Friday, June 28, 2013

Pernikahan Dan Perceraian Di Alkitab Dan Al-Quran

Pernikahan bukanlah hubungan yang mengikat dalam agama Islam. Al-Quran tidak menganggap perceraian sebagai pilihan yang tragis, ketika upaya lainnya gagal. Ada perbedaan yang mencolok antara ajaran Al-Quran dan Alkitab tentang hal ini. Berikut beberapa faktanya. 

Seorang Ibu Terpisah dari Anak Perempuannya 

Satu kisah nyata yang menggambarkan fakta ini, ditulis dalam buku “Not Without My Daughter” (Tidak Mau Tanpa Anak Perempuan Saya), karangan Betty Mahmoody (St. Martin’s Press, 1987). 
Buku tersebut kemudian difilmkan dengan judul yang sama, dibintangi Sally Field. Buku ini menceritakan krisis yang dihadapi wanita-wanita Kristen, ketika mereka menikah dengan pria Muslim. Nyonya Mahmoody dijadikan tahanan rumah oleh keluarga suaminya, hingga suatu hari dia berhasil melarikan diri. Namun, dia tidak mau pergi tanpa anak perempuannya. 
Orang-orang Muslim yang bersimpati terhadapnya, menolong anaknya melarikan diri. Sejak saat itu, dia bekerja menolong para wanita yang memiliki pengalaman sama. Dia menolong lebih dari tujuh puluh lima anak, untuk disatukan kembali dengan ibu mereka (Ladies Home Journal, November 1998, hal.44). 

Seorang Muslimah Dicerai Tanpa Alasan 

Ajaran pernikahan dan perceraian dalam Islam, menyebabkan timbulnya keprihatinan, bahkan di antara orang Muslim. Seorang Muslim dicerai tanpa ajalan jelas, hal ini menjadi permulaan perjalanan rohani yang membawanya pada Alkitab sebagai jawaban. Dia menjadi Kristen ketika menemukan kekudusan pernikahan dalam Alkitab. 
Inilah pengalaman nyata dari Bilquis Sheikh, penulis buku “I Dared to Call Him Father” (Chosen Books of The Zondervan Publishing House, Grand Rapids, Michigan, 1978). 
Memang Al-Quran dan Alkitab melarang percabulan. Namun letak perbedaannya ada pada ajaran Alkitab yang unik. 

Kekudusan Pernikahan Berdasarkan Alkitab 

Pada kitab pertama Alkitab, “manusia” didefinisikan sebagai pria dan wanita. Juga dikatakan, mereka diciptakan menurut gambar Allah (Taurat, Kitab Kejadian 1:27). 
Dalam pernikahan, dua manusia ini menjadi “satu daging” (Taurat, Kitab Kejadian 2:24). Dan Isa Al-Masih menjelaskan bahwa Allah hanya memperbolehkan perceraian apabila adanya kasus perzinahan (Injil, Rasul Besar Matius 19:3-12). 
Walaupun Alkitab mengajarkan tentang kekudusan pernikahan, namun tingkat perceraian di negara-negara Barat begitu tinggi. Beberapa orang Islam menjadi kritis terhadap fakta ini, karena merupakan suatu masalah. 
Namun inilah faktanya, bahwa semua manusia telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Itulah sebabnya, manusia membutuhkan Juruselamat (Injil, Surat Roma 3:22-24)

Al-Quran: Pernikahan dan Hak Wanita Muslim 

Berikut adalah beberapa ayat Al-Quran yang menjelaskan pernikahan dan hak wanita Muslim. 

Wanita BerkerundungPoligami dan Selir 

Islam memperbolehkan seorang pria mempunyai isteri lebih dari satu. Mereka percaya, banyak isteri dan anak lelaki berarti banyak rejeki. “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik.” (Qs 16:72) 
Selain itu, Islam juga memperbolehkan poligami. “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat...” (Qs 4:3) 
Juga seorang pria diijinkan mempunyai selir. “dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.” (Qs 23:5-6) 
Sementara Alkitab mengajarkan, seorang isteri adalah berkat dari Allah. Seorang pria hanya diperbolehkan mempunyai satu isteri saja. Dan hubungan seks hanya dapat dilakukan dengan isteri yang sah. 

