Stop Ekspor Devisa Lewat Kirim Jemaah Haji dan
Umroh, Lebih Baik Devisa Itu disimpan di Dalam Negri untuk Membangun Negri
supaya tidak perlu lagi Pahlawan Devisa mati sia-sia dia jadi TKI di Arab Saudi
DERITA BUDAK SEX DI ARAB
pengakuan :
ELLY RUSMINI
Pontianak, Indonesia
aku mau ceritakan pengalamanku semasa jadi TKI
di negara ARAB. Di negara SAUDI ARABIA ini aku jadi TKW bukannya disuruh bekerja,
tapi menjadi budak sex saja untuk memuaskan nafsu adik majikanku yang bernama
Hassan Abdillah yang memiliki rumah di MINA. Aku bertul2 jadi budak sex karena
lelaki Arab yang walaupun ganteng kayak bintang sinetron ADAM JORDAN, tapi
moralnya bejat.
Sebab aku dikurung dalam bentuk sangkar emas
berbentuk besar ukuran 10X10m. Walau di dalam sangkar ada tempat wc,kamar
mandi, kulkas, alga spring bed,tv ukuran raksasa dan barang mewah lainnya, aku
betul2 jadi seekor burung yang tidak dapat bebas…..karena dikurung dan dikunci.
Aku hanya menanti kedatangannya setiap hari
dan harus melayani nafsu sexnya yang kuat, Yang menyakitkan, Hassan menderita
penyakit sex yang sadis. setiap melakukan sex, dia akan mengikat aku lalu
mencambuk aku.
Semakin aku berteriak, merintih kesakitan itu
yang disukainya. Dia makin bernafsu mendengar suara perempuan yang menderita
kesakitan sewaktu berhubungan sex. Ini yang membuatku harus bersandiwara
mengerang kesakitan sebisanya agar cambuknya tidak tambah kuat melukai kulitku
yang sudah ditelanjanginya. Aku juga harus melayani berbagai gaya sex berupa
anal sex dan oral sex yang sangat menjijikan yang belum pernah aku alami di
Indonesia, karena aku berangkat sebagai TKI masihlah gadis perawan.
Sungguh derita yang tidak akan kulupakan sampai
maut menjemput. Aku menyesal kenapa dulu tidak satu daerah dengan si NARTI,
kawan sekampungku di Solo, karena NARTI yang memilih bekerja sebagai TKI di
TAIWAN malah sangat disayangi keluar bossnya.
Ini terbukti Narti selalu dibelikan daging
sapi oleh istri majikan, karena NARTI tidak makan babi
Untunglah, walau berpenyakit, Hassan masih
menepati perjanjian, karena setahun kemuadian aku dibebaskan karena kontrak
sebagai TKW di rumahnya telah berakhir. Maka hati2lah wahai TKI yang mau kerja
di ARAB. Kalau dapat kalian jangan bekerja di ARAB.
CIREBON, KOMPAS.com — Nawali Hasan Ihsan alias Ato Suparto (41), tenaga kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi, meminta Presiden Joko Widodo mengirimkan bantuan hukum untuk membebaskan dirinya dan dua temannya dari vonis hukuman mati. Menurut dia, kini tidak ada pengacara yang mendampingi dirinya.
"Saya benar-benar memohon Presiden Joko Widodo tolong bantu kami di sini semaksimal mungkin. Tolong Pak, pengacara Indonesia sudah tidak ada karena sudah tidak ada uangnya. Kami takut masalah kami panjang dan tetap mendapat hukuman mati," kata Ato melalui pengeras suara saat menghubungi Ennah (45), kakaknya yang tinggal di Cirebon, Jawa Barat, melalui sambungan telepon seluler, Jumat (17/4/2015) sore.
Sambungan telepon Ato tidak terduga. Saat itu, sejumlah wartawan tengah bertemu dengan Ennah mencari informasi tentang Ato yang masuk dalam daftar TKI yang dijatuhi hukuman mati di Arab Saudi.
Eksekusi hukuman mati terhadap Siti Zaenab dan Karni membuat keluarga Ato terguncang. Keluarga cemas Ato akan segera menyusul dieksekusi. Ennah terguncang dan tak henti menangis. Ia menjerit histeris.
