Dasar-Dasar Bagi Ajaran Trinitas dalam Perjanjian Lama:
Teks-teks Perjanjian Lama berikut ini memang tidak tuntas dalam menjelaskan Trinitas tetapi mengindikasikan konsep Trinitas di dalam Perjanjian Lama.
1. Penggunaan kata Ibrani “????? - Elohim” untuk Allah (Kej 1:1 dan ayat lainnya) yang merupa¬kan kata bentuk jamak merupakan indikasi pertama tentang Trinitas dalam Perjanjian Lama.
Kata “Elohim” adalah bentuk jamak dari kata benda untuk Allah orang Israel. Kata “Elohim” ini mempunyai bentuk tunggal yaitu “???? - Eloah” yang digunakan antara lain dalam Ulangan 32:15-17; Mazmur 19:32; dan Habakuk 3:3. Tetapi dalam Perjanjian Lama kata “Eloah” hanya digunakan sebany¬ak 250 kali, sedangkan kata “Elohim” sekitar 2500 kali. Penggunaan kata bentuk jamak yang jauh lebih banyak ini menunjukkan adanya “kejamakan dalam diri Allah”. Jika memang Allah itu tunggal secara mutlak, mengapa tidak digunakan kata Eloah secara konsisten? Dan mengapa justru menggunakan Elohim jauh lebih banyak dari Eloah? Dengan demikian penggunaan kata Elohim untuk menyebut nama Allah mengindikasikan adanya Trinitas. Jadi, Alkitab menggunakan kata Eloah untuk menyatakan ketunggalan Allah dalam esensiNya, dan Elohim untuk menyatakan kejamakan Allah dalam pribadiNya.
2. Penggunaan kata bentuk jamak untuk Allah atau dalam relasinya dengan Allah.
“Berfirmanlah Allah (bentuk tunggal) : ‘Baiklah Kita (bentuk jamak) menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita (bentuk jamak), supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” (Kejadian 1:26). “Berfirmanlah TUHAN Allah: ‘Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita (jamak), tahu tentang yang baik dan yang jahat; ...” (Kejadian 3:23a). “Baiklah Kita (jamak) turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing” (Kejadian 11:7).
Ada yang mengatakan bahwa pada waktu Allah menggunakan kata “Kita” dalam Kejadian 1:26, maka saat itu Ia sedang berbicara kepada para malaikat. Jadi bukan menunjukkan “kejamakan dalam diri Allah”. Tetapi ini mustahil, sebab jika dalam Kejadian 1:26 diartikan bahwa “Kita” itu menunjuk kepada “Allah dan para malaikat”, maka haruslah disim¬pulkan bahwa: manusia juga diciptakan menurut gambar dan rupa malaikat; Allah mengajak para malaikat untuk bersama-sama menciptakan manusia, sehingga kalau Allah adalah pencipta, maka malaikat adalah rekan pencipta. Pandangan Kristen menganggap pemakaian kata “Kita” menunjukkan bahwa pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal itu berbicara satu dengan yang lain, dan ini menunjukkan adanya “kejamakan tertentu dalam diri Allah”.
3. Beberapa ayat dalam Kitab Suci membedakan Allah yang satu dengan Allah yang lain (seakan-akan ada lebih dari satu Allah).
“Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran... sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu” (Mazmur 45:7-8). Karena dalam ayat ini Alkitab Indonesia kurang tepat terjema¬hannya, mari kita lihat terjemahan NASB di bawah ini. “Thy throne, O God, is forever and ever ... Therefore God, Thy God has anointed Thee” (TahtaMu, Ya Allah, kekal selama-lamanya. ... Karena itu, Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau). Ibrani 1:8-9 mengutip ayat ini, “Tetapi tentang Anak Ia berkata: "Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran. Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutu-Mu.
“Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit” (Kejadian 19:24). TUHAN (YHWH), yang saat itu ada di bumi, menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN (YHWH), dari langit. Jadi kelihatannya ada dua TUHAN (YHWH), satu di bumi, satu di langit.