Pernikahan Dan Perceraian Dalam Islam 

Sebagaimana nabi umat Muslim mempunyai seorang isteri di bawah usia, demikianlah Islam memperbolehkan seorang pria dewasa menikahi gadis di bawah usia. Termasuk mengawini anak tirinya.  “....anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya...” (Qs 4:23) 
Islam juga memandang perceraian adalah baik. Seorang suami dapat mengganti isterinya dengan isteri lain (Qs 4:20).  Namun, bila si pria menginginkan wanita yang sudah diceraikannya,  dia dapat mengawininya kembali (Qs 2:230). Seorang pria Muslim juga dapat mengawini isteri-isteri pria non-Muslim/kafir (Qs 60:10) 
Injil mengajarkan, seorang Kristen hanya diperbolehkan menikah dengan orang yang sungguh telah menerima keselamatan dalam Isa Al-Masih. Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya...” (Injil, Surat II Korintus 6:14) 

Hak-Hak Wanita Muslim 

Bila Injil mengajarkan pria dan wanita mempunyai hak yang sama, tidak demikian halnya dalam Islam. Islam mengajarkan hak pria lebih tinggi dibanding wanita. “...Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya...” (Qs 2:228) 
Suami juga diperbolehkan memukul isterinya, “..Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka....” (Qs 4:34) 
Seorang Muslimah yang diceraikan, hanya berhak atas warisan dari suaminya selama satu tahun “Kepada wanita-wanita yang diceraikan (hendaklah diberikan oleh suaminya) mut`ah menurut yang ma’ruf, sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang yang takwa.” (Qs 2:241) 
Mereka juga harus rela disamakan seperti ladang untuk dibajak, “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki...” (Qs 2:223) 
Ajaran Islam mengenai perkawinan sangat bertolak-belakang dengan ajaran Injil. Seorang suami Kristen tidak diperkenankan memperlakukan isterinya seperti ladang, atau memukulnya. Injil berkata, Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.” (Injil, Surat Kolose 3:19)

Apakah Al-Quran Menghargai Wanita?

Mengapa Al-Quran (yang “Allah”-nya Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) begitu menurunkan derajad wanita sehingga mengajarkan poligami (Sura 4:3)? 

Mengapa Al-Quran ini mengajarkan laki-laki begitu mudah ”mengganti isterimu dengan isteri yang lain”(Sura 4:20, dan banyak ayat lain)? Mengapa Al-Quran ini menyuruh suami “pisahkanlah mereka (isteri) dari tempat tidur, dan pukullah mereka” (Sura 4:34)? 

Padahal ada hadits “Allah melaknat orang yang menyiksa hewan dan memperlakukannya dengan sadis” (Bukhara). 

Kasihan sekali perempuan dalam dunia Islam, bukan saja suaranya/kesaksiannya tidak sama dengan laki-laki (semua atas dasar perintah Allah yang Maha Pengasih), tetapi mereka juga disebut “alat perangkap setan“ (Asysyihab) dan paling banyak menghuni neraka. “Aku telah menyaksikan neraka yang penghuninya paling banyak kaum wanita" (Bukhari).

Agama Allah dan Pelaku Kekerasan Di Rumah Tangga

Adam dan Hawa adalah manusia pertama yang diciptakan Allah. "Tuhan Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Taurat, Kejadian 2:18). Demikianlah Allah menciptakan Adam dan Hawa sepadan.

Derajat Wanita Dibawah Derajat Pria

Sebuah media online 'The Australian' baru-baru ini menulis, di Iran seorang wanita akan dirajam atau digantung. Di Arab Saudi, seorang presenter televisi dipukul sampai pingsan oleh suaminya karena percekcokan. Di Pakistan, 80 persen dari perempuan adalah korban dari kekerasan dalam rumah tangga, sedangkan 40 persen di Turki dan 30 persen di Indonesia. Pelaku kekerasan jarang dihukum di negara-negara tersebut. Sebagai kontras, Pengadilan Tunisia menghukum keras pelaku kekerasan dalam rumah tangga.

Hukum Rajam

Hukum rajam adalah hukuman yang diberikan kepada orang yang melakukan perjinahan, beberapa negara Islam seperti Iran, Pakistan, Somalia masih menerapkan hukum ini. Sayangnya, hukum rajam lebih memberatkan kaum wanita dibanding pria.

Kesaksian Laki-laki Lebih Bernilai dari Kesaksian Perempuan?