Sambil terisak, Ennah menuturkan, Ato Suparto (40) sudah meninggalkan rumah sekitar 10 tahun. Anak bungsu dari enam bersaudara itu meninggalkan Tanah Air pada 2005. Kepada keluarga, Ato mengaku diterima sebagai sopir pribadi di kawasan Mekkah.
Pada 2011, Ato tersandung masalah. Ia bersama Siti Komalasari dan Agus terlibat cekcok dengan salah seorang TKI lainnya bernama Fatimah yang berujung pada tewasnya Fatimah.
"Jadi, masalahnya, Ato tidak membunuh majikan atau warga negara Arab, tetapi keributan sesama TKI sehingga ada yang meninggal dunia. Keributan itu juga tidak menggunakan senjata tajam," kata Ennah.
Keluarga begitu cemas mengetahui Ato terlibat masalah hukum. Ari, ibunda Ato, terkena stroke.
Saat Ennah bercerita kepada para wartawan di rumahnya, Jumat sore ini, Ato menghubungi Ennah melalui sambungan telepon.
Melalui pengeras suara, Ato menceritakan ulang kejadian yang diceritakan Ennah sebelumnya. Ato memohon agar Presiden Joko Widodo dapat membantu nasib ia bersama dua temannya yang mendapat vonis mati.
Nama Nawali Hasan Ihsan ada dalam daftar 37 orang TKI di Arab Saudi yang mendapat vonis hukuman mati yang dikeluarkan oleh Migrant Care.
Sebelumnya, Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri RI Moh Iqbal mengatakan, sebanyak 228 TKI di seluruh Indonesia yang bekerja di berbagai negara di dunia kini menunggu eksekusi mati karena terlibat kasus kriminal.
"Dari jumlah itu, sebanyak 37 orang TKI di antaranya adalah TKI yang berada di Arab Saudi," katanya saat berkunjung ke rumah keluarga TKI Siti Zaenab di Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Rabu (15/4/2015).
Tidak tercatat
Jida, Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri (PTKLN), Dinas Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Disnakertrans), Pemerintah Kabupaten Cirebon, yang mendengar kabar ini langsung mengunjungi lokasi. Ia berusaha menenangkan keluarga Ennah.
Menurut Jida, Ato tidak terdaftar pada catatan Disnakertrans. Ato berangkat melalui PT Arunda Bayu pada 2006 lalu.
"Kami juga tidak mengetahui detail soal kepergian Ato. Pada tahun itu, Ato serta perusahaan tidak melapor. Namun, kami akan segera mengambil tindakan untuk mencari solusi yang menimpa Ato," kata dia.
Jida berjanji akan segera mengirim surat kepada Menteri Luar Negeri, Menteri Tenaga Kerja, dan BNP2TKI, untuk membantu Ato agar kasus yang menimpanya dapat diselesaikan dan terbebas dari ancaman hukuman mati.
regional.kompas.com
Jeritan Ato, TKI di Arab Saudi yang Divonis Hukuman Mati
Jumat, 17 April 2015 | 22:27 WIB
CIREBON, KOMPAS.com — Nawali Hasan Ihsan alias Ato Suparto (41), tenaga kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi, meminta Presiden Joko Widodo mengirimkan bantuan hukum untuk membebaskan dirinya dan dua temannya dari vonis hukuman mati. Menurut dia, kini tidak ada pengacara yang mendampingi dirinya.
"Saya benar-benar memohon Presiden Joko Widodo tolong bantu kami di sini semaksimal mungkin. Tolong Pak, pengacara Indonesia sudah tidak ada karena sudah tidak ada uangnya. Kami takut masalah kami panjang dan tetap mendapat hukuman mati," kata Ato melalui pengeras suara saat menghubungi Ennah (45), kakaknya yang tinggal di Cirebon, Jawa Barat, melalui sambungan telepon seluler, Jumat (17/4/2015) sore.
Sambungan telepon Ato tidak terduga. Saat itu, sejumlah wartawan tengah bertemu dengan Ennah mencari informasi tentang Ato yang masuk dalam daftar TKI yang dijatuhi hukuman mati di Arab Saudi.