4. Penampilan dari Malaikat TUHAN (Kejadian 16:2-13 22:11,16 31:11,13 48:15,16 Keluaran 3:2,4,5 Hakim-hakim 13:20-22).
Istilah “Malaikat TUHAN” ini juga menunjukkan bahwa “Malaikat TUHAN” (the Angel of the LORD) ini tidak sama dengan Allah. Tetapi, sekalipun dalam bagian-bagian tertentu Malaikat TUHAN itu disebut sebagai Malaikat TUHAN, dalam bagian-bagian lain Ia juga disebut sebagai Allah / TUHAN sendiri. Sebagai contoh, dalam Kej 16:7,9,10,11, disebut sebagai Malaikat TUHAN; tetapi dalam Kejadian 16:13 disebut sebagai TUHAN sendiri.
Contoh lainnya, dalam Kejadian 22:11a, disebut sebagai “Malaikat TUHAN”; tetapi dalam Kejadian 22:11b-12, disebut sebagai “Tuhan” atau “Allah” sendiri. Sekalipun dalam ayat 11 disebut sebagai “Malaikat TUHAN”, tetapi dalam ayat 11b disebut “Tuhan” oleh Abraham. Dan dalam ayat 15, “Malaikat TUHAN” itu berseru, tetapi dalam ayat 16 dikatakan “firman TUHAN”. Lalu dalam ayat 16 Malaikat TUHAN itu bersumpah demi diriNya sendiri. Seorang malaikat biasa akan bersumpah demi nama Tuhan, bukan demi dirinya sendiri atau menggunakan namanya sendiri (bandingkan: Daniel 12:7; Ibrani 6:13,16-17; Wahyu 10:5-6). Jadi jelas bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Tuhan / Allah sendiri.
Juga, dalam Kel 23:20-23, malaikat TUHAN ini mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa. Dari kata-kata “namaKu ada di dalam dia”, kita menganggap bahwa malaikat ini adalah Malaikat Perjanjian, yaitu Yesus Kristus sendiri. Semua ini menunjukkan bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Allah atau TUHAN sendiri.
5. Seruan rangkap tiga (trisagion) dalam doa dan berkat keimaman Harun mengindikasikan Trinitas.
Penggunaan nama “TUHAN” (YHWH) tiga kali berturut-turut dalam Bilangan 6:24-26 dan sebutan “kudus” bagi Allah tiga kali berturut-turut dalam Yesaya 6:3 dan Wahyu 4:8. Tidakkah mengherankan bahwa ayat-ayat itu menyebutkan “TUHAN” dan “kudus” sebanyak tiga kali? Mengapa tidak tiga kali, atau lima kali, atau tujuh kali? Jelas karena ada hubungannya dengan Allah Trinitas!
6. Penggunaan kata “esa” dalam Ulangan 6:4 menunjukkan Trinitas.
“Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN (YHWH) itu Allah kita (Eloheynu), TUHAN (YHWH) itu esa!” (Ulangan 6:4). Kata “esa” yang digunakan disini dalam bahasa Ibraninya adalah “ekhad” yang menunjuk kepada “satu kesatuan yang mengandung makna kejamakan; dan bukan satu yang mutlak”.
Kata “ekhad” ini sering berarti “satu gabungan (a compound one)”, bukan “satu yang mutlak (an absolute one)”. Berikut ini contoh-contoh dari penggunaan kata “ekhat”. Kejadian 1:5, “Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama (yom ekhad)”. Gabungan dari petang dan pagi membentuk satu (ekhad) hari. Kejadian 2:24, Adam dan Hawa menjadi satu (ekhad) daging. “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Kejadian 2:24). Bilangan 13:23, “Ketika mereka sampai ke lembah Eskol, dipotong merekalah di sana suatu cabang dengan setandan buah anggurnya, lalu berdualah mereka menggandarnya; juga mereka membawa beberapa buah delima dan buah ara”. Frase “Setandan buah anggur”, atau “satu (ekhad) tandan buah anggur” berati satu tandan buah anggur yang pasti terdiri dari banyak buah anggur.
Sebetulnya ada sebuah kata lain dalam bahasa Ibrani yang berarti “satu yang mutlak (an absolute one)” atau “satu-satunya”. Kata itu adalah “yakhid”. Contoh penggunaan kata “yakhid” ini dapat dilihat dalam Kejadian 22:2,16 - “FirmanNya: ‘Ambillah anakmu yang tunggal (yakhid) itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.’ ... kataNya: ‘Aku bersumpah demi diriKu sendiri - demikianlah firman TUHAN - : Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal (yakhid) kepadaKu”.