Menurut hukum Syariah, harus ada 4 atau 3 saksi laki-laki dan 2 perempuan untuk membuktikan perzinahan (kesaksian satu laki-laki bernilai dua perempuan). Keputusan hukuman sering didasarkan oleh “penilaian pengadilan” yang selalu berubah. Keputusan pengadilan biasanya memiliki faktor diskriminasi. Mengapa? Karena pandangan mengenai perempuan sebagai penggoda dan asal dari fitnah atau pertengkaran dalam masyarakat Islam.

Walaupun hukuman untuk perzinahan sama untuk laki-laki dan perempuan, hampir semua terdakwa adalah perempuan yang sudah menikah. Laki-laki secara legal boleh memiliki 4 istri dan banyak pernikahan sementara. Demikian mereka bisa menyatakan bahwa hubungan mereka hanya sementara atau tidak resmi (nikah siri).

Bagaimana Pandangan Kristen Terhadap Wanita/Isteri

Sangat disayangkan apabila kita umat beragama tidak mengasihi para istri/wanita sebagai suatu anugerah dari Allah. Dengan jelas firman Allah dalam Injil, surat Kolose 3:19 mengatakan: "Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia”. Maka demikianlah seharusnya pengikut Isa Al-Masih dalam memperlakukan wanita/isterinya, sesuai dengan kebenaran Firman yang telah disampaikan oleh Allah.
Ada tertulis dalam Injil bagaimana Isa Al-Masih memandang seorang wanita yang kedapatan berjinah dan hendak diadili oleh para ahli kitab. “Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (Injil Rasul Besar Yohanes 8:7). Adakah manusia yang tidak berdosa? Tentu tidak ada! Maka manusia tidak berhak mengadili dosa sesamanya.Isa Al-Masih Adalah Terang Dunia
Isa Al-Masih mengajarkan bahwa semua manusia berdosa dan layak di hukum, tanpa terkecuali. Namun, bagi mereka yang datang kepada Isa Al-Masih akan mendapatkan pengampunan. Karena Dia adalah terang dunia sehingga bagi mereka yang mengikuti Dia tidak akan berjalan dalam kegelapan dosa. “Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Injil Rasul Besar Yohanes 8:12).

Sudahkah saudara mendapatkan “TERANG” itu? Kami mengundang saudara menyelidikinya pada “Jembatan Keselamatan

Pernikahan Islam Dan Kesehatan

Sebuah surat kabar utama, New York Times, memuat salah satu judul artikelnya: “Apakah Menikah itu Baik untuk Kesehatan?” Sebuah riset baru-baru ini juga mengatakan bahwa menikah dapat mempengaruhi kesehatan. Ini tergantung apakah pernikahannya bahagia atau tidak.
Para ilmuwan telah mengetahui bahwa orang yang menikah cenderung lebih sehat dan berumur panjang dibanding yang tidak menikah, Pneumonia, kanker, dan serangan jantung lebih jarang terjadi pada mereka yang menikah. Namun belakangan ini sebuah riset mengemukakan, faktor yang mendukung umur panjang tersebut ditentukan oleh kwalitas pernikahan. Karena pernikahan yang bermasalah, berpotensi menimbulkan lebih banyak penyakit.
Menurut hasil riset Psikologis Timothy W. Smith dari University of Utah, di antara pasangan yang rata-rata sudah menikah selama 36 tahun, jikalau argumentasi yang dikemukakan ketika berkomunikasi berisi kata-kata yang tidak baik, itu akan mempertinggi resiko penyakit jantung.
Artikel surat kabar Times menyelidiki riset kontemporer tentang hubungan suami isteri dan kesehatan tubuh, dan ternyata hubungan suami-isteri erat kaitannya dengan kesehatan tubuh. Pneumonia, kanker, dan serangan jantung lebih jarang terjadi pada mereka yang menikah. “Kunci keharmonisan berada pada hubungan itu sendiri, bukan pernikahannya.” kata sejarawan Stephanie Coontz.

Pertengkaran Dalam Pernikahan

Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam setiap pernikahan pasti akan terjadi pertengkaran. Baik pertengkaran kecil maupun besar. Pertengkaran antara suami isteri bisa secara negatif mempengaruhi pernikahan dan kesehatan tubuh.
Berusahalah lebih keras lagi agar hubungan suami isteri menjadi lebih baik,” nasihat sosiologis Linda J. Waite dari University of Chicago. “Jika Anda belajar bagaimana mengatur pertengkaran sejak awal, maka Anda dapat menghindari masalah dalam pernikahan karena interaksi yang negatif” lanjutnya.
Penyelesaian konflik secara baik akan meningkatkan keharmonisan keluarga, dan dengan demikian akan memberi pengaruh yang positif pada kesehatan.