Eksekusi hukuman mati terhadap Siti Zaenab dan Karni membuat keluarga Ato terguncang. Keluarga cemas Ato akan segera menyusul dieksekusi. Ennah terguncang dan tak henti menangis. Ia menjerit histeris.
Sambil terisak, Ennah menuturkan, Ato Suparto (40) sudah meninggalkan rumah sekitar 10 tahun. Anak bungsu dari enam bersaudara itu meninggalkan Tanah Air pada 2005. Kepada keluarga, Ato mengaku diterima sebagai sopir pribadi di kawasan Mekkah.
Pada 2011, Ato tersandung masalah. Ia bersama Siti Komalasari dan Agus terlibat cekcok dengan salah seorang TKI lainnya bernama Fatimah yang berujung pada tewasnya Fatimah.
"Jadi, masalahnya, Ato tidak membunuh majikan atau warga negara Arab, tetapi keributan sesama TKI sehingga ada yang meninggal dunia. Keributan itu juga tidak menggunakan senjata tajam," kata Ennah.
Keluarga begitu cemas mengetahui Ato terlibat masalah hukum. Ari, ibunda Ato, terkena stroke.
Saat Ennah bercerita kepada para wartawan di rumahnya, Jumat sore ini, Ato menghubungi Ennah melalui sambungan telepon.
Melalui pengeras suara, Ato menceritakan ulang kejadian yang diceritakan Ennah sebelumnya. Ato memohon agar Presiden Joko Widodo dapat membantu nasib ia bersama dua temannya yang mendapat vonis mati.
Nama Nawali Hasan Ihsan ada dalam daftar 37 orang TKI di Arab Saudi yang mendapat vonis hukuman mati yang dikeluarkan oleh Migrant Care.
Sebelumnya, Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri RI Moh Iqbal mengatakan, sebanyak 228 TKI di seluruh Indonesia yang bekerja di berbagai negara di dunia kini menunggu eksekusi mati karena terlibat kasus kriminal.
"Dari jumlah itu, sebanyak 37 orang TKI di antaranya adalah TKI yang berada di Arab Saudi," katanya saat berkunjung ke rumah keluarga TKI Siti Zaenab di Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Rabu (15/4/2015).
Tidak tercatat
Jida, Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri (PTKLN), Dinas Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Disnakertrans), Pemerintah Kabupaten Cirebon, yang mendengar kabar ini langsung mengunjungi lokasi. Ia berusaha menenangkan keluarga Ennah.
Menurut Jida, Ato tidak terdaftar pada catatan Disnakertrans. Ato berangkat melalui PT Arunda Bayu pada 2006 lalu.
"Kami juga tidak mengetahui detail soal kepergian Ato. Pada tahun itu, Ato serta perusahaan tidak melapor. Namun, kami akan segera mengambil tindakan untuk mencari solusi yang menimpa Ato," kata dia.
Jida berjanji akan segera mengirim surat kepada Menteri Luar Negeri, Menteri Tenaga Kerja, dan BNP2TKI, untuk membantu Ato agar kasus yang menimpanya dapat diselesaikan dan terbebas dari ancaman hukuman mati.
regional.kompas.com
SAYA SEKELUARGA INGIN MENGUCAPKAN BANYAK TERIMAH KASIH KEPADA AKI NAWE BERKAT BANTUANNNYA SEMUA HUTANG HUTANG SAYA SUDAH PADA LUNAS SEMUA BAHKAN SEKARAN SAYA SUDAH BISA BUKA TOKO SENDIRI,ITU SEMUA ATAS BANTUAN AKI YG TELAH MEMBERIKAN ANKA JITUNYA KEPADA SAYA DAN ALHAMDULILLAH ITU BENER2 TERBUKTI TEMBUS..BAGI ANDA YG INGIN SEPERTI SAYA DAN YANG SANGAT MEMERLUKAN ANGKA RITUAL 2D 3D 4D YANG DIJAMIN 100% TEMBUS SILAHKAN HUBUNGI AKI NAWE DI 085-218-379-259
ReplyDelete