Jika Musa ingin menekankan tentang “kesatuan yang mutlak” dari Allah dan bukannya “kesatuan gabungan” (a compound unity), maka pastilah ia akan menggunakan kata yakhid dan bukan¬nya ekhad untuk kata esa dalam Ulangan 6:4 tersebut. Kenyataannya, Musa menggunakan kata ekhad dalam ayat tersebut, hal ini pasti menunjukkan bahwa Allah itu tidak satu secara mutlak, tetapi ada kejamakan dalam diri Allah.
Dasar-Dasar Bagi Ajaran Trinitas Dalam Perjanjian Baru
Perjanjian Baru memberikan pernyataan yang lebih jelas tentang pribadi-pribadi yang berbeda dalam diri Allah. Berikut secara ringkas bagian-bagian Perjanjian Baru dimana Trinitas diajarkan.
1. Perjanjian Baru menunjukkan ketiga pribadi Allah itu dengan lebih jelas, dan juga menyetarakan Mereka. (Yohanes 5:31,32,37).
Yohanes 5:31 menunjukkan Yesus sebagai “saksi”, dan Yohanes 5:32,37a menunjukkan Bapa sebagai “saksi yang lain”, dimana untuk kata-kata “yang lain” digunakan kata bahasa Yunani “allos”. Ada dua kata Yunani yang berarti “yang lain”, yaitu “allos” dan “heteros”. Tetapi kedua kata ini ada bedanya. Kata “allos” menunjuk pada “yang lain” dari jenis yang sama; Sedangkan “heteros” menunjuk pada “yang lain” dari jenis yang berbeda. Sebagai contoh, saya mempunyai satu botol minuman sprite. Jika saya mengingin¬kan satu botol sprite “yang lain”, yang sama dengan yang ada pada saya ini, maka saya akan menggunakan kata “allos”. Seandainya saya menghendaki minuman “yang lain”, misalnya fanta, maka saya harus menggunakan “heteros”, bukan “allos”. Jadi pada waktu Yesus disebut sebagai saksi, dan Bapa sebagai Saksi yang lain, dan kata ‘yang lain’ itu menggunakan allos, maka itu menunjukkan bahwa Yesus mempunyai kwalitet atau jenis yang sama dengan Bapa, dan ini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah!
Hal yang sama terjadi antara Yesus dan Roh Kudus. Yesus disebut “Pengantara” atau “Parakletos” (1 Yohanes 2:1), dan Roh Kudus disebut “Penolong” atau “Parakletos” yang lain (Yohanes 14:16). Janji Tuhan Yesus untuk mengirin seorang Penolong (Parakletos) “yang lain” disini berarti seorang yang lain dari Pribadi Trinitas. Di sini untuk kata-kata “yang lain” juga digunakan “allos”, yang menunjukkan bahwa Yesus dan Roh Kudus mempunyai jenis atau kualitas yang sama. Dengan demikian Bapa, Anak, dan Roh Kudus mempunyai jenis atau kualitas yang sama, dan semua ini bisa digunakan untuk mendukung doktrin Trinitas. Memang di sini tidak terlihat kesatuan dari pribadi-pribadi itu, tetapi ini dengan mudah bisa didapatkan dari ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah, seperti Ulangan 6:4; Markus 12:32; Yohanes 17:3 1Timotius 2:5 Yakobus 2:19 1 Korintus 8:4, dsb, yang telah saya bahas di depan.
2. Perjanjian Lama menyebut TUHAN (YHWH) sebagai Penebus dan Juruselamat (Mazmur 19:15; 78:35; Yesaya 43:3,11,14; 47:4; 49:7,26 ; 60:16), maka dalam Perjanjian Baru, Anak Allah / Yesus¬lah yang disebut demikian (Matius 1:21 Lukas 1:76-79; 2:11; Yohanes 4:42; Galatia 3:13; 4:5; Titus 2:13).