Apa Kata Kitab Suci Tentang Pernikahan

Salah satu ayat Al-Quran berbunyi, “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka (Qs 4:34).
Hadits lain mengutip Asma, anak perempuan Abu Bakar, seperti dalam Hadits Shahih Bukhari: "Akulah isteri keempat dari Al-Zabayar (satu dari dua belas kawan yang dijanjikan Firdaus oleh Muhammad). Bila Al-Zabayar marah dengan salah satu dari kami, kami dipukul sampai pukulannya patah.”
Melalui media televisi masyarakat dapat melihat berbagai macam bentuk penganiayaan yang terjadi dalam keluarga, khususnya antara suami dan isteri. Berbagai faktor penyebab terjadinya pertengkaran tersebut. Mungkinkah ayat di atas telah mendorong para suami untuk memukul isteri mereka jika terjadi pertengkaran? Jelas, pernikahan seperti ini bukanlah pernikahan yang harmonis. Kwalitas pernikahan seperti ini berpotensi menimbulkan berbagai macam penyakit.

Bagaimana Seharusnya Hubungan Suami Isteri?

Konflik dalam pernikahan memang tidak bisa dihindari, tetapi bertengkarlah dengan penuh kasih guna mencari solusi terbaik dan bukan mengutamakan ego masing-masing. Hal itu akan lebih baik bagi hubungan dan kesehatan tubuh. Juga, jika bertengkar dengan kasih, saat suami isteri berbaikan kembali, hubungan mereka akan menjadi tambah erat.
Menyelesaikan sebuah pertengkaran adalah lebih baik daripada harus menundanya berhari-hari. Injil, Surat Efesus 4:26 berkata, Janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.”
Saling mendengar dan menghargai argumen dari pasangan masing-masing adalah salah satu cara bertengkar dengan penuh kasih. Dengan mendengarkan, maka pasangan akan merasa dihargai. “Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.” (Injil, Surat Yakobus 1:19-20)
Demikianlah, sebuah pernikahan yang mempunyai kwalitas baik dapat meningkatkan kesehatan kedua pasangan, kemungkinan berumur lebih panjang, dan terhindari dari berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh pernikahan yang tidak baik.

Pernikahan Dini Dalam Islam

Beberapa waktu lalu, pernikahan dini kembali ramai dibicarakan oleh masyarakat Indonesia, hal ini dipicu oleh terjadinya pernikahan antara Pujiono Cahyo (43 tahun) dengan gadis belia berusia 12 tahun. Banyak pro-kontra mengenai pernikahan tersebut baik dari ulama, Komisi Nasional Perlindungan Anak hingga masyarakat awam.

Syekh Puji dan Lutfiana Ulfa -- wordpress.com
Syekh Puji dan Lutfiana Ulfa -- wordpress.com


UU Pernikahan Indonesia

Pernikahan dini menurut negara dibatasi dengan usia. Menurut UU Perkawinan Republik Indonesia, perkawinan hanya diizinkan jika pria mencapai usia minimal 19 (sembilan belas) tahun dan wanita berusia 16 (enam belas tahun) tahun. Dari sudut pandang kedokteran, pernikahan dini diduga dapat menimbulkan dampak negatif bagi si ibu maupun anak yang dilahirkannya. Selain itu pernikahan dini dinilai juga dapat mengurangi harmonisasi keluarga yang disebabkan oleh emosi yang masih labil dan cara pikir yang belum matang. Namun jika kita lihat ke belakang, sebenarnya pernikahan dini di Indonesia khususnya di pulau Jawa dan Madura bukanlah hal yang baru, bahkan zaman dahulu seorang perempuan yang belum menikah pada usia 15 tahun keatas dianggap sudah sangat terlambat.
Pernikahan Dini di India ( www.wunrn.com )
Pernikahan Dini di India ( www.wunrn.com )


Pernikahan dalam Islam

Pengertian pernikahan dini menurut agama Islam adalah pernikahan yang dilakukan orang yang belum baligh atau belum mendapat menstruasi pertama bagi seorang wanita. Tetapi sebagian ulama Muslim juga memperbolehkan pernikahan dibawah umur dengan dalil mengikuti sunnah rasul karena sejarah telah mencatat bahwa Aisyah dinikahi oleh Nabi Muhammad pada usia yang sangat belia sekali sedangkan Muhammad telah berusia 50-an tahun pada saat itu. Disamping itu, pernikahan dini juga dinilai dapat mempertahankan norma-norma agama yaitu menghindarkan pasangan muda-mudi dari dosa seks akibat pergaulan bebas. Sehingga sebagian orang mengartikan bahwa tujuan dari pernikahan adalah menghalalkan hubungan seks.

