh pasukan tentara Jawa pimpinan Raden Wijaya. Akhirnya tanggal tersebut
dijadikan sebagai Hari Lahir Kota Surabaya, dan diperingati hingga sekarang.
http://kreasimasadepan441.blogspot.com/2017/11/perlawanan-bumi-datar.html
ReplyDeletehttp://kreasimasadepan441.blogspot.com/2017/11/erupsi-4-maskapai-internasional.html
http://kreasimasadepan441.blogspot.com/2017/11/cetak-dua-gol-spaso-ucapkan-terima.html
Tunggu Apa Lagi Guyss..
Let's Join With Us At Dominovip.com ^^
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
- BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
- WHATSAPP : +62813-2938-6562
- LINE : DOMINO1945.COM
- No Hp : +855-8173-4523