3. Perjanjian Lama mengatakan bahwa TUHAN (YHWH) tinggal di antara bangsa Israel dan di dalam hati orang-orang yang takut akan Dia (Mazmur 74:2; 135:21; Yesaya 8:18; 57:15; Yehezkiel 43:7,9; Yoel 3:17,21; Zakharia 2:10-11), maka dalam Perjanjian Baru dikatakan bahwa Roh Kuduslah yang mendiami Gereja / orang percaya (Kisah Para Rasul 2:4; Roma 8:9,11; 1 Korintus 3:16; Galatia 4:6; Ef 2:22; Yakobus 4:5).
4. Perjanjian Baru memberikan pernyataan yang jelas tentang Allah yang mengutus AnakNya ke dalam dunia (Yohanes 3:16; Galatia 4:4; Ibrani 1:6; 1 Yohanes 4:9), dan tentang Bapa dan Anak yang mengutus Roh Kudus (Yohanes 14:26; 15:26; 16:7; Galatia 4:6).
5. Dalam Perjanjian Baru kita melihat Bapa berbicara kepada Anak (Markus 1:11) dan Anak berbicara kepada Bapa (Matius 11:25-26; 26:39; Yohanes 11:41; 12:27) dan Roh Kudus berdoa kepada Allah dalam hati orang percaya (Roma 8:26).
6. Perjanjian Baru menunjukkan ketiga pribadi Allah itu disebut dalam satu bagian Kitab Suci. Pada peristiwa baptisan Kristus (Matius 3:16-17); Pada peristiwa Amana Agung (Matius 28:19); Penjelasan Paulus tentang Kharismata atau karunia-karunia Roh (1 Korintus 12:4-6); Berkat Rasuli (2 Korintus 13:13); Tentang kesatuan tubuh Kristus (Efesus 4:4-6); dan pernyataan Petrus (1 Petrus 1:2). Perlu diperhatikan dalam ayat-ayat di atas ini adalah bahwa urut-urutannya tidak selalu Bapa sebagai yang pertama disebutkan, Anak sebagai yang kedua, dan Roh Kudus sebagai yang ketiga. Urut-urutan dbolak-balik, dan ini menunjukkan kesetaraan Mereka. Kalau Bapa memang lebih tinggi dari Anak, maka adalah mustahil bahwa Yesus kadang-kadang ditulis lebih dulu dari Bapa, dan kalau Roh Kudus hanya sekedar merupakan ‘tenaga aktif Allah’, maka juga merupakan sesuatu yang mustahil bahwa ‘tenaga aktif Allah’ itu ditulis lebih dulu dari Allahnya sendiri.
Dalam kasus-kasus tertentu, tiga nama yang diletakkan berjajar bisa menunjukkan bahwa mereka setingkat. Misalnya kalau dikatakan ada konferensi tingkat tinggi tiga negara, maka kalau negara yang satu mengirimkan kepala negara, maka pasti kedua negara yang lain juga demikian. Kalau negara yang satu mengirim menteri luar negeri, maka pasti kedua negara yang lain juga demikian. Jadi, kadang-kadang penyejajaran tiga nama memang bisa menunjukkan bahwa tiga orang itu setingkat. Itu tergan¬tung dari konteksnya; dan karena itu harus dipertanyakan: dalam situasi dan keadaan apa ketiga pribadi itu disebutkan bersama-sama? Dalam ayat-ayat di atas, Bapa, Anak, dan Roh Kudus disebutkan dalam konteks yang sakral, seperti formula baptisan (Matius 28:19), berkat kepada gereja Korintus (2 Korintus 13:13), baptisan Yesus (Matius 3:16-17), dsb. Karena itu ayat-ayat itu bisa dipakai sebagai dasar untuk menunjukkan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus itu setingkat.
7. Dalam Matius 28:19 dikatakan “dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus”. Secara khusus, frase Yunani yang tertulis di Matius 28:19 yaitu “baptizontes autous eis to onoma tou patros kai tou uiou kai tou agiou pneumatos” yang diterjemahkan menjadi “baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus”, dimana hal yang menarik adalah bahwa sekalipun di sini disebutkan tiga buah nama yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus, tetapi kata kata Yunani “eis to onomo” yang diterjemahkan “dalam nama” adalah nominatif singular (bentuk tunggal, bukan bentuk jamak)! Dalam bahasa Inggris diterjemahkan name (bentuk tunggal), bukan names (bentuk jamak). Karena itu ayat ini bukan hanya menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu setara, tetapi juga menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu adalah satu atau esa.