Pandangan Injil Tentang Pernikahan

Injil sangat menjunjung tinggi nilai-nilai pernikahan, seorang pengikut Isa Al-Masih hanya diperbolehkan menikahi satu orang isteri dan perceraian sangat tidak diperbolehkan, hal ini ditegaskan dalam Injil Rasul Matius 19:5-6. Tujuan pernikahan dalam Kristen bukan semata-mata karena kebutuhan biologis saja, tetapi lebih dari pada itu Injil memerintahkan seorang isteri harus tunduk kepada suaminya seperti dia tunduk kepada Tuhan dan juga seorang suami harus mengasihi isterinya seperti dia mengasihi dirinya sendiri (Surat Efesus 5:22-23). "Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging" (Surat Efesus 5:31).
Isa Al-Masih dengan sangat tegas dalam Injil Rasul Matius 18:6-10 memerintahkan untuk tidak menyesatkan anak-anak, dan juga sangat jelas dikatakan hukuman-hukuman terhadap mereka yang menyesatkan anak-anak (Injil, Rasul Lukas 17:2; Injil, Rasul Markus 9:42). Jika demikian, masih kita sebagai orang tua membiarkan terjadinya pernikahan dini?

inilah 450 Pasangan Pengantin anak-anak dibawah umur 10 tahun yg menikah di Gaza

MASS MARRIAGE IN GAZA 

Poor kids - what a terrible fate to be born as a girl in a Muslim country 
 




Muhammed married a six year old bride. But Islam has evolved in 1500 years. In Hamas land, in 2009, the brides were almost seven years old. 

450 Grooms Wed GIRLS Under Ten In Gaza reported by Paul L. Williams, Ph.D. Thelastcrusade.org 


A gala event occurred in Gaza. 

Hamas sponsored a mass wedding for four hundred and fifty couples. Most of the grooms were in their mid to late twenties; most of brides were under ten. 

Muslim dignitaries including Mahmud Zahar, a leader of Hamas, were on hand to congratulate the couples who took part in the carefully staged celebration. 

"We are saying to the world and to America that you cannot deny us joy and happiness," Zahar told the grooms, all of whom were dressed in identical black suits and hailed from the nearby Jabalia refugee camp. 

Each groom received a gift of 500 dollars from Hamas. 

The pre-pubescent girls, dressed in white gowns, some adorned with garish make-up, received bridal bouquets. 

"We are presenting this wedding as a gift to our people who stood firm in the face of the siege and the war," local Hamas strongman, Ibrahim Salaf, said in a speech. 

The wedding photos tell the rest of the sordid tale. 


 
The International Center for Research on Women now estimates that there are 51 million child brides now living on planet earth and almost all of them in Muslim countries. Check the following link for comments by an Islamic leader about their view of "child brides." http://www.truthtube.tv/play.php?vid=3326 Child brides represent legalized pedophilia for Muslim men.

Twenty-nine percent of these child brides are regularly beaten and molested by their husbands in Egypt; twenty six percent receive similar abuse in Jordan .

Every year, three million Muslim girls are subjected to genital mutilation, according to UNICEF. This practice has not been outlawed in many parts of America .

 



 



www.datehookup.com

99% Islam moderat di Inggris dituduh aktivis Amerika Anti Jihad BERSIMBIOSA dgn Teroris Jihad


Tentara ini dipenggal di jalanan London, Inggris
On the backdrop of the British soldier Les Rigby’s horrendous murder on a street in London by Jihadi Muslims to the shouts of “Allahu Akbar”, American anti-Jihadist activists Robert Spencer and Pamela Geller were slated to attend Britain's Armed Forces Day event on June 29 to lay flowers to show solidarity with the British Army. Their trip is now being challenged by Muslim groups, who want the British Government to bar them from entering the country.
Robert Spencer appeared on BBC and had a debate with an Imam, who opposes the visit by Robert Spencer and Pamela Geller. In the debate, the Imam stated that only 1% of Muslims were responsible for the crimes being committed in the name of Islam, while the other 99%, who are following the Quran, are not. So, why the entire Muslim community must be judged by the actions of a few deviant extremists as Robert Spencer and Pamela Geller et al. do!
Spencer quoted a number of horrific Quran verses like verse 9:29 calling for war and subjugation and imposing Jizya taxes on the Christians and Jews, verse 9:28 which calls non-Muslims "unclean", verse 4:34 which sanctions beating of women etc. As expected, the Imam immediately accused Spencer of taking those verses out of context without failing to offer what right contexts are. At no time did the Imam condemn these awful teachings than only charging Spencer with misrepresenting them. The Imam even misquoted Quran 5.32 stating that “if one person is killed it is as if all mankind has been killed” leaving out the segment that says "except for those who make mischief and corruption in the land". And he also failed to quote the next verse 5:33, which defines who such mischief-makers are and what they deserve: “The recompense of those who wage war against Allah and His Messenger and do mischief in the land (i.e. those refuse to accept Islam and possibly criticize it etc.) is only that they shall be killed or crucified or their hands and their feet be cut off on the opposite sides, or be exiled from the land. That is their disgrace in this world, and a great torment is theirs in the Hereafter.
By making these kinds of statements—a perfect example of application of the Islamic doctrine of al-Taqiya (deceiving the infidels) to defend the evil teachings of Islam—this Imam, like the usual moderate Muslims, was only providing religious cover for the Islam-inspired violent and evil acts of the so-called deviant extremist Muslims. Although moderate Muslims like the Imam, on programs like this, talk about deviant extremists among them who pervert or hijack Islam, one is left wondering how those 1% extremists could thrive amongst the very vociferous moderate 99%, who rise up in arms every time a critic of Islam says anything about Islam not liked by them.
Where are world’s 99% moderate and peace-loving Muslims marching in the streets against the evils committed the extremists 1%, such as murdering and persecuting Christians, Hindus, Buddhists throughout the Middle East, Africa, Bangladesh, Pakistan and Thailand etc.? These Jihadists commonly justify their actions by quoting verses of the Quran like 9.29, 9.5, 5.33, 3:151, 2:217 etc.?
Where are the 99% of the 3,000,000 million peace-loving British Muslims marching in the streets of Britain condemning the beheading of Les Rigby and all the other acts of carnage that are being committed by the 1% extremists?
Where are the 99% peace-loving British Muslims marching in the streets of Britain condemning the rape and gang-rapes of young kafir girls by their deviant Muslim brothers?
Where are the 99% peace-loving British Muslims marching to their Mosques to eject the Imams, who teach hatred and violence from the Quran and Sunnah, which has been repeatedly documented by investigative TV programs in Britain?
Where are the 99% peace-loving British Muslims marching in the streets demanding an end to anti-Semitic teachings of Islam that makes up 17% of the sacred Islamic texts?
Where are the 99% law-abiding British Muslims marching in the streets condemning the creation of “NO GO SHARIA LAW ZONES” in British cities by extremist Muslims, where British law no longer applies?
The entire Muslim community generally rises up when a critic make a little slight, generally a deserving one, about their religion. Then the answer to their not marching in the streets when the minuscule number of extremist Muslims pervert their religion so horribly only means that they have no complaints against those evil acts committed by their so-called extremist coreligionists. And why should they? Don’t those extremists readily quote from Islam’s holy texts to justify those horrendous actions, just like the murderers of Les Rigby did? Could Muslims, extremists or moderates, go against the writs and dictates of the Quran and Sunnah?
All these only obviate the fact that the cleverly-created "extremist" and "moderate" paradigm in the Muslim community works in perfect symbiosis to help them attain the goals of Islam in today’s world, where an all-out extremist path, like in the olden days, are impractical because of the disadvantageous power equations for Muslims. So, while the 1% extremists advance the writs and demands of the Quran and Sunnah to make Islam victorious and the only acceptable religion and system of governance in the whole world, the other 99% act as cover for them, so that the well-meaning infidels won't take all-out actions against the threats Islam poses to them, to the world.
We must remember that the teachings of the Quran and Sunnah are much more evil and dangerous than those contained in Hitler’sMein Kampf. Imagine if the Anglo-American axis applied the 99% moderate versus 1% extremist Nazi that worked in the fashion it is working today with Muslims. What the world would have looked like today?
----